Bagian Lima

1 1 0
                                    

“ Apa perasaan kamu sekarang?” Tanya Gregg.
“Aku tidak peduli, itu pilihan mereka” Ucap Merry.
“ Gelas yang retak itu sulit diperbaiki” Ucap Merry.
“ Tapi sekarang gelas tersebut belum retak, mereka belum resmi bercerai” Ucap Gregg.“ Coming soon” Ucap Merry.
“ Cepat atau lambat kamu tunggu saja” Ucap Gregg.
“ Surat sudah ada di pengadilan” Ucap Merry.
Gregg tersenyum dan tidak lagi menjawab.
Gregg memandang wajah Merry.
Walaupun Merry terlihat keras dan angkuh.
Ekspresi wajah dari lubuk hati terdalamnya menunjukan bahwa hatinya peduli.
“ Aku bisa merasakannya” Ucap Gregg pada Merry.
“ Merasakan apa?” Tanya Merry.
Gregg tidak menjawab lagi.
“ Lihat keluarga harmonis itu lagi, mereka penuh dengan keakraban, kamu merasakan tidak kehangatan senyuman mereka yang tulus?” Tanya Gregg.
“Mungkin” ucap Merry.
Merry mengamati kembali pasangan suami istri dan anak sedang duduk memandang langit biru.
Sambil merangkul, bernyanyi, dan tertawa bersama dan ngemil bersama.
Sesekali anak bermain layang-layang dan ayahnya menemani dan mengajari dengan lembut dan penuh rasa cinta.
Merry dalam hati tersenyum.
Merry sejenak membayangkan keharmonisan keluarganya yang berantakan dan tidak akan pernah bisa bahagia dan harmonis seperti mereka.
Ada kerinduan muncul di dalam hatinya dan perasaan ingin memiliki keluarga yang seperti itu.
Gregg memandang Merry yang sedang menatap keluarga tersebut dengan kedalaman hati.
“ Keluarga itu tidak ada yang sempurna, terkadang berdebat, berkelahi bahkan satu waktu berhenti berbicara satu sama lain, Namun pada akhirnya keluarga tetaplah keluarga dimana cinta akan selalu tersedia” Ucap Gregg dengan tegas.
Mata Merry berkaca-kaca mendengar perkataan Gregg dan berusaha  menyembunyikan air matanya.
“ Aku mengerti” Ucap Gregg.
“ Aku akan bantu kamu” Ucap Gregg.
“ Bantu apa?” Tanya Merry.
Suatu saat kamu akan tau sambil membelai rambut Merry.
“ Kamu harus banyak berbicara, suara kamu bagus” Ucap Gregg.
“ Suatu saat semoga kamu bisa merasakan keindahan yang dunia berikan melaui cinta dari sekelilingmu dan menjaga hati kamu agar tidak terluka oleh dunia ” Ucap Gregg.
“ Thanks” Ucap Merry sambil tersenyum simpul.

Merry dan Gregg kembali pulang ke rumah.
Hubungan Merry dan Gregg sudah lebih mencair.
Merry dan Gregg pulang ke rumah dan membuka Pintu
Rumah
“ Mama maunya pisah!” Ucap Mama.
“ Terserah Mama deh, Papa capek!” Ucap Papa.
“ Papa masih sama aja tidak berubah” Ucap Mama.
“ Mama yang tidak bisa menghargai pendapat Papa” Ucap Papa.
Ken hendak Memukul Cony.
Gregg melindungi Cony.
“ Maaf Pak Ken , saya tidak ikut campur tetapi ada Merry” Ucap Gregg.
“ Merry akan terluka melihat orangtuanya bertengkar di depan matanya langsung” Ucap Gregg.
“ Perhatikan perasaan Merry bukan perasaan kalian satu sama lain, tolong bertengkar di tempat lain yang tidak anak lihat” Ucap Gregg.
“ Sekali lagi saya tekankan saya tidak bermaksud ikut campur” Ucap Gregg.
“ Aku sudah biasa melihatnya” Ucap Merry sambil  berlari menuju kamar.
Gregg menarik nafas panjang.
“Tadi pagi mereka baru romantis sekarang sudah ribut lagi, rencana ini gagal kembali” Ucap Gregg dalam hati.
“ Sepertinya kejutan tadi pagi tidak mempengaruhi hubungan mereka menjadi lebih baik” Ucap Gregg dalam hati.
Gregg semakin keras berpikir apa yang harus dilakukannya agar tidak gagal kembali dalam memperbaiki keluarga ini.
Gregg mengetuk pintu kamar Marron.
“ Hai Marron” Ucap Gregg.
“ Ini Gregg, boleh aku masuk bentar, bro?” Tanya Gregg.
