Prolog

1.7K 21 5
                                    

Lizatama Hospital

Seorang gadis tampak berlari dikoridor RS dengan jas putih yang melekat ditubuhnya. Semua orang yang dilewatinya sudah pasti bisa menebak bahwa gadis itu sedang terburu-buru.

"Dokter Lizaa?!" Gadis itu berhenti dan melihat perawat yang memanggilnya kemudian jarinya menunjuk kearah sebuah ruangan rawat VIP.

Liza, adalah nama panggilan untuk Shearen jika dirumah sakit. Semua perawat maupun dokter dirumah sakit itu mengenalnya dengan nama Liza.

Shearen yang mengerti apa maksud dari perawat itu melanjutkan larinya ke ruangan yang ditunjuk tadi.

Begitu masuk Shearen melihat gadis yang terbaring dibrankar dengan kondisi sangat tidak baik. Segera Shearen menghampiri gadis itu dan memulai tugasnya.

Para perawat yang didalam ruangan itu pun turut membantu Shearen dalam tugasnya. Hingga 30 menit kemudian pasien tampak lebih baik dan sudah kembali tenang.

Shearen menghela nafas lega karena dia datang tepat waktu, kalau tidak dia tidak yakin jika gadis diharapkannya itu akan selamat.

"Sebaiknya kita keluar, kita temui keluarganya." Ajak Shearen pada perawat disitu disanggupi oleh mereka

Begitu keluar Shearen langsung dihampiri oleh sepasang suami istri yang mungkin seukuran dengan orangtuanya.

"Bagaimana kondisi putri saya dok?" Tampak jelas dari raut wajah wanita setengah tua itu sangat khawatir.

Shearen tersenyum lembut, "Tidak perlu khawatir bu, putri anda baik-baik saja dan ada kemungkinan beberapa hari lagi dia akan sadar setelah lama koma.

Ya, gadis yang ditangani oleh Shearen adalah korban kecelakaan beberapa bulan lalu. Berdasarkan cerita orangtuanya, gadis itu dengan sengaja menabrakkan mobil yang dikendarainya kejurang yang dipenuhi pohon besar setelah mengetahui kekasihnya menduakannya dan hal itu membuatnya frustasi, 3 tahun menjalin hubungan bukanlah hal yang mudah, tapi bagaimana bisa gadis itu dikhianati oleh kekasihnya sendiri di hari jadi ke-3 tahun mereka, miris.

Wanita itu menghela nafas lega mendengar ucapan Shearen begitu juga pria disebelahnya.

"Terimakasih nak, mungkin kalau kamu tidak ada anak saya mungkin akan tiada." Ucap wanita itu

"Maaf bu, semua itu bukan karna saya melainkan Tuhan bu, Dia yang sudah memberikan kesempatan untuk putri ibu bukan saya. Saya hanya bertugas untuk mengobati bukan menentukan kematian seseorang." Jawab Shearen tersenyum tulus

Itulah salah satu sifat Shearen yang sangat disenangi oleh para perawat, dokter maupun pasiennya. Dia tidak pernah membanggakan profesinya.

Wanita paruh baya itu tersenyum sambil menatap lebur Shearen, sejak hari pertama bertemu dengannya dirumah sakit itu sudah mampu menarik perhatiannya. Begitu juga dengan suami dari wanita Itu, dia berharap jika nanti putranya bisa mendapat gadis tulus seperti Shearen.

"Kalau begitu saya permisi bu, pak masih banyak pasien yang harus saya tangani." Pamit Shearen pada pasutri tersebut.

"Aku sangat menyukainya mas." Ucap wanita itu padan suaminya setelah Shearen melangkah jauh dari mereka

"Yaa sangat jarang ada gadis seperti itu"

"Cari tau tentangnya mas, aku ingin tau siapa sebenarnya dia!" Pinta Wanita itu pada suaminya

"Baiklah akan kucari tau nanti, oh ya apa putramu itu belum juga menjenguk adiknya disini?" Tanya pria itu

"Huftt, entahlah aku tidak tahu sampai kapan dia akan seperti itu." Jawab Wanita itu lesu

*****
Wijaya Company

Sejak tadi semua karyawan diruangan rapat merasa ketakutan karena atasan mereka mengamuk tiba-tiba.

"Saya tidak mau tahu, bagaimana pun caranya saya pulau itu harus menjadi milik saya! Tidak ada bantahan!." Ucap Ansel kemudian berlalu dari ruangan itu tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Apalagi ini ya Tuhan?!!" Ucap Bagas frustasi melihat sahabatnya itu mengamuk belum lagi pagi tadi dia bertengkar hebat dengan istrinya yang sedang hamil dirumah.

"Sabar pak, ini ujian buat kita semua." Ucap Rehan karyawan disebelahnya sambil terkekeh kecil kemudian beranjak darisana menyusul karyawan lainnya.

Dan kini tinggal Bagas sendiri lah yang ada diruangan itu sambil meratapi nasib.

"Apa hidupku ditakdirkan begini? Masalah istriku belum selesai sudah muncul masalah baru!" Gumam Bagas kemudian beranjak menuju ruangannya.

Ruangan Ansel

Ting

Suara ponsel membuat Ansel mengalihkan perhatiannya kemudian melihat pesan masuk yang ternyata bersama dari ayahnya.

Daddy
Pulanglah son lihat adikmu sekali saja, dia sudah pulih dari masa kritisnya dan kini tinggal menunggu dia sadar. Daddy sangat berharap kali ini kau datang, terlebih mommy mu.

Me
Aku akan datang setelah dia benar-benar pulih.

Setelah membalas pesan ayahnya, Ansel kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Ansel dikenal dengan orang yang gila kerja, dia menghabiskan waktunya dengan bekerja persis seperti ayahnya Wijaya.

Cklek

"Kau tau? Kau itu sangat menyebalkan! Bagaimana bisa kau memberiku tugas yang sangat banyak, belum lagi masalah istriku yang sedang mengidam aneh-aneh. Kau sangat menyebalkan Ansel!" Cerocos Bagas begitu masuk keruangan Ansel.

Ansel yang sudah tahu sifat sahabatnya itu memilih mengabaikannya begitu saja. Bagas yang merasa diabaikan menghampiri sahabat sekaligus bosnya itu dan duduk tepat dihadapan Ansel dengan meja sebagai penghalang.

"Apa kau tidak lelah? Setiap hari berkencan dengan labtopmu, kapan kau akan berkencan dengan wanita?" Pertanyaan Bagas mampu membuat Ansel menghentikan tugasnya kemudian menatap Bagas dengan alis berkerut.

"Apa maksudmu?" Tanyanya datar

"Ck aku bosan melihatmu sendiri, aku juga bosan pergi kemana-mana berdua denganmu seolah-olah aku tidak mempunyai istri." Bagas berhenti sebentar melihat perubahan raut wajah Ansel, kemudian mendekatkan wajahnya ke ketelinga Ansel.

"Sebaiknya kau cari seorang wanita untuk kau jadikan istri, supaya kau ada yang mengurus setiap harinya dan juga untuk menghindari gosip bahwa kau itu seorang gay." Setelah mengucapkan itu Bagas segera keluar dari ruangan Ansel karena dia yakin dari raut wajah Ansel dia akan mengamuk.

Dan benar saja ketika sudah keluar Bagas mendengar teriakan Ansel dan dapat didengar oleh karyawan yang ada disana.

"SIALAN KAU BAGAS!!!" Bagas yang mendengar itu tertawa puas.

*****

See you next part!!

CEO & Doctor (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang