✿ʙᴀɢɪᴀɴ 2✿

41 23 0
                                    

"Aldi, siniin kebabnya!" pinta Shaletta sambil membuang sampah bungkus kebabnya yang kedua.

"Anjir, lo mau gendut, Let?"

"Lo kek gak tahu Shaletta aja, makan dah kek kuli bangunan tapi badan gak gendut-gendut," celetuk Alexa.

Aldi memberikan satu bungkus kebab yang terakhir kepada Shaletta, yang langsung di terimanya dengan senyum yang merekah.

"Kaleman dikit makannya, muka lo belepotan tuh," ucap Aldo yang gemas melihat cara makan Shaletta yang belepotan.

Shaletta masa bodoh, lanjut makan!

"Makanan dah habis nih, ngapain kek gitu? Bosan gue," tutur Aldi yang mulai bosan dengan teman-temannya yang sibuk dengan ponsel masing-masing, kecuali Shaletta yang masih asik menghabiskan kebabnya yang tinggal setengah.

Alexa nampak berfikir sejenak, "Main ToD aja gimana?" usulnya.

Duo kembar, Aldi dan Aldo mengangguk kan kepalanya tanda setuju, namun sepertinya ada yang tidak setuju.

"DoD aja ya?" pinta Shaletta yang tidak setuju jika ada kata Truth.

Alexa menggeleng. "Gak!" tolaknya, "Takut amat lo asal main ToD."

"Pilih dare aja Let, gampang kan?" usul Aldo.

"Hooh bener," timpal Aldi.

"Iya deh," jawab Shaletta lalu kemudian membersihkan tangannya yang terkena saus mayonaise.

"Oke, peraturannya yang ngasih ToD nya itu orang yang kena sebelumnya, jadi yang ngasih pertama kali itu gue aja, dan harus jujur kalau truth!" terang Alexa lalu kemudian memutar botol bekas minum mereka tadi.

Alexa tersenyum senang saat botol berhenti ke arah Aldi. "T apa D?"

"Dare."

"Telepon Meta trus bilang kalau lo mulai suka sama dia!" seru Alexa dengan entengnya.

"Bazeng, lo mau bikin gue cepat mati hah? Gila aja si Meta." Aldi misuh-misuh pasalnya ia sangat-sangat malas jika harus berurusan dengan Meta, cewek gila yang ngejar dia dari kelas 10.

"Besok lo gak akan tenang bang!" timpal Aldo yang sudah ngakak melihat wajah masam kembarannya itu.

"Cepetan!" desak Alexa yang tak sabar dengan apa yang akan terjadi akibat darenya barusan. Dare yang nantinya akan mereka sesali.

Aldi mendengus, di hidupkannya speaker agar yang lainnya bisa mendengar perkataan Meta.

"Aaa! Aldi kamu beneran nelpon aku?"

Alexa dan Aldo berusaha mati-matian menahan ketawa saat suara Meta melengking bak toa mesjid.

"Gue rasa, gue mulai suka sama lo."

Aldi langsung mematikan sambungan telepon dan berharap agar besok ia tidak di teror oleh cewek gila itu.

"Lihat aja gue bakalan balas," ujar Aldi dengan semangat 45.

Cowok itu memutar kembali botol dengan kencang hingga berhenti ke arah Aldo, kembarannya.

"Truth," ucap Aldo langsung.

Sejenak Aldi terdiam memikirkan pertanyaan apa yang harus ia tanyakan. "Lo beneran suka sama si Salsa?" tanya Aldi yang tak yakin dengan perasaan kembarannya itu.

Alexa mendesah pelan. "Pertanyaan lo bagus banget." Alexa berucap dengan arti yang lain.

"Iyalah beneran ya kali gue main-main," jawab Aldo setelah diam beberapa detik.

Sontak Alexa dan Aldi melirik ke arah Shaletta yang sedari tadi hanya diam membisu. Gadis itu tampak biasa saja,  walau Alexa yakin ia tak biasa saja.

"Oke, lanjut!" titah Alexa kepada Aldo agar memutar botol kembali.

Alexa, botol itu berhenti ke arah Alexa.

"Gue dare deh."

"Lo harus nempel sama Aldi kemana pun dia pergi, selama seminggu!"

Alexa membulatkan matanya, oh tidak! Bisa-bisa ia mati karena jantungnya yang akan bekerja tidak normal jika selalu bersama Aldi.
Sedangkan Aldi, cowok itu malah tersenyum tipis ke arah Aldo. Dalam hati ia berterima kasih kepada dare yang di berikan Aldo.

"Lama bener njir, lo kira gue prangko apa," protes Alexa yang tak di hiraukan oleh Aldo.

"Ntar lo juga bersyukur dapat dare itu," sahut Aldi enteng dan membuat Alexa memutar bola matanya sok kesal.

"Dasar friendzone!" cibir Aldo.

"Bacot lo buntelan paus!"

"Udah diam, lanjut lagi Xa!" ucap Shaletta yang ingin permainan ini segera berakhir.

Alexa mengangguk lalu kemudian memutar botol dan berhenti tepat ke arah Shaletta.

"Dare."

Alexa tersenyum senang. "Ajak Devan pulang bareng selama seminggu!"

Shaletta menghembuskan nafasnya lega, ia kira darenya akan lebih gila dari ini ternyata tidak, syukurlah.

"Iya ntar aku ajak Devan, tapi kalau dia mau ya."

"Ya pasti mau lah Let, dia kan suka sama lo," celetuk Aldi yang di angguki Alexa.

"Nyesel gue main giniin," guman Aldo yang tidak dapat di dengar oleh siapa pun.

📎📎📎

Jam di pergelangan tangan Aldo telah menunjukkan pukul 21.00, namun mereka masih di dalam perjalanan pulang mengantar Shaletta yang sudah tertidur.

"Aldo," panggil Aldi setelah Alexa keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya.

Aldo menoleh dan menatap Aldi dengan tatapan tanya.

"Lihat ke belakang!"

Aldo mengernyit tak mengerti namun tetap mengikuti ucapan kembarannya itu.

"Segitu bekunya hati lo?"

Aldo mendengus saat ia mengerti maksud dari pertanyaan Aldi.

"Hati gak bisa di paksa," jawab Aldo dingin.

Aldi terdiam cukup lama sampai mereka berhenti di depan sebuah rumah mewah yang sangat mereka kenali.

"Gue cuma gak mau lo nyesal di kemudian hari." Aldi menatap ke arah jalanan tanpa berniat memandang wajah lelah cowok di sampingnya.

"Hm."

Gue harap lo gak nyesal, kata cowok itu kepada dirinya di dalam hati.

Enjoy terus ya>3

•Vote kalau kalian suka.
•Share kalau kalian pengen cerita ini banyak yang baca, (itu mah aku yang pengen :v ㅋㅋㅋ)

Shaletta [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang