4. TAOME

131 20 2
                                    

Cahaya lampu LED memenuhi wajah seorang laki-laki tampan yang terpejam damai. Awalnya dia sedikit terusik, tetapi kemudian memilih untuk melanjutkan tidur kembali. Laki-laki itu menarik selimut hingga menutupi wajahnya, lalu meringkuk demi mendapat kehangatan.

Dinginnya udara pagi awal musim gugur mulai terasa. Sialnya dia hanya menggunakan t-shirt dan short pants untuk tidur. Tapi dirinya patut bersyukur karena pagi ini hujan belum turun dan ada selimut di kasurnya.

Pagi ini seharusnya dia menjalankan jadwal yang telah dibuat oleh nyonya Lee. Namun tampaknya hal itu tidak akan terjadi. Dalam keadaan setengah sadar, dia bersorak bahagia dalam hati. Bahagia karena tidak perlu berkeliling kota dengan orang yang tidak dicintai. Bahagia karena tidak akan melakukan aktivasi hari ini dengan terpaksa, bahagia karena hak Seohyeon tidak jadi di ambil alih.

Lamat-lamat terdengar suara gemuruh bersahutan. Pagi yang berkabut dan udara sejuknya akan segera terganti oleh aroma khas hujan.

Tapi, tunggu...

Joohyeon membuka mata, tiba-tiba saja sebuah pertanyaan melintas di benaknya.

Siapa yang menghidupkan lampu kamar ku?

Laki-laki itu menyibakkan selimutnya, kemudian duduk. Dia menoleh ke sebelah kiri, melihat ke arah tombol saklar yang berada di dekat pintu. Joohyeon mengerjapkan mata beberapa kali.

"eomma?" Panggilnya pada seseorang yang berdiri menghadapnya di sebelah sakelar.

"Bukan," bantah orang itu. Dia melangkah perlahan menuju Joohyeon. Suara ketukan yang tercipta dari sepatu heels setinggi 7 cm membuat ruangan yang hening menjadi mencekam. "apa aku setua itu sehingga kau kira aku ini eomma?" protesnya sambil berkaca pinggang setelah berdiri di depan nakas dekat tempat tidur.

Joohyeon terkekeh, "Kau tidak tua, hanya saja..."

"Hanya saja apa?!" tagih orang itu, galak.

"Kau ini singa betina yang sedang datang bulan! Setiap kau di dekatku, suasana seketika berubah menjadi mencekam, noona!" jawab Joohyeon sembari menatap orang itu, dia mengatakannya dengan santai.

Noona Joohyeon yang bernama Jihyeon itu merotasikan kedua matanya sebagai reaksi. Dia sudah terbiasa dengan julukan itu. Jadi tidak akan ada gunanya jika menanggapinya dengan emosi.

Park Jihyeon, usianya 7 tahun lebih tua dari Joohyeon. Dia sudah menikah dan memiliki seorang putri berusia 5 tahun, Jika sedang tidak ada jadwal, Joohyeon biasanya akan bermain dengan sang keponakan. Bersenang-senang bersama sepuas mungkin.

"Kenapa noona kemari?" lanjut Joohyeon.

"Ya! Apa aku harus memberikan alasan jika ingin menemui adikku?"

"Kumohon, sehari saja singa betina mu jangan muncul!" mohon Joohyeon dengan raut tidak sukanya, "Tentu saja kau tidak memerlukan alasan." lanjut Joohyeon cepat, dia tidak mau membuat sang kakak menjadi lebih kesal.

Sebenarnya kedatangan Jihyeon ke Busan adalah karena perintah sang ibu. Di juga membawa putrinya-Haeyong- untuk bertemu dengan pamannya. Ibu dan anak perempuannya itu sebelumnya sudah sepakat untuk bekerja sama menjalankan rencana hari ini.

"Cepat mandi! Dari tadi eomma sudah menunggumu untuk sarapan, tapi ternyata kau masih tidur." sinisnya, "Oh iya, berpakaianlah dengan rapi, hari ini kau akan berkencan dengan kekasihmu itu." lanjut Jihyeon, mengingatkan.

Joohyeon menampilkan wajah tidak berekspresi ketika kalimat itu terucap, "Dia bukan kekasihku, dia adalah salah satu penggemarku yang beruntung." jawabnya ketus.

Hortensia, Tergantung Pada Tingkat pH.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang