"Jodohku, mauku Kak Jimin. Hingga nanti—" Suara Jungkook menggelegar di area kantin, membuat penunggu kantin sontak menengok ke arah Jungkook. Pemuda Jeon itu datang bersama antek-antek sambil bernyanyi seperti itu. Logatnya-pun juga sengaja dibuat mirip dengan Mas Anang.
Hish, Jimin malu setengah mati. Pasalnya ia tau, Jungkook akan kemari menghampirinya. Dan, benar. Jungkook menghampirinya.
"Kak Jimin! Aku rindu. Gimana kemarin? Pulang dengan selamat, kan? Tidurmu nyenyak, Kak? Mimpi aku, tidak?" Jimin mendengus mendengar Jungkook yang bertanya bak kereta api, panjang sekali.
"Berisik, Jungkook." Ketus Jimin, Jungkook telak bungkam. Ia pikir Jimin akan diam dan pergi begitu saja.
"Hehe, maaf, Kak." Jungkook memulas cengiran khasnya, gigi kelinci yang telak terlihatkan, hidung bangirnya mengerut lucu.
"Jungkook! Aku lupa ada tugas Pak Yamin, ayo, bodoh. Kamu pasti juga belum mengerjakan!" Teriak Jaehyun, buat Jungkook telak sadar. Mampus. Jungkook lupa, ia menepuk dahinya sendiri.
"Jaehyun, anjing. Kenapa baru bilang!? Argh! Kak Jimin, aku pamit dulu, lupa tugas Pak Yamin belum kukerjakan, see you!" Jungkook berlalu begitu saja, sebelumnya ia juga memberikan flying kisseu untuk pujaan hati, seperti biasa.
Jimin tidak merona, karena ia masih bisa menahan itu. Jimin terkenal dengan sikap cueknya, tak mudah ditaklukan. Hey, Jimin tidak murahan tau.
"Jimin, mukamu flat kali, mirip dadamu," Cetus salah satu sohib Jimin, Wendy. Jimin sontak mendelik tajam pada Wendy, memincingkan matanya.
"Bahkan, dirimu tak kalah rata, Wendy," Ucap Jimin tak kalah ketus, Wendy merotasikan matanya jengah,
"Jimin, monyet. Bukan gitu, maksudku jangan cuek-cuek sama Jungkook. Kasihan dia, nanti lari bagaimana?" Jimin mendengus mendengarnya.
"Biarin aja, itu artinya dia memang gak serius."
"Bodoh, Jungkook manusia, sama kaya kita. Bisa juga punya rasa capek, bahkan bisa jadi nyerah. Mau?" Ini Seulgi, ia tau apa yang dimaksud Wendy, mencoba menjelaskan. Memang dasarnya Jimin manusia es balok. Alias dingin dan cuek, tak mau dengar.
"Awas, kegondol Sana, ntar kamu ngambek." Ucap Wendy jenaka sambil mencolek dagu Jimin, si empu mendengus sekali lagi.
"Berisik, Wendy."
"Wendy, tau gak? Kemarin ada yang kesal karena sok tanya terus sama Jungkook. Bilangnya gak suka, tapi giliran cowoknya diajak ngobrol sama orang, dianya marah." Timpa Seulgi sambil melirik Jimin, Wendy yang mengerti langsung terbahak.
"SEULGI FUCEK!!!!"
Salam jari tengah dari Jimin, sebelum ia benar-benar pergi dari kantin.
Pukul tiga sore, jam tugas. Di sekolah Jimin menyediakan jam tugas selama satu jam, hingga pukul empat sore. Tapi Jimin gak ada tugas, jadi free. Memilih gibah dengan sekawannya, ada Wendy, Seulgi, Jisoo, dan Ryujin. Ryujin ini adik tingkatnya, satu jurusan. Ryujin lebih suka berkumpul sama kakak tingkatnya dari pada seangkatannya.
Katanya, 'Najis, kawan kelasanku alay semua, aku males,' gitu.
"Kamu gak ada tugas, Ryu?"
"Gak ada. Dari tadi kelasku jamkos, gak ada yang ngasih tugas juga. Tenang hidupku untuk hari ini," Ryujin tersenyum bangga dan sombong, Seulgi mendecih,
"Kusumpahin, pulang-pulang kamu dapat tugas dadakan!" Ributlah itu dua orang antara Seulgi dan Ryujin. Jisoo team provokator. Wendy team hore. Jimin team menyimak.
Jimin yang sibuk menyimak juga bosan, ia mendongak, menatap arah tangga. Well, kelas Jimin itu samping tangga. Dan sekarang Jimin duduk di depan kelasnya, glosoran, otomatis ia bertatap langsung dengan tangga. Matanya tak sengaja menangkap sosok lelaki yabg amat ia tau, dan satu wanita.
Jungkook dan Sana.
Sana yang menarik-narik lengan Jungkook, dengan pemuda Jeon itu berusaha menolak.
