KEENAM

416 36 2
                                    


Happy Reading!!
.
.
.
"Pak, gak capek apa, beresin sekolahan Segede ini?" ucap Cakka, kepada pria paruh baya di depannya yang sedang memegang sapu lidi di tangan.

Pria itu hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Cakka. "Di bilang capek, yaa capek mas. Tapi mau gimana lagi, udah tanggung jawab saya." Pak Dudung menjawab, sesekali menyapu halaman tempat mereka berada.

Saat ini Cakka ada di halaman belakang sekolah, menjalankan hukumannya. Selepas dari UKS menemui Rio, ia pun keruangan BK karena guru yang mengajar di kelasnya meminta ia keruangan itu. Saat sampai sana, Bu Ira, guru BK sekolahnya meminta ia membersikan halaman belakang sekolah.

Cakka terus memunguti daun-daun kering yang berjatuhan dari atas pohon. Sudah beberapa kali ia membersihkannya, namun daun-daun itu tetap terjatuh lagi. Dan itu membuat dirinya kesal. Sampah di halaman itu sebenarnya sudah tinggal sedikit. Hanya saja, daun-daun kering  yang selalu jatuh  membuat pekerjaannya jadi tidak selesai-selesai.

"Ck, kenapa ga di tebang aja si pak? Bikin kesel terus dari tadi!" ujar Cakka kesal, dan melayangkan pandangan sinis kearah pohon yang ada di sekitarnya.

Memang, halaman belakang sekolah itu sangat di penuhi dengan pohon-pohon yang tinggi, yang mengakibatkan suasana di sana jadi teduh. membuat orang akan sangat senang berada di sana. Oleh sebab itu, saat jam istirahat berbunyi banyak siswa dan siswi sekolah yang datang mengunjungi halaman tersebut.

"Kalo di tebang, nanti jadi gersang mas. Gak da penghijauan lagi di sekolah ini. Sabar aja mas, kalo masnya cape, istirahat aja. Biar bapak aja yang beresin."

"Gak bisa pak, sebagai laki-laki yang baik, ganteng dan imut. Saya akan bertanggung jawab dan akan selesaikan tugas ini sampai selesai. Kalo sama tugas begini aja saya ga tanggung jawab. Bagaimana nanti kalo saya sudah punya istri pak? Masa pas di tengah jalan di tinggal, kan enggak lucu."  ~Padahal pacar aja Gonta ganti, segala tanggung jawab sama istri wkwkwk.~

Pak Dudung tersenyum seraya menggelengkan kepalanya saat melihat Cakka melanjutkan pekerjaan dengan sangat cepat. Membuat daun daun itu  tambah berantakan.

🍂🍂🍂

Keadaan kelas XI IPA 3 sangat hening, tidak ada yang bersuara. Setelah bel pergantian pelajaran beberapa menit yang lalu. suasana kelas menjadi hening. Hanya terdengar suara guru di depan yang memenuhi ruangan itu. Mereka seperti memperhatikan apa yang guru itu sampaikan.
Paham atau tidak? Itu urusan belang, yang penting memerhatikan.

"Ada yang yang bisa menjawab soal nomor 3 ini?" ucap guru itu mengarahkan pandangannya ke penjuru kelas. Tidak ada yang mengangkat tangan, semua diam saling pandang dengan teman sebangku sepeti berucap, Lo aja yang maju.

"Baiklah, biar bapak tunjuk saja ya." pak Joko bersuara kembali, dan mengarahkan pandangannya mencari siapa yang akan ia tunjuk.

"Pak."  terlihat seorang cewek mengangkat tangan dari tempat duduknya. mengalihkan perhatian semua orang yang ada di kelas itu.

"Iya Ify, kamu mau maju?"tanya pak Joko.

"Enggak pak, saya mau ke kamar mandi. Hehe, kebelet," jawab Ify dan menghilangkan harapan teman-teman kelasnya. Karena mereka pikir, Ify akan mengerjakan satu soal matematika di depan itu.

"Bohong tuh pak, pasti Ify mau kabur, biar bapak enggak nunjuk dia." Cindy menyahut Dari bangkunya.

Ify yang tidak terima menatapnya dengan Nyalang. " Sembarangan Lo ngomong. Gue beneran kebelet, kalo gue ngompol di sini Gimana? Lo mau bersihin?" Cindy menatap Ify dengan tampang Jijik.

"Beneran, kamu mau ke toilet?" Tanya pak Joko, mengehentikan perdebatan Ify dan Cindy.

Ify menjawab dengan anggukan saja, setelahnya pak Joko mengizinkan dirinya untuk ke toilet. Ify pun pergi meninggalkan kelasnya.

SUPERPOTENZA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang