5. Closer

124 21 11
                                    

“The Apple Of My Eyes.”

 Beberapa detik lalu, kalimat itu keluar dengan mulus dari mulut Joohyeon. Membelai lembut hati orang yang di tuju. Dua insan tersebut masih dalam posisi yang sama. Berdiri dan mendalami pekatnya mata satu sama lain. Tidak ada kata yang ingin mereka ucapkan. Degup jantung yang lebih cepat mendominasi. Andai hujan tidak turun, mungkin mereka akan lebih lama hanyut dalam irama jantung masing-masing. Menikmati angin musim gugur, aroma tanah basah dan kayu.

Seperti tersengat sesuatu, Vara menegang. Matanya membulat dan hal itu membuat keduanya mengalihkan pandang dengan cepat. Mereka salah tingkah. Joohyeon gelagapan memayungi dirinya dan dua orang di sampingnya, sedangkan Vara mengalihkan pandangannya dengan meniliki Haeyong yang berada di gendongannya. Anak kecil itu sedang bermain air hujan dengan tangannya. Saat Vara memperhatikan Haeyong, dia menoleh dan tersenyum gemas. 

“Terimakasih, paman dan bibi. Karena kalian aku jadi merasakan eomma dan appa ada di sisiku.” 

“Dengan senang hati, sayang.” kata Vara. 

Tapi Joohyeon berkata sebaliknya, dan hal itu membuat Haeyong merasa sedih, “Haeyong, lain kali paman tidak mau bertingkah seperti appa dan eomma-mu. Cukup sekali ini saja!”

“Baiklah paman,” sahut Haeyong  dengan lesu. 

Joohyeon sebenarnya tidak nyaman harus melakukan hal yang diminta keponakannya. Jika di lain hari keponakannya  meminta  hal seperti tadi,  dia akan dengan tegas menolak. Jika Haeyong akan menangis, Joohyeon  akan mencari solusi supaya dia  berhenti  menangis. 

Karena sungguh Joohyeon  merasa tidak enak pada Seohyeon. Bagaimana jika gadis itu melihat dirinya bergandengan tangan dengan gadis lain, lalu bertatapan. Pasti hal itu mengiris hatinya. Joohyeon  sendiri pun sama. Sebenarnya  melihat Seohyeon berakting  dengan laki-laki lain membuat hatinya teriris. Karena rasa itu, dia tidak mau kekasihnya merasakannya juga. 

Katakanlah dibalik diamnya Joohyeon terpendam berbagai rasa yang  sulit di ungkapkan. Joohyeon itu sabar, baik, tapi terkadang terbawa suasana hati sehingga tak jarang memperlakukan orang sesuai suasana hatinya. Itu sebenarnya tidak baik, tetapi Joohyeon  selalu berusaha mengendalikan hati dan sikapnya sebaik mungkin, apalagi dia adalah seorang  idol terkenal. 

Sekarang, mereka sudah tiba di mini market terdekat setelah menempuh perjalanan penuh dengan keheningan. Hanya ada suara Haeyong  yang menyanyi lagu anak berjudul Tomato. Mereka segera masuk. Haeyong  dengan semangat menghampiri box ice cream, lalu memilih ice cream berbentuk pinguin. Joohyeon mengambil ice cream rasa green tea, sedangkan Vara rasa Vanila. 

“Paman, ayo kita ke kasir lalu segera kembali  ke hotel. Kita akan makan bersama di rooftop.”

“Di rooftop  dingin.” sahut Joohyeon.

“Tapi aku suka, paman.” 

“Nanti kau bisa sakit, paman tidak mau keponakan  kesayangan paman ini sakit.” jelas Joohyeon, dia mencubit pelan pipi Haeyong. 

Anak kecil itu memanyunkan bibirnya, lalu mulai berujar lagi, “Tolonglah paman, aku tidak akan sakit. Appa sering bilang padaku  kalau aku ini anak yang kuat. Hingga penyakit tidak berani mendekatiku.”

Joohyeon memijat tulang hidungnya. Dia harus segera memberikan alasan lain supaya anak itu menuruti perkataan Joohyeon. 

“Sayang...” 

Hortensia, Tergantung Pada Tingkat pH.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang