Episode 10

723 68 3
                                    

Bukan Yeri namanya jika selalu membuatku cemas karena melihatnya seperti itu, dia membuat ku berpikir apa yang harus ku lakukan.

" Kamsahamnida. "

" Ne. Kamsahamnida. "

tring ...

Aku membawa kue, bunga dan beberapa ikat balon, sebelum menjemputnya.

Chungdam High School

Aku memarkirkan mobilku tepat di bawah pohon yang rindang, aku menunggunya di samping pintu sambil menyiapkan semuanya. Tak berapa lama, aku lihat putriku yang paling menggemaskan meskipun menjengkelkan itu berjalan keluar lobby sambil memperhatikan sekitarnya, dia pasti tidak melihat ku di jarak sejauh ini.

" Yeri-ya ! ", aku berjalan ke arahnya dengan kue di tangan kanan ku, bunga di tangan kiri dan beberapa balon yang sudah ku ikatkan di pergelangan tangan.

Aku menahan tawaku saat melihat wajahnya panik, bahkan dia langsung berlari ke arahku seolah meminta ku menghentikan semua itu.

" Dad! Apa yang kau lakukan ?! "

" Ya, mianhae, kau membuatku cemas seharian ini, kau tidak berbicara denganku sejak pagi tadi. Aku khawatir. "

" Tapi mengapa harus seperti ini ? Aigo, Yeri malu tau!! "

" Wae ? "

Dia menarikku ke arah mobil dan di saat yang bersamaan aku melihat Irene baru saja keluar dari lobby. Dia melihat ke arahku dan tersenyum kecil.

" Taeyeon-ssi, eodiseo ? "

" Aku sedang di kantor, wae, Irene sonsaengnim ? "

" Aniya, jangan seperti itu. "

" Ne, wae, Irene-ssi ? "

" Sepertinya mood Yeri hari ini sedang tidak stabil, aku khawatir dia akan kesal padamu bahkan semua orang untuk waktu yang lama. "

" Hmm, arraseo. Apa sesuatu baru saja terjadi di sekolah ? "

" Aniya, hanya saja aku cemas melihatnya seperti tadi pagi. "

" Ah, ne, arraseo. "

" Aku yakin kau tahu harus berbuat apa untuk mengembalikan moodnya. Mungkin dengan sesuatu yang manis ? "

" Ne, arraseo, aku akan membawakan sesuatu untuknya saat menjemput nanti. "

" Ne. Annyeong. "

Gomawo, Irene.

* * * * *

Di dalam perjalanan pulang, Yeri terus memandangi kue yang bertuliskan "Yeri-ya, mianhae" dan sesekali ia memperhatikan ayahnya.

" Memangnya kau tahu ini semua karenamu ? "

" Aku rasa seperti itu. Mungkin sembilan puluh lima persen ? "

" Hm. "

" Wae, Yeri ? Jangan bersikap seperti itu, aku tidak ingin melihatmu bersedih. "

" Bicara soal semalam, tentang kencanku-"

" . . . . "

" Aku hanya bercanda. Aku tidak berkencan dengan siapapun. "

" Jinjja ?! Hah, aku lega mendengarnya. "

" Kau lega karena kau dan aunty Sica berkencan, kan ? ", Yeri membuang pandangannya keluar jendela.

" Mworago ?! "

Savage DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang