Nata

618 82 9
                                    

Masih terngiang kejadian di perpustakaan yang mampu membuat (Namakamu) termenung seperti ini. Iqbaal bahkan sudah menaruh sebungkus nasi kuning untunknya. Ia tidak ikut ke kantin bersama yang lain dan memilih di kelas saja.

"(Nam)" Iqbaal duduk di bangku Dannia. Meja yang berada di baris ke empat.

(Namakamu) hanya menoleh dan menatap kosong pada Iqbaal.

"Kenapa sih? Tadi sulit ya soalnya?" tanya Iqbaal. Tidak biasanya (Namakamu) murung seperti ini.

"Nggak"

"Lalu?"

(Namakamu) sebenarnya ragu untuk menceritakannya pada Iqbaal.

"Baal kamu percaya kan sama aku?" Iqbaal mengernyit.

"Akhir akhir ini aku sering banget liat hal yang gak masuk akal"

"Maksudnya?"

"Aku sudah cerita ke orang tuaku, mereka tak percaya, mereka bilang aku cuma halu, tapi nggak Baal, mereka terlalu jelas untuk aku katakan halu, dan tadi di perpus, kamu masih inget kan content knock knock crusader di youtube sebelum Brandon ngajak bikin content? Nah tadi aku coba di perpus, dan mereka kasih respon Baal, meja, kursi, gerak sendiri, bahlan buku buku di rak pada jatuh" cerita (Namakamu) dengan yakin. Ia berharap Iqbaal percaya padanya.

"Kamu di kerjain kali" (Namakamu) menghela nafasnya. Kenapa tidak ada yang percaya?

"Aku sendiri Baal di perpus, gak ada orang" ujar (Namakamu) dengan wajah yang serius.

Iqbaal menggenggam tangannya. "Mana ada hantu siang bolong" ujar Iqbaal.

"Makan dulu nanti ke buru bell" (Namakamu) menatap Iqbaal tak percaya. Apa ia harus menukar matanya ke Iqbaal agar bisa Iqbaal lihat dan percaya? (Namakamu) benar benar bingung harus apa? Iqbaal beranjak lalu keluar kelas, entah ke mana.

***

(Namakamu) hari ini terlalu lelah, entah kenapa? Ia ingin tidur secepatnya, padahal ini belum jam tidurnya.

(Namakamu) memejamkan mata dan menyelimuti dirinya hingga menutupi semua badannya.

Beberapa menit kemudian, ia belum juga tertidur. Padahal ia yakin tubuhnya susah sangat lelah dan akan mudah terlelap.

"Aaaa!" (Namakamu) reflek membuka matanya lalu menyibak selimutnya. Barusan ada suara wanita yang berteriak di telinganya. Suaranya seperti tertahan. (Namakamu) menatap ke sebelah, ia melotot melihat seseorang yang berdiri di bawah, ia hanya bisa menatap setengah wajahnya. Siapa wanita ini?

(Namakamu) ingin berteriak tapi ia seperti bungkam.

'Clek!'

Pintu kamar terbuka mengejutkan (Namakamu), Nabilla baru saja masuk. (Namakamu) menoleh kembali ke sisi ranjangnya, sudah tidak ada.

Kening (Namakamu) mulai berkeringatan.

"Kak kenapa?" tanya Nabilla.

"Gapapa" (Namakamu) kembali menyelimuti dirinya.

Malam ini (Namakamu) tidak dapat tidur dengan nyenyak. Selalu saja terbangun, ia terjaga. Hingga pukul tiga pagi, ia memutuskan untuk tidak tidur. Rasanya lebih menyiksa jika ia harus bangun beberapa kali.

Malam malam berikutnya, hampir setiap malam selalu ada gangguan. Entah mendengar suara yang berteriak di telinganya, tertawa, atau seperti ingin bicara namun suaranya tertahan sesuatu. (Namakamu) hampir tidak pernah tidur cukup. Hingga di sekolah, ia suka terlelap di kelas.

"(Namakamu)" panggil bu Fanya, guru fisika. Semua kepala di kelas menoleh ke arah (Namakamu) yang tengah tidur dengan bersimpu di lipatan tangannya

Alone (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang