"kok kamu ketawa, Nay?"
Minhee mengalihkan pandangannya dari komik conan ke Naya. Naya yang berdiri disampingnya lantas menggeleng. Rambutnya yang terikat ala pony tail itu turun bergoyang mengikuti gerakan kepalanya. Minhee yang menyadari hal itu pun cuman bisa menyunggingkan senyum. Padahal, setahun yang lalu rambut Naya nggak bisa diikat sama sekali. Naya kerap kali melampiaskan rasa kesalnya dengan merajuk kepada Minhee, mengatakan bahwa dia telah menyesali keputusannya memotong rambut sependek itu.
Naya menyentuh puncak kepalanya dan puncak kepala Minhee meskipun ternyata tangan mungil Naya nggak bisa mencapai milik Minhee.
"Aku baru sadar kamu tinggi banget," kata Naya kemudian menghela napas
Minhee mengerutkan dahinya kemudian tertawa kecil. Minhee merasa gemas dengan raut wajah yang kini Naya pasang. Naya terlihat kecewa ketika sadar bahwa Minhee memiliki perbedaan tinggi yang cukup signifikan.
Minhee menyimpan komik tersebut ke keranjang belanjaan. Selain komik ada beberapa buku lain yang telah terlebih dahulu masuk ke keranjang tersebut.
Setelah memasukkan komik favoritnya tersebut Minhee tersebut lantas mengacak puncak kepala Naya.
"Aku emang tambah tinggi," jawab Minhee.
Yang diacak-acak rambut tapi yang berantakan malah hati.
Naya nggak bisa bohong, kalau dia suka dengan afeksi kecil yang sering Minhee berikan secara spontan. Perilaku Minhee yang seperti itu selalu mampu membuat Naya merasa hangat.
"Kok aku nggak sih," rajuk Naya.
"Padahal yang suka minum susu, olahraga, sama minum vitamin itu kan aku."
Minhee kini beralih menggadeng jemari Naya yang semula bergerak bebas di udara. Minhee mengecup singkat punggung tangan Naya yang bertaut dengan miliknya.
"Aku tetep suka kamu kok," ucap Minhee dibarengi dengan senyum lebar yang membuat kedua matanya ikut menyipit.
Naya memukul pelan lengan Minhee dengan tangan kirinya. "Nggak nyambung."
Minhee memutuskan untuk nggak merespon ucapan terakhir Naya. Cowok itu lebih memilih untuk bergerak menuju kasir setelah sebelumnya memilih beberapa buku. Agenda sebenarnya Minhee dan Naya hari ini adalah untuk membeli beberapa buku persiapan ujian, lebih tepatnya untuk UTBK. Namanya juga wacana, pada akhirnya bukan cuman buku UTBK doang yang mereka boyong hari ini ada beberapa buku novel milik Naya dan komik Minhee yang turut memenuhi keranjang belanjaan mereka.
"Kamu tunggu di luar aja, aku mau bayar dulu."
Naya merogoh tas selempengnya. Cewek itu mengambil dua lembar uang bernominal seratus ribu yang kemudian diberikan ke pada Minhee.
"Ini, buat buku aku."
Minhee nggak menolak sama sekali uang yang Naya berikan meskipun pada kenyataannya cowok itu lebih dari mampu untuk sekedar membelikan Naya novel serta buku UTBK. Minhee mencoba menghormati prinsip Naya yang nggak suka berpangku tangan. Setahun lebih berpacaran sama Naya, cewek itu selalu menekankan bahwa dia nggak mau Minhee menghamburkan uangnya untuk hal nggak penting, apalagi kalau menyangkut kebutuhan pribadi Naya. Bagi Naya, kebutuhannya biarlah jadi urusannya sendiri.
Bukan berarti Naya juga serta merta menolak hadiah yang Minhee berikan. Naya tahu tata krama, cewek itu nggak mungkin menolak hal yang sudah susah payah Minhee berikan untuknya.
"Aku tunggu di luar, Ya."
Naya melenggang keluar dari antrian tersebut. Sebenarnya, Naya agak tidak suka dengan ide untuk menunggu di depan toko buku seperti orang kurang kerjaan. Tapi berhubung Naya juga nggak punya alternatif pilihan yang bisa dia usulkan ke Minhee, jadi mari kita terima saja semuanya.
Setelah beberapa menit Naya menunggu akhirnya keberadaan Minhee bisa ditangkap kedua netra miliknya. Dari kejauhan Naya semakin menyadari bahwa Minhee memang sangat memikat. Kemeja bergaris berwarna putih tulang tersebut memang medomplang pesona yang Minhee miliki. Belum lagi ditambah celana bahan berwarna hitam yang semakin menonjolkan kaki jenjang milik Minhee.
Kadang, dengan penampilan Minhee yang memang pantas untuk dipuja membuat Naya merasa kecil. Lagipula, siapa yang tidak akan merasa insecure kalau disandingkan dengan Minhee.
Apalagi kalau ternyata disebelahnya turut ada perempuan yang juga menawan. Mereka terlihat serasi, nggak berlebihan kalau mereka disebut a match made in heaven. Nggak seperti ketika Minhee berjalan dengan Naya, banyak orang beranggapan kalau Naya adalah adik Minhee yang masih anak SMP.
Naya tersenyum kecut, dia sangat sadar siapa perempuan yang kini berjalan beringin bersama Minhee.
Nggak salah kan, kalau Naya merasa kecewa?
***
Kadang, gue selalu berpikir. Apakah keputusan gue menjalin hubungan sama Naya adalah hal yang benar? Karena dengan membiarkan dia jadi seseorang itu berarti sama aja dengan membiarkan orang asing mengobrak-abrik ranah pribadi kehidupan gue. Gue benci hal tersebut.
-KMH
5 Juni 2020
P.S
Jadi di setiap akhir chapter bakal ada penggalan dari buku diary Minhee.
![](https://img.wattpad.com/cover/224924349-288-k488298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Defaitisme
Teen FictionKamu tidak sendiri, wahai kekasih. -semi baku (Honest Sequel) Highest Rank #110 Bulan #1 Aware #9 Honest