Marron membuka pintu dan mengizinkan Marron masuk.
“ Hai, kamu lagi sibuk tidak?” Tanya Gregg.
Marron tidak menjawab.
Marron sedang menulis sesuatu di laptop.
“ Boleh aku duduk disini?” Gregg mengambil posisi duduk di sebelah Marron.
Marron sedang mendesain sesuatu di laptopnya.
“ Wah! Ini keren sekali.”Ucap Gregg.
Marron tidak menjawab dan terus mendesain.
Marron mendesain wajah Keluarganya dalam bentuk anime di laptop.
Tetapi di desain tersebut mereka saling berjauhan tidak berdekatan satu sama lain.
Sangat berjauhan.
Persis dengan suasana makan malam mereka berjauhan.
“ Kenapa foto ini berjauhan?” Tanya Gregg.
“ Karena kondisi keluarga kami seperti ini” ucap Gregg.
“ Kamu kangen tidak dengan keluarga yang harmonis dan indah?” Tanya Gregg.
“ Itu Cuma berhasil di film dan keluarga-keluarga lain dan tidak akan bisa berlaku di keluarga kami” Ucap Marron.
“ Pernah kamu coba perbaiki hubungan dalam keluarga ini ?” Tanya Gregg.
“ Malas,mereka sudah beku seperti es tidak bisa dicampur lagi” Ucap Marron.
“ Kata siapa?”Tanya Gregg.
“ AKU!” ucap Marron sambil sedikit membentak.
“ Kalau gitu kamu percaya tidak ada cinta dalam keluarga yang harmonis?” Tanya Gregg.
“ Percaya” Ucap Marron.
“ Aku akan bantu kamu” Ucap Gregg.
“ Bantu apa? Apa yang bisa kamu lakukan ?” Tanya Marron.
Gregg tidak menjawab.
Gregg tersenyum pelan dan duduk di lantai.
“ Pinjam Keyboard yah” Ucap Gregg.
Marron tidak menjawab.
Seperti biasa keluarga ini suka dengan diam dan keheningan.
Gregg bermain keyboard dengan segala kedamaian di hatinya dan segala kelembutan di hati.
Marron berhenti dan melihat Gregg bermain dengan lembut dan special.
“ Ajari aku bermain sepertimu.” Ucap Marron.
“ Ajari aku juga desain seperti di laptop.” Ucap Gregg.
“ Kita tukeran ilmu yuk bro.” Ucap Gregg.
“ Kamu baca buku ini.” Marron menunjukan kepadanya teknik desain.
“ Aku mau denger dari kamu langsung.” Ucap Gregg.
“ Aku mau kita sama-sama menukar ilmu, Okay?” Tanya Gregg
Marron menyerah.
Marron akhirnya setuju dengan perjanjian ini.
Dalam waktu 3 jam Marron dan Gregg berdiskusi dan bertukar ilmu.
Hubungan mereka semakin membaik.
Marron semakin banyak berbicara dan bertanya saat menemui kesulitan bermain Piano.
Sebenarnya Gregg sudah bisa menggunakan desain seperti Marron bahkan lebih unggul dari Marron tetapi Gregg ingin ngobrol lebih lama dengan Marron sambil mencairkan suasana.
Marron menjadi lebih banyak tersenyum dan berbicara setelah belajar keyboard dengan Gregg.
“ Bolehkah kamu mengajariku lagu favourite ku?” Tanya Marron.
“ Tentu saja boleh bro” Ucap Gregg.
Gregg memainkan keyboard lagu kesukaan Marron membuat  Marron menjadi kagum dengan dirinya.
“ Gantian aku dong, bro yang mau coba skill yang kamu uda berikan pada aku dalam desain” Ucap Gregg.
“ Sekalian kamu test aku  sudah mengerti belum ajaran kamu” Ucap Gregg sambil tersenyum.
Gregg mendesain foto keluarga mereka yang berdampingan dan bergandengan tangan.
“ Begini lebih bagus, bro” Ucap Gregg.
“ Boleh aku cetak? Aku ingin memiliki hasil desain aku sendiri “ Ucap Gregg.
Mata Marron berkaca-kaca melihat Max, Marron, Merry serta Papa & Mama makan bersama di meja makan bersama seperti dengan milik mereka di rumah dalam desain anime karikatur yang wajahnya mirip sekali dengan mereka.
“ Mirip sekali” Ucap Marron.
“ Wah, selamat bro, kamu uda berhasil ngajarin aku “ Ucap Gregg sambil tersenyum bangga dan menepuk bahu Marron.
Marron menghindar dan mengamati foto itu dengan arti yang lebih mendalam dan seketika melempar foto itu ke lantai.
