Bab 21 An Apple

406 61 35
                                    

Pergi tidak menandakan bahwa hati dan isi kepala juga ikut beranjak bersama raga meninggalkan masa lalu.

Yang pernah hadir akan tetap terkenang, walau tertumpuk oleh ingatan-ingatan usang berdebu.

Meninggalkan adalah perihal mengikhlaskan apa yang sudah tidak dapat digenggam lagi, kepercayaan mungkin salah satunya.

~~~

Balai dari bambu yang berada ditengah halaman rumah sudah terisi banyak makanan, mulai dari kue beras sampai sup udon tersaji diatas sana. Membuat siapapun lapar hanya dengan mencium aroma nikmat yang sampai keluar pagar pembatas beton antara rumah dan jalan setapak didepanya.

"Tolong antarkan makanan ini kerumah Jinyoung dan Hara, Eunjiya"

Gadis dengan poni tipis itu bangun setelah lama bergeletak diteras rumah, lantai kayu seakan masih menyatu dengan tubuhnya, hingga suara nenek Jiyo yang sedang sibuk menata perjamuan ditengah halaman masuk kependengarannya.

"Baik, nek"

Eunji menenteng bungkusan makanan lima tingkat yang terikat oleh sebret kotak-kotak merah putih dengan riang, sambil sesekali menyapa setiap penduduk desa yang berpapasan denganya, hawa desa pada siang hari masih sama menyegarkannya seperti tadi pagi, menenangkan apalagi ditambah pemandangan desa yang begitu asri membuatnya semakin betah ditempat ini walau sudah lima tahun berlalu.

"Makasih Eunjiya, sampaikan salam kami kepada kakek nenek Park, maaf kami belum sempat mengunjungi mereka"

"Baik Bibi, sampaikan salamku untuk paman Jinyoung dan tolong jangan lupakan aku bila mendapat tangkapan yang banyak, karena ikan asam manis segar itu amat nikmat"

"Aigoo anak ini, tanpa diberitahu pun Namjoo akan menyisihkan untuk unni terbaiknya, tepat setelah ayahnya sampai dengan tangkapan yang banyak"

"Hehehe terimakasih, aku duluan"

~
Berkat acara makan besar dirumah kakek-nenek tenaga Eunji kembali terisi, dengan rambut yang dikepang dua serta gaun ala-ala petani Eropa Barat Eunji mendorong gerobak berisi apel untuk diantarkan kepada para pelanggan setia. Padahal nenek Park sudah meminta Eunji untuk bersantai saja dirumah hari ini, lagian para pelanggan itu tidak akan lari ke penjual lain, karena memang hasil tani keluarga Park memang terkenal bahkan sampai ke kota Seoul.

Villa dengan kenangan buruk itu menjadi tempat terakhir untuk Eunji menyelesaikan tugasnya mengantar hasil panen Apel. Setiap tahun dibeberapa waktu tertentu gadis itu harus mengantarkan Apel merah yang merupakan komoditi paling laris dari lahan pertanian kakek-nenek ke Villa, untuk dinikmati dan dipesan secara khusus oleh para pengunjung.

Keranjang piknik besar berwarna coklat itu ditenteng Eunji dikedua belah tangannya, biasanya yang menginap di Villa hanya memesan satu keranjang saja, tapi, teruntuk pelanggan khusus satu ini memesan dua keranjang, sampai Eunji amat hafal kapan "pelanggan khusus" ini datang dan berapa lama ia menginap disini, tapi sayangnya selama lima tahun ini Eunji sama sekali belum pernah melihat rupa pelanggan tersebut.

"Apel merah segar dengan daun menjuntai telah datang, terimakasih telah membeli apel dari pertanian kami, semoga anda menyukainya dan selamat menikmati"

"Apel dengan kualitas premium yang dipetik langsung dari lahan pertanian, diantar setelahnya memang yang terbaik"

"Tidak lupa dengan teknik organik tanpa pestisida serta kehigienisan dalam penanaman selalu kami jaga"

Begitu kira-kira percakapan satu arah saat Eunji meletakan keranjang itu diatas meja makan, agak aneh memang sipelanggan selalu meminta Apelnya masih lengkap dengan daun dan dahan, itu agak menyulitkan saat memasukanya kedalam keranjang apalagi dahan nya sangat rapuh, mungkin orang itu ingin memastikan apa benar apel yang dibelinya dipetik langsung pada hari yang sama.

(Hiatus) Little Do You Know ? CHANYEOL EUNJI CHANJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang