KEPING 2

78 2 0
                                    

Gak akan pake gaya tulis italic lagi karena mereka akan ngomong menggunakan bahasa Jepang.

Happy reading^^

***

Soya, Jennie, Rose, dan Lisa hanya bisa diam melihat sekelilingnya menjadi hancur layaknya kapal pecah. Jalan raya bolong, kendaraan banyak yang kecelakaan dan tak beraturan, semuanya benar-benar hancur berantakan.

Mwo! Semua orang menjadi batu seperti supir tadi Eonnie, lihatlah!” ujar Lisa berteriak karena terkejut membuat lamunan ketiga temannya itu buyar. Mereka mengikuti arah pandang yang Lisa tunjukkan lewat jari telunjuk, di sana banyak pejalan kaki berubah menjadi batu seolah tak hidup.

Mereka berempat mengedarkan pandangannya ke sekeliling, kota yang tadinya ramai penuh hiruk pikuk kini berubah layaknya kota mati tak berpenghuni, semua orang yang ada di sana menjadi batu, namun anehnya mereka tidak mengalami hal serupa seperti mereka.

Lantas, kenapa semua ini bisa terjadi?

“Haahh aku benar-benar menyesal belum menghajarnya habis-habisan. Aku hanya melakukan satu serangan tadi,” mereka berempat menoleh, mencari asal suara seseorang yang sedang mengoceh kesal. Ternyata itu berasal dari seorang pria bersurai merah, jubah yang pria itu kenakan kini sudah menghilang entah kemana. Sekarang pria itu memakai baju layaknya manusia biasa dengan baju kaos perpaduan antara warna merah dan putih, sepatu sneackers dengan warna serupa, dan celana jeans berwarna abu-abu muda.

Sedangkan pria dengan rambut berwarna abu-abu di sebelahnya hanya menutup matanya dengan wajah datar, mungkin dia tak kuat mendengar ocehan pria bersurai merah yang tak ada gunanya.

“Lebih baik kita berterima kasih dulu kepada mereka yang telah menyelamatkan Jennie,” ucap Soya membuat kepanikan ketiga temannya menjadi reda lantas mereka mengangguk pertanda setuju. Akhirnya Soya menghampiri kedua pria tersebut kemudian disusul oleh temannya di belakang.

Soya berdehem dulu sejenak, entah kenapa ia menjadi gugup, padahal dia adalah orang yang pemberani seolah tak punya urat malu. Ia tak tahu kenapa jadi bertingkah konyol seperti ini.

Dengan mental mantap ia langsung menyapa pria bersurai merah yang masih saja mengoceh tersebut. Siapa tahu pria itu menghentikan ocehannya. “Permisi...” sapanya lembut.

Berhasil. Pria itu menghentikan ocehannya dan menatap dirinya, lalu ia tersenyum sopan. “Ya, ada apa?” tanya pria itu dengan ramah.

“Kami mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkan teman kami yang bernama Jennie, aku benar-benar tidak tahu jika kalian tidak menolongnya,” ucapnya, lalu Soya membungkukkan badannya. Sementara pria bersurai merah itu tersenyum seraya mengangguk. Suara Soya membuat si pria bersurai abu-abu pun membuka matanya.

“Tidak usah, itu adalah tugas kami untuk menyelamatkan kalian,” jawab pria bersurai merah tersebut, lalu ia mengulurkan tangannya, “Perkenalkan aku Saint Pegasus, Pegasus Koga. Panggil aku Koga saja.”

Soya membalas uluran tangan tersebut. “Jisoo, panggil aku Soya.”

“Oh iya!” seru pria bernama Koga, lalu ia menepuk bahu teman disebelahnya, sedangkan pria yang ditepuk bahunya berdecak kesal,  “Perkenalkan, dia Saint Orion. Orion Eden, panggil saja Eden.”

“Boleh aku bertanya, apa itu Saint? Dan---kenapa semua orang-orang di sini jadi batu sementara kita tidak?” tanya Lisa memberanikan diri dengan wajah polosnya.

OMEGA AGAIN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang