Ditengah gelap nya malam, gadis itu mengendarai mobil nya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meskipun dalam keadaan mabuk, dia masih mampu mengnedalikan kendaraanya.
Bukan tanpa alasan dia pulang tengah malam seperti ini, walaupun ini sudah biasa dia lakukan. Malam ini berbeda, dia lebih tidak ingin pulang dan lenyap dari dunia, kalau dia bisa. Sayangnya tidak.
Masih dengan seragam sekolah yang dia kenakan, sepulang sekolah tadi dia membeli banyak bir untuk dia habiskan sendiri.
Memarkirkan mobil nya di garasi, di jam 2 malam seperti ini, seharus nya rumah nya benar-benar sepi. Tapi, dia kedatangan seorang tamu.
Disamping mobilnya terparkir, ada sebuah mobil lain yang terparkir. Itu bukan salah satu dari 15 mobil nya, dia hapal betul bagaimana bentuk mobil-mobil nya.
Jelas ini mobil tamu nya, Devano.
Tengah malam seperti ini, Sahara berharap orang sibuk seperti Devano sudah tidur dijam seperti ini.
Membuka pintu secara perlahan, dia masuk kedalam ruang tamu rumah nya yang maha luas dan mewah itu.
Gelap, sepi, dingin.
Tanpa menyalakan lampu, Sahara menutup pintu dan mengunci nya. Lalu melepas sepatu yang dia kenakan agar langkah nya tidak dapat didengar.
Klek.
“dari mana kamu?”
Napas Sahara tercekat seketika, dia memejamkan mata, seperti baru saja tertangkap mencuri di pasar. Jantung nya berdebar dengan cepat, mabuk nya hilang seketika.
Kehadiran Deavno yang tiba-tiba membuatnya terkejut setengah mati.Masih sambil menenteng sepasang sepatu di tangan nya, Sahara mendongak mendapati Devano berdiri dihadapan nya dengan jarak 5 meter masih sambil mengenakan pakaian formal.
“saya bilang kamu harus ada di rumah ketika saya datang.”
Dan lagi-lagi, cara bicara nya yang seperti robot itu selalu sukses membuat Sahara marah sekaligus takut.
“dari mana saja kamu?” suara dingin itu membuat kepala Sahara menjadi sakit.
Entah berapa botol bir yang dia habiskan tadi, sekarang Sahara menjadi benar-benar mabuk walau masih bisa mengendalikan diri.
Mengangkat kepala nya, pandangan nya benar-benar kabur. Meskipun kabur, dia bisa melihat Devano bergerak mendekati nya.
Plak!
Satu tamparan membuat Sahara terduduk di lantai. Taeyong berjongkok di depan Sahara lalu meraih dagu gadis itu, sedetik kemudian dia dorong kesamping hingga kepala Sahara tertoleh kesamping.
“apa susahnya menuruti perkataanku?”
Lagi-lagi tidak ada sahutan, napas Sahara tersenggal-senggal menahan tangis.
Benar-benar kehabisan kesabaran, Devano menjenggut rambut Sahara , membuat Sahara merintih kesakitan.
“apa guna nya mulutmu ini hah?!”
Sahara masih sibuk meringis kesakitan sementara beberapa helai rambut nya sudah rontok di tangan Devano.
Sahara berusaha melepaskan tangan laki-laki itu dari rambut panjang nya yang terikat, kulit kepalanya benar-benar sakit dan kepalanya pusing.
“kamu sadar tidak nyawamu ada di tanganku hah?!” bentak laki-laki itu lagi.
Sahara mencakar-cakar tangan Devano yang sudah terlihat urat-urat nya, karena perutnya sungguh mual dan kepalanya sakit luar biasa, Sahara bahkan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dia tidak tahu akan bagaimana nasibnya setelah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
sagara dan sahara
RomanceTentang Sagara dan Sahara dengan segala perbedaan yang membuat mereka semakin jauh namun takdir terus membuat mereka berdampingan. ©jevteroyals