Prolog

512 32 3
                                    

Hallo teman-teman! Aku kembali dengan cerita baru nih😁 Berharap kalian suka fanfiction pertamaku ini🙏😊

Happy Reading🍑


Sepasang saudara kembar tidak identik sedang memasukan koper ke dalalm mobil. Saat itu jam menunjukan pukul 22.00 WIB. Ketika dirasa sudah lengkap semua barang yang akan mereka bawa, keduanya masuk ke dalam rumah kembali untuk pamit pada sang bunda.

"Zar, Vara mana?" tanya si saudara kembar perempuan pada si saudara kembar laki-laki yang sedang berkacak pinggang.

Ezar mengedikkan bahu, "Emang tadi di mobil gak ada?" jawabnya, dia menjawab demikian karena tadi si adik bungsu berkata bahwa dia akan langsung tidur di mobil.

"Ya gak tau. Tunggu ya, aku liat dulu."

Ezar patuh, dia menunggu sambil duduk di kursi teras. Selang beberapa saat kemudian, si adik kembar perempuan datang, "Gak ada Zar." Lapornya yang terselip kekhawatiran.

Ezar berdecak kesal, dan membuang muka, lalu dia bangkit untuk mencari si adik bungsu ke dalam rumah. Dia mencari ke semua ruangan tapi Vara tidak kunjung tampak. Akhirnya pergilah Ezar ke kamar Vara.

Ketika sampai di depan pintu, diketuklah pintu itu sambil memanggil nama sang adik, "Vara... Buka pintunya!" tapi tidak ada sahutan dari dalam. Sekali lagi ia ketuk, tapi tidak ada respon juga. Akhirnya dia membuka pintu itu, untung tidak dikunci.

Di dalam sana, Vara tengah tertidur pulas. Ezar tak segan-segan masuk, karena mereka harus berangkat sekarang kalau tidak mau tertinggal pesawat.

Ezar lalu duduk di sisi samping ranjang, "Ra... Vara, bangun heh!" panggil Ezar sambil mengguncangkan bahu si adik bungsu. "Engh." erang Vara, dia mulai membuka mata perlahan, "Ada apa kak?" tanyanya dengan malas.

Sang kaka langsung menarik lengan Vara untuk duduk, lalu menyerahkan masker dan kacamata hitam yang selalu dia simpan di saku kemeja jika hendak pergi. Untung saja Ezar selalu siap sedia beberapa pasang masker dan kacamata hitam di sakunya. Kalau tidak dia harus ke mobil untuk mengambil persediaan lain di dalam koper. "Pakai ini, muka kamu berantakan. Gak ada waktu buat dandan, ayo cepet!"

Mendengar itu Vara langsung melebarkan matanya, dia segera belari menuju cermin. Benar yang dikatakan Ezar, lipstiknya belepotan, eyelinernya luntur, dan jangan lupakan bekas air liur yang tercetak jelas di pipinya.

"Berantakan sekali bukan?" tanya Ezar, "Cepet pakai masker sama kacamatanya, kita harus tiba tepat waktu di bandara."

Vara ingin perotes, tapi Ezar menahan perotes itu dengan kata-katanya. Sehingga sang adik patuh. Tak lupa Ezar mengambil topi hitam Vara yang ada di meja belajar untuk menutupi rambut berantakan Vara.

"Terimakasih kak." ucap Vara yang hari ini menggunakan kemeja warna soft blue sambil bergelayut manja di lengan Ezar, "Kaka memang the best selalu sedia apa yang Vara butuh." tambahnya.

Ezar tersenyum masama mendengar penuturan Vara, dia sudah biasa mendengar itu. "Sama-sama, ayo cepat turun, gak usah manja pakai gelayutan kaya gini." Ezar melepas kurungan tangan sang adik pada lengannya.

Lalu keduannya berjalan beriringan menuju ruang tamu. Untuk pamit pada Bunda mereka, kenapa hanya bunda? Itu karena Ayah Vara sudah meninggal ketika dia berusia 7 bulan, sementara saat itu Ezar dan Eshal masih berusia 8 tahun. Oleh karena itu Bunda dan semua kakaknya begitu menyayangi Vara.

Liburan ke pulau Dewata ini pun, Ezar lah yang membiyayai. Dia menabungkan sebagian uang hasil kerjanya sebagai seorang model untuk menuruti keinginan sang adik bungsu.

Walaupun seorang model, Ezar memiliki gelar sarjana pendidikan, yaitu sastra inggris. Model itu hanya pekerjaan sampingan supaya meringankan Bunda dalam membiayai kuliah. Saat itu uang jajan pun dia sudah tidak pernah minta pada Bunda karena pekerjaannya itu.

Hortensia, Tergantung Pada Tingkat pH.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang