Ini bukan Our Baby Bunny ver 2. Eh, bisa dibilang gitu sih, tapi ini beda, intinya sama tapi beda.
Bingung? Yaudah baca aja biar gak bingung, simpel kan?
-Ra cantek-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Noona! Ini Tae udah besar! Tampan tidak?" —Tata
"Tata nda tampan! Too yan tampan, iya tan noona?" —Koo
●
●●
Taehyung merebahkan dirinya di karpet depan televisi, kipas angin memutar dengan tingkat penuh di sampingnya, panas sekali hari ini, hareudang.
Dirinya baru saja selesai makan siang, eung, bukan hanya dirinya sih, tapi Jimin, Jungkook dan sang Mama juga ikut makan siang karena ini sudah jamnya, sementara sang Papa masih bekerja.
Diliriknya Jimin yang duduk di sebelah Naeri sambil mendusel manja, lalu Taehyung berdecak, saudara kembarnya memang manja.
Kemudian pandangannya berpindah menuju Jungkook yang duduk di kaki Naeri, di ayun-ayun oleh sang Mama.
Bibirnya mencebik, dia merasa jadi anak buangan kalau begini, tidak diajak bermanja juga.
(Tata dari kemarin mengajak main terus, seriusnya kapan?)
Taehyung melongo, Jimin juga, Naeri terdiam, ini Jungkook berubah jadi bucin?
Uwaw sekali, kecil-kecil sudah ambyar :'>
"Koo, tadi bilang apa?" Naeri bertanya.
"Tu, Tata main teyuc, ceyiuc-na tapan? Tan Tata cudah cetoyah, hayuc ceyiuc beyajay."
(Itu, Tata main terus, seriusnya kapan? Kan Tata sudah sekolah, harus serius belajar)
Naeri tertawa kecil, ternyata anak bungsunya tidak ambyar sejak dini, ehe.
Lalu mata bulat Jungkook mengerjap lucu dan melanjutkan, "Meman tenapa?"
"Ah, tidak apa-apa, jadi Koo mau main?"
Jungkook menggeleng mantap, "Nda mau, Too yeyah, mau bobo ja dipeyu Mama."
(Tidak mau, Koo lelah, mau tidur saja dipeluk Mama)
Taehyung berdecak, "Ayo Koo, main dengan Tata dan Cimi, dengan Yoonie juga."
"Kenapa aku juga?" Yoongi bertanya datar.
"Karena Yoonie tidak pernah, eh, jarang bermain bersama kami."
Yoongi mendengus, lalu memasukkan lagi kacang kedalam mulutnya. "Memang harus?"
Jleb.
Savage sejak dini, bos :>
"Ya harus!"
"Siapa yang mengharuskan?"
"Aku!"
"Memang kau siapa?"
Jleb pt 2.
Aku tidak apa-apa, tidak sakit hati kok —Tata yang tersakiti.
Naeri tertawa, sifat cuek dan datar Woongyeom menurun di anak sulungnya sangat banyak, atau mungkin seratus persen, bahkan Yoongi lebih datar dan cuek dibanding cerita mertuanya saat Woongyeom masih kecil.
"Yoonie, tidak boleh begitu, jangan terlalu cuek dengan adikmu, sekali-kali berbicaralah panjang dengan mereka."
Yoongi menoleh, menatap Naeri yang menatapnya teduh, dan kembali menatap Taehyung. "Tae."
"Apa?"
"Panjang."
Taehyung mengernyit, "Huh?"
"Mama menyuruhku bicara panjang denganmu."
Naeri menepuk dahinya, "Bukan begitu Yoonie, astaga."
"Hehe, iya, Yoonie tahu Ma, tapi Yoonie sudah bicara panjang-panjang pada Koo, pada Jimin juga kadang-kadang, pada Taehyung juga sama."
"Kalau begitu bicara lagi yang panjang." Naeri menggendong Jungkook, menepuk punggungnya pelan karena anak bungsunya itu sudah tertidur di ayunan kakinya dengan mulut yang sedikit terbuka, menampilkan gigi terdepannya yang baru tumbuh, dua di atas, dua di bawah.
"Bicara apa?"
"Terserah Yoonie, sudah ya, Mama ke kamar dulu, mau menemani Koo sampai tidur nyenyak."
Naeri bangkit dari sofa, mengusap rambut anaknya satu persatu lalu masuk ke kamar mereka.
"Oke, Ma." Dibalas Yoongi, Jimin dan Taehyung serentak.
●●●
Taehyung menatap pintu kamar mereka yang terbuka sedikit, lalu bangkit dari posisi tidurannya di karpet dan berjalan mendekat.
Naeri sudah keluar dari sana satu jam yang lalu, sekarang Mamanya itu sedang melakukan sesuatu di kamar, tadi katanya ingin menata ulang lemari dan mengganti selimut, seprei, sarung bantal dan sarung guling. Sudah jadwalnya.
Ibu empat anak itu memang mengganti alas tidurnya setiap seminggu sekali, katanya agar ranjangnya tetap bersih, tidak ada kuman yang menempel, kan bahaya.
"Tae, mau apa?" Jimin bertanya saat melihat saudara kembarnya menyentuh pintu kamar mereka, lalu melanjutkan, "Mama sudah berpesan agar tidak membuat Koo bbangun jangan macam-macam."
Taehyung menoleh, "Tidak kok Cim, aku tidak akan membangunkan Koo, tenang saja."
"Aku tidak ikut campur kalau Mama sampai marah pokoknya."
Decakan keluar dari mulut Taehyung, "Iya-iya, bawel sekali sih."
Si bungsu kedua itu membuka pintu kamar pelan, mengabaikan suara Yoongi yang juga ikut melarangnya, lalu melangkahkan kakinya kedalam, mengendap-endap.
Mendekat ke ranjang kecil sang adik, ada pembatas di setiap sisinya, menjaga agar sang adik tidak jatuh kalau bergerak terlalu banyak.
Karena Jungkook itu sepertinya, kalau tidur tidak bisa diam, selalu bergerak kesana kemari, jungkir balik, salto, tendang apa saja yang ada di sekitar. Tidak seperti Yoongi dan Jimin yang kalau tidur seperti batu, sama sekali tidak bergerak. Hanya perutnya saja yang bergerak ke atas dan ke bawah.
Pembatas ranjang dipegang, tatap wajah Jungkook yang terlihat sangat lucu meski sedang tidur, tangannya bergerak untuk menekan-nekan hidung sang adik.
Awalnya hanya menekan, namun jiwa isengnya semakin menggelora saat melihat pipi Jungkook yang bulat dan berwarna kemerahan, seperti buah persik.
Akhirnya pipi Jungkook dicubit pelan, tapi lama-lama jadi semakin keras karena Taehyung tidak kuat, sudah terlampau gemas.
Pipi bulat itu digoyang kanan kiri, di tekan-tekan seperti squishy, ditarik atas bawah, pokoknya di uyel-uyel.
"Aduh gemas sekali, pantas saka Yoonie kemarin memakan pipinya, empuk sekali ternyata, enak dimainkan."
Taehyung tertawa kecil, semakin gencar memainkan pipi sang adik, mengabaikan kalau Jungkook sedang tidur dan itu sangat berpotensi membuatnya terbangun.
Lalu tangannya berhenti perlahan saat mendapati alis Jungkook menukik, hidungnya merah dan mengerut, dan bibirnya mengerucut.
Taehyung menelan ludah gugup, kalau begini bahaya akan segera mendatanginya, tidak bisa, pokoknya tidak bisa! Dia harus menenangkan sang adik sebelum mena—