Lembut angin menyeka pipimu, mencoba keringkan air mata yang aku anggap tak perlu. Sudah sewindu semenjak kita memutuskan berjalan sendiri, berbagi kisah bahagia dan haru.
Aku mulai bertanya dalam diam. pernahkan kita saling merindu? Menjalani kisah yang sama, atau hanya aku yang selama ini mendamba sedangkan kamu hanya bermain dengan waktu.
Relung yang kau tinggalkan tak pernah terisi, kosong dan akan tetap seperti itu. Waktu berlalu berkejaran detik demi detik. Meningalkan aku dan segala kenang, aku benci melihatmu dalam setiap memoar, memutarnya lagi dan lagi.
Sewindu jarak telah berlalu, namun, si bodoh ini tetap menanti, sembari berharap memutar waktu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andika
PoetryKumpulan puisi, Tentang apa itu cinta, sunyi, bangkit, dan juga kawan. Dari sudut pandang seorang Andika, lelaki biasa saja pecinta wortel.