"Ngapain itu?" Tanya Jisoo membuat Jimin tersadar, ternyata sejak tadi para sohibnya juga menatap penasaran Jungkook dan Sana.
Jimin menggedikan bahunya acuh, seolah tak peduli, walaupun hati kecilnya penasaran. Penasaran doang ya, jancuk.
"Ayo, Jung. Nanti pulang antar aku ke rumah sakit, Ayahku sakit." Sana terus memaksa Jungkook, sang empu menatap risih kakak tingkatnya itu.
Kenal juga gak. Main minta antar aja. Memang Jungkook tukang ojek.
"Gak bisa, aku mau taekwondo sore nanti," Tolak Jungkook halus. Sana tetap kekeh, demi pujaan hatinya luluh.
"Ayolah, Ayahku sakit, Jung. Masa tega?" Sana menatap Jungkook memelas, tapi Jungkook gak iba.
"Kak, sepupumu kan ada, Mingyu, kenapa aku yang diajak?"
"Mingyu ada futsal sore nanti, ayo, Jung."
"Mingyu gak suka futsal, ngawur. Dia ikut basket, eskulnya juga besok. Dia nganggur, ajak dia aja." Jungkook berhasil melepas tangan Sana dari lengannya, langsung kabur ke bawah. Ke kantor mungkin.
Jimin tersenyum puas, Jungkook menolak Sana. Sana turun dari tangga, berniat masuk kelas, tapi sama Wendy ditahan.
"Ayahmu sakit?" Sana mengangguk pelan sebagau respon.
"Mingyu sepupumu?" Ini Seulgi yang tanya, Sana mengangguk sekali lagi.
"Lah, buat apa ngajak Jungkook antar kamu, kalo ada sepupumu? Biar sekalian jenguk pamannya." Wendy ngegas, hey.
Sana merotasikan matanya malas, "Namanya juga usaha."
Jimin, Wendy, Seulgi, Jisoo dan Ryujin total diam. Ekspresi kompak, cengok. Mirip kambing conge. Sana gamblang juga.
"Tapi gak maksa juga, kelihatan Jungkook risih, Kak." Ryujin bilang gini, Sana tetap batu.
"Sama aja kayak Jungkook, kan? Deketin Jimin dengan Jungkook yang ngajak Jimin pulang bareng terus. Memang oti gak maksa?" Sana timpa ngegas, lalu masuk ke dalam kelas. Ryujin mati kutu, benar juga sih. Tapi gak gitu.
Tak sadar lama bergibah ria, bel pulang sudah berbunyi, Ryujin kembali ke kelas ambil tasnya. Jimin, Wendy, Seulgi dan Jisoo sudah terlebih dahulu di bawah. Wendy dan Jisoo ke parkiran, ambil motor, lalu hampiri Jimin dan Seulgi yang lagi berdiri depan pagar sekolah,
"Jimin, mau bareng? Aku bawa motor, nih. Seulgi sama Jisoo kok, sekalian beli bakso," Ucap Wendy, Jimin mengangguk. Baru saja mau naik motornya, tiba-tiba Jungkook menghampiri dirinya dengan motor besarnya,
"Kak Jimin, pulang bareng aku, ya?" Tawar Jungkook sambil menatap Jimin penuh harap. Jimin mengernyitkan dahinya, lalu menggeleng.
"Aku bareng Wendy."
"Tuhkan, Jungkook bohong! Jimin pulang sama Wendy kok, kamu sendirian. Antar aku!!!" Sana langsung berlari arah Jungkook, bahkan cepat sekali naik ke motor Jungkook.
Jimin masih mencerna kejadian ini. Oh, Jungkook minta pulang bareng karena gak mau antar Sana. Duh. Kasihan anak Jeon itu. Jimin bisa lihat Jungkook menghela nafasnya, terlihat pasrah sekali.
"Kak Jimin, aku duluan, ya? Kak Wendy jangan ngebut, kamu bawa calonku," Ucap Jungkook seraya menghidupkan motornya,
"Wes, bisa diatur, bos!" Jawab Wendy sambil bergaya hormat, seakan bersama bosnya. Jungkook mengangguk sekilas, lalu melajukan motornya. Bahkan Jimin bisa lihat, Sana memeluk Jungkook.
"Jimin gak peka, kasihan Jungkook. Tau gitu, gak kuajak pulang bareng." Wendy bilang jenaka sekali, menyindir Jimin tapi.
"Tau, minta anterin ke tukang bakso. Mana tau kita ditraktir." Timpa Jisoo, membuat Jimin mendengus kesal.
"Wanita matre kalian." Ketus Jimin membuat kawannya terbahak. Jimin kesal antara digodai atau cemburu lihat Sana peluk Jungkook?
Hi?
KAMU SEDANG MEMBACA
TKJ vs TKK.
FanfictionCerita mengenai perjuangan pemuda Jeon mengejar kakak tingkatnya.