Part 2

1.3K 80 2
                                    

Sehun segera membereskan alat-alat dan buku-buku sekolah ke dalam tasnya dan menentengnya lalu pergi. Kebiasaan Sehun adalah menunggu semua orang keluar kelas sampai ia yang keluar terakhir. Ya, ia tidak mau keluar berdesak-desakan dan berakhir mati secara tragis. Gedung sekolah belum sepi, masih ada yang menetap untuk main bersama teman-temannya, dan ada juga yang melanjutkan belajarnya di perpustakaan. Sehun melihat jam di pergelangan tangannya dan segera melesat begitu jam menunjukkan jam 4. 

.

.

.

.

Sehun sampai di kafe tempat ia bekerja, ia ngebut karena tidak mau terlambat dan gajinya dipotong. Sehun berlari kecil masuk ke kafe lewat pintu belakang dan segera berganti pakaian. Pakaian yang selalu ia pakai setiap ia bekerja di kafe, kaus putih dengan garis-garis hitam dan celana hitam selutut, dan sepatu vans warna hitam. Setelah berkaca melihat penampilannya sebentar, ia mengambil gitar yang digantung manis di tembok dan berjalan ke panggung. Sekejap perhatian semua orang di kafe tertuju pada Sehun, mereka sudah tahu bahwa Sehun akan menemani waktu mereka di kafe dengan nyanyiannya. Dengan senyum manis yang Sehun berikan, ia membungkuk sekilas lalu duduk di tempat duduk yang disediakan di panggung. Setelah mengambil nafas sejenak, Sehun mulai memetik gitarnya dan bernyanyi.

"Aku kagum padanya,"

Ucap seorang perempuan pelanggan langganan di kafe itu pada pelayan. Pelayan itu tersenyum menanggapi.

"Semua orang kagum padanya, nona."

Semua pelanggan di kafe itu begitu terlarut dengan nyanyian Sehun. Sehun pun juga begitu, ia selalu menyanyikan lagu yang sama, yang berjudul Melted (Akdong Musician). Dan selalu tanpa sadar, Sehun menitikkan air matanya setelah selesai bernyanyi. Semua pelanggan disana bertepuk tangan sambil memuji-muji Sehun. Dengan sopan dan senyum manisnya, Sehun membungkuk dan turun dari panggung. Setelahnya ia bertemu dengan bosnya. 

"Kerja bagus hari ini, Sehun-ah."

Pemuda itu menepuk pelan bahu Sehun, lalu menyerahkan sebuah amplop coklat. Sehun hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu pergi. Hanya itu pekerjaan Sehun, tapi hasilnya begitu memuaskan. Sehun cukup senang hari ini. Senang akan dirinya yang mandiri dan tidak merepotkan orangtuanya. Sehun masuk ke ruang staff mengambil barang-barangnya, memakai hoodie hitamnya dan berjalan pulang dengan sepedanya. Tiba-tiba Sehun berhenti mengayuh sepedanya. Ia berhenti di depan toko bunga. Sejenak termenung, dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam.

Saat masuk, Sehun disambut dengan bau harum bunga-bunga disana. Ia melihat sekitar, mencari apa yang ia inginkan, dan bingo! Sehun segera mengambil dua tangkai bunga itu. Setelah pembayaran yang cepat dan singkat, Sehun kembali mengendarai sepedanya menuju suatu tempat yang selalu ia kunjungi. Senyum manis menghiasi wajahnya.

MeltedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang