•Chapter 3

13 6 0
                                    

Sampai di rumah aku langsung mandi dan makan secepat mungkin. Aku ingin cepat cepat ke rumah sakit untuk menemui Nevan.

"Kak ayo cepetan anterin" Ucapku dengan nada memaksa.

"Sabar dong gue juga lagi makan" Jawab kak Antha dengan mulut penuh.

"Cepet makannya"

Sambil menunggu kak Antha selesai makan aku duduk di sofa sambil bermain HP

"Dek ayo" Ajak kakakku

"Ayo"

Sampai di rumah sakit aku langsung berlari menuju ruang operasi yang sudah diberi tahu oleh suster tadi. Aku tidak peduli dengan tatapan orang orang di rumah sakit yang menatapku dengan aneh. Yang ada dipikiran ku hanyalah Nevan, Nevan, dan Nevan.

Setelah menunggu sekitar setengah jam akhirnya dokter yang menangani operasi Nevan pun keluar. Nevan juga sudah di pindahkan ke ruang inap VVIP. Sesuai permintaanku.

Aku langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut

"Dok, Nevan gimana?" Tanyaku dengan cemas.

"Nevan sudah pulih seperti semula, tapi ia belum sadarkan diri" Jawab dokter tersebut, yang ku ketahui bernama dokter Arga.

"Apa boleh saya masuk?"

"Tentu saja boleh"

"Terimakasih dokter"

Ceklek

Aku masuk ke dalam ruangan Nevan. Bau obat obatan langsung menyengat hidungku. Jujur saja aku sangat tidak menyukai bau obat obatan.

Aku menarik kursi dan duduk di samping bangsal Nevan. Aku menggenggam tangannya yang terbebas dari selang infus.

"Nevan bangun" Ucapku sambil menangis.

"Aku kangen"

"Cepet sembuh sayang" Ucapku lalu mencium kening Nevan.

Setelah berada di ruangan Nevan selama 2 jam akhirnya aku pulang karena di bujuk terus menerus oleh kak Antha.

***

Aku menuju sekolah dengan emosi. Aku sangat ingin menghabisi Marchel yang menabrak kami hingga Nevan hampir saja gegar otak.

Plaakk

Aku menampar pipi kiri Marchel dengan sangat keras sambil menangis. Tamparan ku berhasil membuat pipinya memerah. Namun Marchel tidak marah sama sekali. Bahkan dia malah tertawa.

"Apa apaan lo hah?!" Ucapku penuh emosi sambil menangis.

"Hahaha" Marchel menjawab hanya dengan tertawa. Membuatku melayangkan tamparan di pipi kanannya.
Tamparan ku sukses membuat kedua pipi Marchel sangat memerah dan sedikit robek pada sudut bibirnya.

"Sorry Al, gue khilaf" Jawab Marchel dengan nada meremehkan

"Khilaf lo bilang?! Lo bahkan hampir ngebunuh Nevan dan lo masih bisa bilang itu khilaf!" Ucapku dengan suara keras hingga banyak siswa yang menonton kami.

"Gue suka sama lo! Gue ngga mau lo sama Nevan! Maaf" Kini ucapan Marchel terlihat serius.

"Gue bakal maafin lo kalo lo bisa gantiin posisi Nevan disana!"

Sampai di depan kelas aku masih terus menangis. Aku tidak berminat sama sekali untuk masuk ke dalam kelas. Akhirnya aku memutuskan untuk ke rooftop sekolah yang terletak di lantai 5.

War of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang