•Chapter 4

16 5 0
                                    

"Alexa?" Ucap Nevan kaget.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Nevan.

"Seharusnya aku yang tanya sama kamu, kamu ngapain sama dia?!" Balasku sambil menangis.

Nayya pun angkat bicara "M-maaf. Ini ngga seperti yang kamu kira. Aku bisa jelasin semua"

"Jelasin lo bilang? Lo mau jelasin kalo lo seneng berduaan sama Nevan kan?" Ucapku marah.

"Alexa, maaf" Ucap Nevan sambil memelukku erat. Aku tidak bisa untuk tidak memaafkannya.

"Aku minta maaf ya sayang" Kata Nevan sambil mengusap pipiku yang penuh air mata. Aku hanya mengangguk.

Selama seminggu terakhir aku tidak pernah pulang bersama Nevan karena kesibukannya. Dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Marchel untuk terus mengajakku untuk pulang bersamanya. Namun setiap dia mengajak aku pulang bersama aku selalu menolaknya.

Jujur saja, rasaku masih sama seperti kemarin pada Marchel. Aku masih menyukainya. Tetapi aku juga mencintai Nevan. Rasaku tidak akan pernah bisa berubah pada Nevan. Selamanya. Ku harap---

***

Tepat hari ini pentas di AHS diselenggarakan. Bahkan setiap kelas di haruskan untuk memiliki stand makanan atau minuman se kreatif mungkin.

Aku pun sudah mulai dekat kembali dengan Marchel. Kami sering jalan-jalan menuju stand kelas lain untuk membeli makanan. Setelah membeli beberapa makanan Marchel mengajakku untuk menonton pentas di kursi yang telah disediakan.

Setelah selesai pentas ternyata perwakilan dari anggota OSIS juga ikut berpartisipasi. Hal yang tidak ku duga. Nevan bernyanyi duet dengan Nayya. Mereka menyanyikan lagu 'romantis' yang membuatku sangat cemburu. Aku tidak kuat untuk terus menonton mereka berdua bernyanyi. Akhirnya aku berlari meninggalkan Marchel disana.

"Al Alexa" Panggil Marchel sambil mengejarku.

Aku duduk sendiri di bawah pohon beringin di ujung sekolah. Marchel datang lalu memelukku.

"Ngga usah nangis. Gue ada disini" Ucap Marchel menenangkanku. Entah kenapa kata kata itu membuatku berhenti menangis.

***

"Dek mau kemana?" Tanya kakakku.

"Mau ke minimarket"

"Titip jajan dong"

"Duit sini, sekalian kunci motor" Ucapku sambil menyodorkan tangan kananku.

"Nih duit"

"Kunci motor?" Tanyaku.

"Lo pikun? Motor kan lagi di service" Jawab kakakku sambil memukul pelan kepalaku.

"Ckkk" Aku mendecak sebal

Aku terpaksa menuju minimarket dengan berjalan kaki. Untung saja jarak dari rumahku ke minimarket tidak terlalu jauh. Tetapi tetap saja aku sangat malas untuk berjalan kaki keluar rumah.

Saat di jalan aku memikirkan kejadian kemarin. Aku bahkan merangkai kata-kata untuk putus darinya.

"Eh mikir apaan sih gue"

"Hahhh" Aku menengadahkan kepala, menikmati udara segar di Minggu pagi.

Aku menyebrang, sebelumnya aku juga sudah menoleh kearah kanan dan kiri memastikan tidak ada kendaraan.
Namun tanpa ku sadari tiba tiba dari arah kiri ada motor yang menarbraku dengan sangat keras.

BRAAKK!!

Membuat kepalaku terbentur aspal hingga bersimbah darah. Namun aku masih sedikit sadar.

"Alexaaaa!!!" Ucap Rendy yang entah datang dari mana. Dia langsung membopongku menuju tempat aman dan menelepon kakakku.

"Ren s-sakit" Kataku lemah.

"Sabar ya Al, lo harus bertahan. Lo kuat" Setelah mendengar kata kata dari Rendy aku langsung tidak sadarkan diri.

***

Aku baru sadar setelah 1 Minggu koma. Kak Antha, Marchel, Ella, dan Nevan selalu setia menjagaku selama seminggu ini. Kata kak Antha Nevan menangis setiap hari sambil menggenggam tanganku. Aku yang mendengarnya hanya tertawa. Sedangkan Nevan dia hanya memasang wajah malu. Sungguh lucu.

Nevan juga sudah menjelaskan perihal duet kemarin. Dia bilang jika itu paksaan dari Dika. Tentu saja aku mempercayai nya. Bahkan sejak saat itu Nevan sudah tidak pernah terlihat dekat lagi dengan Nayya.

Aku memang tidak mengetahui nya, karena selama itu aku di rumah sakit. Tetapi Ella dan Sherin yang memberitahu ku.

Setelah tiga hari aku di rawat inap di rumah sakit akhirnya aku di perbolehkan untuk pulang. Tentu saja aku sangat senang. Sangat membosankan berada disana.

-

Saat aku mulai masuk ke gedung sekolah banyak yang menyapa ku. Banyak dari mereka yang ku kenal bahkan tidak ku kenal.

"Halo Alexa"

"Pagi Alexa"

Begitulah sapaan mereka. Kami siswa kelas unggulan memang sangat terkenal. Mungkin karena keterbatasan kuota untuk menjadi siswa unggulan yang membuat kami dikenal oleh seluruh siswa Asterion High School. Sekolahku juga hanya menerima 120 siswa yang terbagi dalam 4 kelas.

Saat aku masuk ke kelas tiba tiba Ella dan Sherin langsung berlari memelukku.

"Welcome back my enemy!" Begitulah teriak histeris Ella yang memiliki suara sangat cempreng.

Nevan juga terlihat dikelasku sambil membawa sesuatu yang tidak ku ketahui. Nevan mendekati ku dan memasangkan sesuatu di leherku. Sebuah kalung perak dengan liontin berlian berwarna biru dengan bentuk bulan sabit. Cantik sekali.

"Kalung nya cantik banget" Kataku sambil memandangi kalung pemberian Nevan.

"Ini sebagai tanda bahwa kamu milikku" Ucap Nevan.

"Liontin ini bisa dibuka, kamu harus janji untuk tidak membuka nya sebelum kita menikah nanti"

"Iya aku janji" Jawabku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

War of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang