(Namakamu) menaiki ranjangnya hendak menuju ke alam mimpi. Baru saja ia terlelap setelah beberapa detik. Lalu terbangun lagi. (Namakamu) merubah posisi menjadi duduk.
"Yah anying lepas" gumam (Namakamu). Ia lepas dari badannya lagi. (Namakamu) jadi penasaran, bagaimana hidup di dimensi lain. Ia turun dari ranjang. Ia keluar kamar tanpa membuka pintu, ia tembus.
(Namakamu) berdecak kagum. Berharap tidak bertemu sosok perempuan yang biasa mengganggunya ketika tidur. Ia nekat berjalan keluar rumah. Matanya melotot kaget melihat beberapa makhluk yang ada di luar, ada yang duduk di depan rumah, jalanan, pohon.
Tapi pas lo astral, lo gak boleh panik atau takut, karena mereka bisa tau kalau lo baru atau lo lepas dari badan, lo bisa di tarik biar gak balik. Santai aja soalnya lo lagi jadi setan juga
Kata kata dari Naufal terngiang ngiang di telinganya.
Kalau lo mau ke mana aja bisa, lo tinggal pikirin ke mana
"Ke rumah Iqbaal seru nih kayanya" (Namakamu) memfokuskan pikirannya pada rumah Iqbaal. Dalam sekejap ia membuka mata kembali, ia sudah berada di rumah Iqbaal. Ia berdecak kagum.
(Namakamu) menembusi tembok rumah. Ia menuju kamar Iqbaal.
Pria itu masih duduk di ranjang sambil memainkan ponsel. Padahal sudah pukul satu pagi.
"Baal!" (Namakamu) memanggilnya. Iqbaal tidak dengar. Tentu saja, ini beda dimensi.
(Namakamu) berjalan duduk di ranjang Iqbaal.
"Baal" (Namakamu) melambaikan tangan di depan wajah Iqbaal. Begini ketika (Namakamu) menjadi setan dan malah menganggu manusia.
"Iqbaal beneran gak bisa liat ya" kekeh (Namakamu).
(Namakamu) melihat ponsel Iqbaal. Ternyata Iqbaal tengah menelusuri fotonya berdua bersama (Namakamu). Astaga, ia jadi merona seketika.
(Namakamu) reflek memeluk Iqbaal.
Tembus cuy!
(Namakamu) lupa ia tidak bersama badannya jadi tidak bisa memeluk Iqbaal layaknya biasa. Ia mengerucutkan bibirnya. Menjadi tidak sabar bertemu Iqbaal. Ia sangat menyayanginya.
(Namakamu) berjalan keluar kamar. Menelusuri rumah Iqbaal, ternyata juga ada makhluk lain, tapi tidak usil.
"Loh (Namakamu)?" (Namakamu) terkejut lalu menoleh ke belakang. Ia mengernyit ketika melihat Rike.
Kok bunda bisa liat gue?
Rike mengucek matanya. (Namakamu) langsung kabur menembus tembok. Rike menganga di buatnya.
(Namakamu) juga kaget, kenapa Rike bisa melihatnya.
"Itu apaan tadi?" gumam Rike.
***
Pagi ini, hari Minggu, (Namakamu) main ke rumah Iqbaal. Seperti yang ia katakan semalam ia mendadak ia memeluk Iqbaal.
"Kenapa sih?" tanya Iqbaal ketika (Namakamu) memeluknya erat. Ia juga balas memeluknya.
"Kangen"
Iqbaal tertawa.
"Baal aku mau nanya"
(Namakamu) mendongak. Keduanya saling menatap. "Bunda kamu bisa liat setan?" Iqbaal mengernyit.
"Kok nanya gitu?"
"Ya nanya aja, boleh kan?"
Iqbaak terkekeh. "Boleh. Kata bunda sih emang sensitif tapi gak indigo" Iqbaal menoel hidung (Namakamu).
"Kenapa emangnya?"
"Hah? Enggak" (Namakamu) menggaruk tengkuknya gatal.
"Loh ada (Namakamu), ajak masuk dong Baal" ujar Rike mengagetkan keduanya.
"Iya bun" keduanya masuk ke ruang tengah.
Rike masih bertanya tanya tentang apa yang ia lihat semalam.
"(Nam),semalam kamu di sini ya?"
(Namakamu) gelagapan sendiri. "Hah? Gimana bun? Semalem (Namakamu) di rumah"
"Tengah malem gitu"
"Ya ampun bun, udah tidur, gimana bisa di sini?"
Rike mengangguk. "Iya juga"
Rike terkekeh menggaruk kepalanya yang gatal. "Bunda ngaco"
Rike tertawa, (Namakamu) tertawa kikuk. Semalam (Namakamu) langsung balik ke badannya, setelah bangun. Rasanya badannya remuk, sangat capek, karena ia memang tidur tidur, ia semalam jalan jalan di dunia lain, walaupun tubuhnya tidur tapi tetap saja (Namakamu) lelah. Benar benar sangat lelah, ia tidak mau lagi melakukan hal semalam. Bahkan matanya kini terdapat lingkaran hitam seolah tidak tidur.
"Kenapa sih bunda?" tanya Iqbaal.
"Loh kan bunda kamu" (Namakamu) tertawa. Iqbaal ikut menyengir.
(Namakamu) tidak mau bilang jika semalam ia astral ke rumahnya, bisa bisa Iqbaal ilfeel.
Biar (Namakamu) saja yang tau.
Selesai..
Pada minta, ini aku kasih lagi..
Tapi maaf pendek heheSalam sayang,
Meliyana
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone (SELESAI)
HorrorIQBAAL (NAMAKAMU) Awalnya aku seperti manusia normal lainnya, tidak, tidak, maksudku bukan berarti aku tidak normal. tapi aku merasa berbeda, semua terjadi setelah usiaku menginjak tujuh belas tahun. hal hal aneh mulai terjadi, apa yang seharusnya...