“The Apple Of My Eyes.”
Beberapa detik lalu, kalimat itu keluar dengan mulus dari mulut Joohyeon. Membelai lembut hati orang yang di tuju. Dua insan tersebut masih dalam posisi yang sama. Berdiri dan mendalami pekatnya mata satu sama lain. Tidak ada kata yang ingin mereka ucapkan. Degup jantung yang lebih cepat mendominasi. Andai hujan tidak turun, mungkin mereka akan lebih lama hanyut dalam irama jantung masing-masing. Menikmati angin musim gugur, aroma tanah basah dan kayu.
Seperti tersengat sesuatu, Vara menegang. Matanya membulat dan hal itu membuat keduanya mengalihkan pandang dengan cepat. Mereka salah tingkah. Joohyeon gelagapan memayungi dirinya dan dua orang di sampingnya, sedangkan Vara mengalihkan pandangannya dengan meniliki Haeyong yang berada di gendongannya. Anak kecil itu sedang bermain air hujan dengan tangannya. Saat Vara memperhatikan Haeyong, dia menoleh dan tersenyum gemas.
“Terimakasih, paman dan bibi. Karena kalian aku jadi merasakan eomma dan appa ada di sisiku.”
“Dengan senang hati, sayang.” kata Vara.
Tapi Joohyeon berkata sebaliknya, dan hal itu membuat Haeyong merasa sedih, “Haeyong, lain kali paman tidak mau bertingkah seperti appa dan eomma-mu. Cukup sekali ini saja!”
“Baiklah paman,” sahut Haeyong dengan lesu.
Joohyeon sebenarnya tidak nyaman harus melakukan hal yang diminta keponakannya. Jika di lain hari keponakannya meminta hal seperti tadi, dia akan dengan tegas menolak. Jika Haeyong akan menangis, Joohyeon akan mencari solusi supaya dia berhenti menangis.
Karena sungguh Joohyeon merasa tidak enak pada Seohyeon. Bagaimana jika gadis itu melihat dirinya bergandengan tangan dengan gadis lain, lalu bertatapan. Pasti hal itu mengiris hatinya. Joohyeon sendiri pun sama. Sebenarnya melihat Seohyeon berakting dengan laki-laki lain membuat hatinya teriris. Karena rasa itu, dia tidak mau kekasihnya merasakannya juga.
Katakanlah dibalik diamnya Joohyeon terpendam berbagai rasa yang sulit di ungkapkan. Joohyeon itu sabar, baik, tapi terkadang terbawa suasana hati sehingga tak jarang memperlakukan orang sesuai suasana hatinya. Itu sebenarnya tidak baik, tetapi Joohyeon selalu berusaha mengendalikan hati dan sikapnya sebaik mungkin, apalagi dia adalah seorang idol terkenal.
Sekarang, mereka sudah tiba di mini market terdekat setelah menempuh perjalanan penuh dengan keheningan. Hanya ada suara Haeyong yang menyanyi lagu anak berjudul Tomato. Mereka segera masuk. Haeyong dengan semangat menghampiri box ice cream, lalu memilih ice cream berbentuk pinguin. Joohyeon mengambil ice cream rasa green tea, sedangkan Vara rasa Vanila.
“Paman, ayo kita ke kasir lalu segera kembali ke hotel. Kita akan makan bersama di rooftop.”
“Di rooftop dingin.” sahut Joohyeon.
“Tapi aku suka, paman.”
“Nanti kau bisa sakit, paman tidak mau keponakan kesayangan paman ini sakit.” jelas Joohyeon, dia mencubit pelan pipi Haeyong.
Anak kecil itu memanyunkan bibirnya, lalu mulai berujar lagi, “Tolonglah paman, aku tidak akan sakit. Appa sering bilang padaku kalau aku ini anak yang kuat. Hingga penyakit tidak berani mendekatiku.”
Joohyeon memijat tulang hidungnya. Dia harus segera memberikan alasan lain supaya anak itu menuruti perkataan Joohyeon.
“Sayang...”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hortensia, Tergantung Pada Tingkat pH.
FanficKetika seorang penggemar tertukar dengan pacar idolanya. Vara sinagar seorang gadis berusia 19 tahun, dia memiliki kaka kembar tidak identik yang lebih tua 8 tahun darinya, nama mereka Ezar dan Eshal. Suatu ketika Sinagar bersaudra hendak berlibur...