“ Maaf Gregg, aku tidak suka dengan orang yang ada dalam desain ini, mereka sudah menjadi orang yang asing bagiku.” Ucap Marron.
“ Desain ini keren tapi tidak mirip seperti keluargaku, keluargaku senangnya berjauhan seperti ada magnet yang membuat kami mental untuk berdekatan.” ucap Marron.
“ Keluargaku tidak akan bisa seperti ini, ini hanya desain yang tidak akan pernah bisa menjadi kenyaatan “ ucap Marron.
Mata Marron berkaca-kaca
Gregg tersenyum pelan.
Gregg keluar dengan beberapa foto tersebut dan menyelipkannya di pintu kamar Merry dan Max serta kamar Pak Ken dan Bu Cony.
Semoga foto tersebut bisa menyentuh perasaan hati mereka sehingga mereka rindu untuk bisa makan bersama.
Gregg  masuk ke kamarnya.
Rasanya pikirannya sedikit lelah dengan keluarga unik ini.
Mereka sepertinya sudah kehilangan ikatan cinta keluarga.
Gregg melepaskan segala emosinya dalam bermain Gitar lagu instrumental.
Lagu instrumental sejenak mengingatkan dirinya akan keluarganya dan Lindsay.
Karena di setiap kesedihannya dulu, Gregg selalu bersembunyi dan melepas segala emosinya dengan bermain Gitar.
Musik memberikan energi untuk kekuatan baru dan pengharapan baru dalam hidup ini.
Gregg terdiam dalam alunan instrumental yang menyejukan hati.
“ Ayo Gregg, makan bersama” Ucap Ken.
Gregg duduk di sebelah Ken dan mulai mengamati keadaan sekitar.
Gregg tersenyum melihat ada sesuatu perubahan dalam suasana makan malam hari ini.
Max dan Marron duduk bersama di taman.
Mereka saling memandang dan makan bersama.
Merry dan Bu Cony makan bersama di Balkon melihat pemandangan bintang malam,
Pak Ken duduk dengan handphone dalam genggaman tangannya.
“ Gregg,  saya akan segera bercerai dengan Cony” Ucap Ken.
“Saya sudah tidak bisa memperbaiki keluarga ini lagi” Ucap Ken.
“ Bagaimanapun juga Pak ken & Bu Cony sudah dipersatukan dalam satu keluarga, lebih baik dipertimbangkan terlebih dahulu Pak” Ucap Gregg.
“ Saya...” Ucap Ken.
“ Jangan dijawab sekarang Pak, lebih baik Pak Ken pertimbangkan terlebih dahulu” Ucap Gregg.
“Max dan Marron sudah makan bersama dan Merry juga makan bersama ibunya, bukankah ini pertanda baik pak?” Tanya Gregg.
“ Mungkin itu kebetulan saja.” Ucap Ken
Gregg maju dan berbisik di telinga Ken.
“ Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, Pak” Ucap Gregg.
“ Semua sudah diatur oleh sang Pencipta, Pak ken menjadi satu keluarga dengan Bu Cony , Max, Marron, Merry juga adalah rencana sang Pencipta” Ucap Gregg.
“ Keluarga adalah cinta terhangat di dunia ini yang tidak tergantikan, mungkin suatu hari Pak Ken bisa menyadari ini semua.”
“ Baiklah Gregg, terimakasih karena kamu selalu support saya” Ucap Gregg.
Gregg tersenyum pelan dan meninggalkan Ken yang sedang sibuk dengan genggaman handphonenya.
Gregg menghampiri Max dan Marron yang sedang duduk bersama.
Mengamati dari kejauhan
Suasana yang hening dan damai membuat percakapan Max dan Marron terdengar jelas.
Gregg tidak ingin mengganggu obrolan mereka sehingga bersembunyi dari jendela.
Mendengarkan percakapan mereka.
“ Marron, Kamu menerima foto itu?” Tanya Max.
“ Foto kita?” Tanya Marron.
“ Yups, aku menerimanya” Tanya Max.
“ Pasti Gregg yang memberikannya kepadamu, karena tadi dia memakai laptopku untuk membuatnya.” Ucap Marron.
“ Mungkin” Ucap Max.
“ Kamu pernah rindu keluarga kita kembali harmonis?” Tanya Max dengan senyuman hangat.
“ Terkadang tetapi sepertinya sudah mustahil” Tanya Max.
“ Begitulah, terkadang aku binggung apa yang harus aku lakukan” Ucap Marron.
“ Aku rindu ngobrol sama kamu, bro” Ucap Max.
“ Iya sudah lama sekali ya kita tidak pernah ngobrol” Ucap Marron 
Marron diam dalam keheningan lagu di telinganya.

HOME Where stories live. Discover now