Chapter 14.5 : Hampa

1.2K 93 15
                                    

Di mana aku?

Di sini sangat gelap.

Aku bisa merasakan tubuhku melayang; tidak berpijak pada tanah.

Aku berusaha menggerakkan tangan, aku berusaha menggerakkan kaki, aku berusaha menggerakkan kepala ... tapi, aku tidak bisa merasakannya.

Aku tidak tahu sudah berapa lama waktu kujalani di kegelapan ini. Aku hanya bisa menunggu.

Menunggu? Apa yang aku tunggu?

Apa yang aku lakukan di sini?

Aku tidak ingat apapun.

Namaku ...

Keluargaku ...

Bahkan aku tidak ingat seperti apa rupa wajahku ...

Sekali lagi, aku tertelan dalam kegelapan. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku tahu bahwa aku sedang menunggu sesuatu.

Aku tidak tahu apa yang "sesuatu" itu ...

Dalam hati, aku terus menghitung. Aku menghitung hingga enam puluh, kemudian akan menambah enam puluh lagi, dan terus menambah enam puluh ... sampai aku berhasil mencapai jumlah yang tidak bisa lagi kuingat.

Satu hal yang kutahu dari hasil hitungan ini, aku telah berada di kegelapan lebih dari seribu tahun.

Berapa lama waktu yang harus kutunggu?

Ini sangat melelahkan ...

Aku ingin tidur, tapi aku tidak bisa merasakan kelopak mataku menutup.

Kemudian, aku kembali menghitung.

Enam puluh ... Seratus dua puluh ... 180 ... 240 ... 300 ... 360 ...

Jika aku ingat, aku harus menghitung hingga 86.400 untuk mencapai satu hari.

Namun sekarang, aku bahkan tidak bisa lagi menghitung.

Aku tidak bisa lagi menunggu.

Aku ingin keluar!

Siapa yang mengurungku di sini?!

.

.

.

Aku lelah ...

Aku lelah ...

Aku sangat lelah ...

Kemudian, aku melihat sesuatu.

Itu sebuah cahaya.

Cahaya yang sangat kecil terlihat seperti sebuah harapan yang mengisi hatiku dalam kegelapan ini.

Cahaya yang sangat kecil itu terlihat sangat menyilaukan dalam kegelapan ini.

Cahaya yang sangat kecil itu begitu jauh, namun terasa dekat dalam kegelapan ini.

Aku ingin mendapatkannya ...

Aku ingin mendapatkannya.

Aku ingin mendapatkannya!

Tanganku yang tidak bisa kurasakan bergerak untuk menggapai. Kakiku yang tidak bisa kurasakan mengayuh untuk bergerak maju. Kepalaku yang tidak bisa kurasakan terangkat untuk terus menatap cahaya kecil itu. Mataku yang tidak bisa kurasakan terus terfokus pada cahaya itu, takut untuk kehilangannya jika mengalihkan pandangan walau hanya sedetik.

Cahaya itu tampak tidak semakin dekat, namun aku bisa merasakan bahwa cahaya itu sangat dekat denganku.

Dan akhirnya ... aku mendapatkannya.

Cahaya itu berukuran sangat kecil, aku bisa merasakan bahwa cahaya itu bergerak mendekatiku.

Aku tahu apa cahaya ini.

Ini adalah janin bayi.

•••

Arbi's Note :

Bonus karena hari ini gak masuk school...

Yeay! Libur diperpanjang lagi!!

Omong-omong, pembaca ingat 'kan? Kalau dalam 1 menit sama dengan 60 detik. Kalau 1 jam sama dengan 60 menit. Berarti dalam 1 hari/24 jam = 1.440 menit = 86.400 detik. Nah, kalau sepuluh tahun? Seribu tahun?

Hahaha, otak akan langsung meledak!

Bisakah menebak siapa karakter dalam Chapter kali ini?😗

I know I'm not "Alone"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang