Memasuki area bangunan yang sudah lama tidak dipakai, Sahara melangkahkan kaki nya menuju ruang bawah tanah. Meskipun diera modern seperti ini, tempat seperti itu masih ada.
Menuruni tangga semen yang sudah tidak terawat, Sahara sampai di tempat tujuan nya. Di ruangan itu, hanya ada penerangan dari lilin-lilin yang terpasang di dinding batu yang ada disekeliling nya.
Ditengah ruangan itu, ada sofa panjang yang saling berhadapan dengan sebuah meja kaca ditengahnya. Diatas meja itu juga ada beberapa lilin yang menyala membantu penerangan ruangan bawah tanah itu.
Sahara langsung duduk disalah satu sofa, dan di depan nya sudah ada seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan setelan hitam-hitam memandang tajam ke arah Sahara.
Sahara diam saja sembari memandangi pria itu dengan tak kalah tajam selama beberapa detik, lalu membuang pandangan sembari melipat kedua tangan nya didepan dada.
"Hmm kayak nya baru kali ini ada yang deketin kamu, ya. Haha." Kata pria itu menggema di ruangan pengap itu.
Sahara masih diam, memilih memandangi lilin-lilin yang terpasang di dinding.
"Kamu tau Sahara, dia selalu tau apa yang kamu lakuin." Kata lelaki itu masih sambil memandangi Sahara.
Sahara menghela nafas, "Sagara nggak deketin gue. Dia cuma ngelakuin tugasnya sebagai murid teladan. Dan gue jamin, dia nggak bakal deket-deket sama gue lagi." Kata Sahara.
Pria itu mengubah posisi duduk nya dari yang bersender di punggung sofa jadi mencondongkan badan nya ke depan, mendekat ke arah Sahara, menatap gadis itu remeh.
"Sebegitu yakin nya?" Tanya pria itu.
Sahara balas menatap nya dengan tajam, "dia nggak mungkin tahan lama-lama kenal sama orang kayak gue, jadi jangan apa-apa in dia." Kata Sahara ketus.
Pria itu kembali menegakkan badan nya lalu tertawa kencang, setelah itu dia minum segelas bir yang dia biarkan dari tadi.
"Kamu nggak tau gimana Sagara, ya?" Tanya pria itu remeh.
Sahara memutar bola mata nya malas, "memang buat apa gue tau? Nggak penting." Katanya cuek.
Lelaki itu tersenyum, "dia tertarik sama kamu, bodoh." Kata nya.
Kini giliran Sahara yang tertawa, "gue? Mana mungkin! Ada-ada aja." Kata nya masih sambil tertawa.
"Sagara nggak pernah tertarik sama perempuan mana pun. Dia nggak pernah pacaran. Apalagi ikut campur urusan orang lain, dia nggak pernah peduli selama itu nggak menyangkut dia, keluarga nya atau teman-temannya." Kata pria itu.
"Terus?" Sahara kelihatan tidak peduli.
"Kalau kamu pikir, memang kamu siapa nya dia sampai dia mau ikut campur urusanmu? Artinya kamu bukan orang asing bagi Sagara, dia tertarik sama kamu." Jelas pria itu.
Sahara mendecak.
"Intinya orang secuek Sagara nggak bakal tiba-tiba jemput cewek nggak jelas kayak kamu tengah malem di club dan rela nganterin kamu pulang tanpa imbalan, apalagi kamu cium dia seenaknya, setelah itu juga dia masih harus balik ke club untuk ngambil mobil nya. Kamu kira Sagara manusia sebaik itu? Enggak. Dia pasti punya rasa." Kata pria itu.
"Ya berarti itu urusan nya dia, bukan gue. Gue nggak bakal bales perasaan nya kalo itu memang bener." Kata Sahara.
"Sahara, kamu tau apa yang terjadi keesokan hari nya sama semua laki-laki yang kamu temui di club?" Tanya Pria itu sok misterius.
"Apa?"
"Mati."
Sahara diam, dia mengernyitkan dahi.
![](https://img.wattpad.com/cover/223512129-288-k35571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
sagara dan sahara
Roman d'amourTentang Sagara dan Sahara dengan segala perbedaan yang membuat mereka semakin jauh namun takdir terus membuat mereka berdampingan. ©jevteroyals