One shootNamaku adalah Uchiha Sasuke. Usiaku 17 tahun. Aku sama dengan remaja lainnya. Yang membedakanku dengan remaja lain hanyalah orientasi seksualku saja. Mungkin ini adalah hal yang tabu karena aku yang seorang laki - laki juga menyukai laki - laki. Namun tidak semua laki - laki yang ku sukai. Hanya dia, teman satu kelasku yang bisa membuatku merasakan berbagai macam rasa dan warna di kehidupanku.
Uzumaki Naruto. Pemuda yang seumuran denganku. Dia yatim piatu. Meski begitu ia tidak pernah bersedih dan merendahkan dirinya. Walau ia tidak pintar di bidang akademis, ia menjadi kapten bola basket yang tentu saja aku menjadi anggotanya agar bisa berada dekat dengannya.
Hubungan aku dan Naruto bisa dibilang sangat dekat bahkan layaknya sepasang kekasih namun nyatanya tidak demikian karena ia telah memiliki kekasih seorang perempuan. Namanya Hinata.
Aku sudah tidak terkejut lagi. Naruto adalah pemuda yang lurus. Ia hanya menyukai mahluk berjenis kelamin perempuan. Bukan laki - laki sepertiku. Sakit? Sudah pasti. Aku harus menahan rasa sakit di hatiku tiap kali ia bersama dengan kekasihnya. Mau bagaimana lagi karena aku bukan perempuan. Jadi, aku tidak bisa menjadi kekasihnya.
Ingin ku teriak, menangis namun itu semua tak ada guna. Selama hidupku aku berusaha untuk menjadi orang yang baik, patuh kepada orang tua dan tidak mengecewakan mereka. Alhasil aku bisa lulus sma dengan nilai tertinggi di sma Konoha bahkan di kota Konoha.
Kami, aku dan Naruto kuliah di kampus yang sama dengan jurusan yang berbeda. Naruto mengambil jurusan informatika, sedangkan aku sastra dan berbagai bahasa.
Naruto sudah populer sedari sma. Apalagi sekarang. Dengan potongan rambutnya yang cepak bagai duri dari buah durian sangatlah keren dan lebih dewasa. Tinggi badannya pun mencapai 182 cm. Tidak sepertiku. Rambutku masih sama. Kata si dobe kuning, itu panggilanku padanya. Rambutku mirip ekor ayam. Padahal ini sangat keren dan cocok dengan wajahku yang tampan. Walau ku akui Naruto lebih tampan dariku. Tinggi badanku hanya 175 cm. Beda 7 cm dari si dobe itu membuatku menjadi bahan ejekkannya. Tapi aku suka. Dengan begitu aku bisa berada di dekatnya dan semakin dekat.
Pernah suatu hari Naruto bertengkar dengan kekasihnya, Hinata. Aku melihat pertengkaran mereka dari jarak jauh tapi masih bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Inti dari pertengkaran itu adalah keluarga Hinata yang tidak bisa menerima Naruto yang hanya yatim piatu. Kasta mereka yang berbeda.
'Apa? Hari gini masih ngomongin kasta? Hanya karena Naruto seorang yatim piatu dan tidak punya harta, keluarga Hinata menolaknya? ' Begitu pikirku saat menguping mereka bertengkar.
Hasil dari pertengkaran itu adalah hubungan asmara yang telah mereka jalin selama 5 tahun kandas.
Haruskah aku bahagia? Atau bersedih? Ya, aku bahagia mereka putus. Akan tetapi aku juga merasa sedih karena bisa ku lihat jika Naruto tampak sedang menangis ketika gadis bermarga Hyuga itu pergi.
Dengan secepat kilat aku menghampiri Naruto. Ku raih tubuh besarnya ke dalam pelukanku. Ku usap punggungnya sambil berkata, "sabarlah, Naruto. Mungkin gadis itu bukan jodohmu. Kau tidak boleh terpuruk begini. Sebentar lagi kita ujian semester akhir. Kau harus menyelesaikan skripsimu. Oke. "
Aku melepaskan pelukannya. Naruto pun berhenti menangis. Dia memandangku dengan lekat. Matanya sayu. Hatinya pasti sangat sakit. Andaikan aku bisa menjadi obat untuk mengobati hatinya yang sakit. Aku rela melakukan apapun dan mengorbankan apa yang aku punya.
Kami pun berjalan menuju bangku taman. Oh ya, tadi Naruto dan mantan pacarnya bertengkar di taman. Jadi pasti ada bangku untuk duduk.
Naruto duduk di bangku itu, sementara aku pergi untuk mencari minuman ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Dirimu, Dobe (The end)
FanfictionHanya kisah seorang pemuda yang menyukai sahabatnya yang terhalang oleh gendernya.