Chapter 4 : Bukan Naruto, tetapi Menma

3.7K 259 9
                                    

Menma menghela nafas kasar. Matanya menatap tajam pada kasur yang sebenarnya tidak bersalah. Entah mengapa, kasur lebih menarik dari benda lain yang ada di dalam kamar.

Bersikap seperti tadi bukanlah dirinya. Melakukan hal yang bertolak belakang dengan sifat aslinya sungguh melelahkan. Menma mendengus, kemudian tertawa.

Dia berbohong.

Dia telah berbohong pada Hiruzen. Bukan hanya Sandaime Hokage, semua orang telah ia bohongi. Naruto pun salah satunya.

Dan Menma akui, ia juga berbohong pada dirinya sendiri.

Menma membanting tubuhnya ke kasur dan menutup mata.

Perlahan, ia memasuki alam bawah sadar.
.

.

.

"Oi."

Menma menatap Naruto yang terikat rantai.

"Oi."

Tidak ada tanggapan dari sosok di hadapannya. Menma duduk, mensejajarkan dirinya dengan anak dari Yondaime itu.

"Oh, kau masih tidur."

Menma hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tahu ini berlebihan, tapi kau juga butuh istirahat. Jadi, aku akan di luar sana lebih lama dari biasanya."

Tangannya terulur untuk mengelus pucuk kepala kuning itu.

"Tidurlah, temanku."

--Alone--

Menma merenggangkan kedua tangannya ke atas. Sudah cukup lama ia tidak mengambil alih tubuh Naruto sehingga dirinya mencoba untuk membiasakan diri. Matanya memandang ke pelosok bangunan. Orang-orang seperti biasanya bekerja dengan giat sepanjang hari. Senyum bahagia tercetak jelas di wajah para penduduk.

Menma hanya memasang wajah datar.

"Mengapa mereka begitu bahagia?"

Kepribadian lain Naruto itu tertawa dalam hati.

"Pertanyaan konyol."

Menma bosan untuk berdiam di dalam kamar, sehingga ia mengendap-endap keluar kamar melalui beranda agar tidak diketahui Sarutobi Hiruzen. Dan di sinilah Menma sekarang, berjalan-jalan menelusuri desa Konohagakure untuk menghilangkan kejenuhan.

Hanya satu yang ia harapkan selama berada di luar rumah, dirinya tidak ingin bertemu dengan salah satu dari 'mereka'.

Tempat pertama yang ia tuju sekarang adalah kedai Ichiraku.

"Yo, Ossan!"

Sang pemilik kedai menyipitkan matanya yang sudah sipit, kemudian tersenyum lebar melihat kedatangan pelanggan setianya.

"Oh, kau Menma, ya? Porsi yang biasa?"

Menma memang sudah makan di rumah, namun kurang rasanya jika tidak ada ramen.

"Ya, aku bukan Naruto yang bisa makan dua porsi jumbo."

Ada beberapa orang yang mengetahui keberadaan dirinya. Yang jelas salah duanya adalah Sandaime dan pemilik kedai ramen Ichiraku, Teuchi.

"Ini dia!"

"Terima kasih. Selamat makan!"

Mungkin kesukaan Naruto sudah menular ke dirinya. Pada akhirnya, Menma juga menyukai ramen, walau tidak pada porsi yang banyak.

Menma menatap naruto yang menjadi bagian dari ramennya. Senyuman kecil terukir di wajahnya. Teringat kejadian lalu yang masih ia ingat sampai sekarang.

I know I'm not "Alone"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang