Part 3

906 75 4
                                    


"Sehun-ssi!"



Sehun menoleh ke belakang dan mendapati guru bimbingan konseling berjalan menghampirinya. Sehun sedikit membungkuk, yah setidaknya ia menghormati guru-guru di sekolah ini walaupun hanya sedikit.



"Nde, seonsaengnim?"


"Saya ingin kamu mengajarkan seorang siswa dari kelas 12,"



Belum sempat guru itu melanjutkan kata-katanya, Sehun menghela nafas. Ini sudah ketiga kalinya selama sebulan ia bersekolah disini ia disuruh memberi les privat untuk kakak kelas 12 yang nilainya dibawah yang seharusnya. Dan itu selalu perempuan. Dan Sehun sangat benci saat ia mengajarkan dua perempuan yang selalu mencari perhatian padanya dulu. Semoga untuk yang kali ini ia tidak mengajarkan siswa perempuan.



"Saya tau saya merepotkanmu, tapi mengingat kamu murid yang jenius dan mendapat peringkat satu seangkatan, saya rasa kamu bisa membantu kakak kelas yang satu ini. Ia hanya sulit di pelajaran matematika saja kok."



Well, setidaknya kali ini tidak begitu sulit. Tidak seperti dua perempuan itu yang sulit di berbagai pelajaran dan Sehun cukup pusing mengajarkan mereka. Lagipula Sehun mendapat hari libur dari pekerjaannya karena dua hari yang lalu ia membuat kafe ramai karena pertunjukkannya. Dan tentu saja Sehun mendapat pengganti untuk menggantikannya bekerja di kafe. 



"Oh ya, nama siswa yang kamu ajarkan ini bernama Lu Han. Kamu bisa mengajarkannya hari ini sepulang sekolah di perpustakaan. Saya sudah mengatakannya pada Luhan."



Sehun benar-benar memasang wajah tembok andalannya dan itu benar-benar datar. Semoga hari-harinya masih sama seperti biasa walaupun ditemani semburan sunbae galak dan tidak jelas itu. 


.

.

.

.

.

.

.

.


Luhan mengumpat dalam hati. Ia ingin pulang. Ia tidak mau mendekam di perpustakaan selama beberapa jam kedepan untuk belajar pelajaran yang paling dibencinya. Sungguh, Luhan sangat benci matematika. Ia benci pelajaran itu dari SD hingga sekarang. Menurutnya pelajaran itu hanya membuat orang stress, bahkan bisa membuat orang mati. Sekali lagi, itu menurut Luhan. Ia terus mengumpat dalam perjalanannya ke perpustakaan, dan tidak sadar sudah di depan pintu perpustakaan. Luhan menggeser pintunya dan segera masuk. Matanya menjelajah, mencari siapa yang akan mengajarinya. Sepertinya belum datang, jadi Luhan mengambil tempat duduk dekat jendela. Sambil menunggu, Luhan mengeluarkan handphonenya dan membalas pesan Yoona bahwa ia akan pulang telat. Suara geseran pintu terdengar setelah Luhan meletakkan handphonenya di meja, dan Luhan mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang.



DEG



Tatapan mereka bertemu, dan seketika itu juga Luhan ingin pulang. Wajahnya pasti sudah jelek sekarang, mengingat yang datang adalah seseorang yang kurang ajar dan brengsek baginya, Oh Se Hun. Sedangkan Sehun tetap memasang wajah datarnya seperti biasa, karena ia sudah tau siapa yang akan diajarkan olehnya, jadi ia segera masuk dan duduk di depan Luhan. 



"Ada yang tidak kau mengerti, sunbaenim?"


"Ya, banyak. Kenapa kau disini? Kau ingin membuatku membanting meja ini? Kau ingin membalas dendam karena aku menumpahkan susu ke kemejamu tiga hari yang lalu?"



Sehun mengernyit mendengar pertanyaan Luhan. Buat apa ia bertanya seperti itu? Bukankah mereka berdua saling tidak mau bertemu? Seharusnya Luhan langsung bertanya apa yang ia tidak mengerti dalam pelajaran matematika agar mereka bisa langsung pulang dan tidak bertemu satu sama lain. Sekarang Luhan hanya menghabiskan waktu saja dan Sehun kesal dengan itu.



"Aku bertanya soal matematika. Ada yang tidak kau mengerti?"


"Aku tidak sudi diajarkan olehmu, jenius."



Sehun mengatupkan rahangnya, emosi. Kalau begini jadinya, mending ia tolak mentah-mentah tawaran guru bimbingan konseling itu. Sungguh, Sehun yakin hari-harinya akan hancur karena kehadiran kakak kelas yang sangat menyebalkan ini.



"Aku juga tidak sudi mengajarkanmu. Aku terpaksa. Kalau bukan karena tawaran guru bimbingan konseling, aku tidak akan mau."


"Cih, kenapa kau tidak tolak saja? Kau takut guru bimbingan konseling akan menghukummu kalau kau menolaknya?"



GRAK!



Sehun berdiri dari tempat duduknya dengan wajah datar yang menurut Luhan... menakutkan? Jujur, Luhan sedikit takut melihat raut wajah Sehun yang seperti itu? Apa ia sudah keterlaluan? Oh ayolah Luhan, kau sudah mengeluarkan serigala dari kandangnya. Seharusnya kau langsung menjawab pertanyaannya saja dan ia akan mengajarimu, lalu kau segera pulang. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi karena Sehun sepertinya sungguh emosi padanya. 



"Aku tidak tau apa salahku padamu, yang jelas menurutku kau sunbae yang tidak sopan. Kau selalu mengatakan aku tidak sopan, lihatlah dirimu sendiri. Kau bahkan tidak punya tata krama dan tidak menghargaiku yang sudah mau membantumu meningkatkan nilai. Tch, masa bodoh sekarang, aku tidak peduli dengan nilaimu."



Setelah itu Sehun beranjak meninggalkan Luhan yang tercengang dan sedikit bergetar mendengar perkataan Sehun tadi.



.

.

.

.

.

.

.

.



dont forget to leave a comment and vote.

MeltedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang