Qiandra mundur beberapa langkah saat Griffin berjalan mendekat, ekspresi wajahnya jelas seperti bayi kecil yang sedang diteror serigala buas. Begitu horor, pelipisnya mulai bercucuran keringat.
Griffin mengangkat sebelah alisnya heran. Dia menyadari, ada sesuatu yang tidak beres.
"Sayang?" panggil Griffin sekali lagi.
"Stop!" Qiandra mengulurkan tangannya, mengisyaratkan agar cowok itu berhenti mendekat. Itu tidak baik untuk jantungnya.
Griffin benar-benar berhenti.
Mau sampe kapan lo akting kayak gini? Lo kira gue nggak tahu apa yang ada di kepala lo? Sok manis manggil-manggil sayang dasar lo bajingan tengik, psikopat keji, tukang selingkuh! Berapa kali lo nidurin protagonis cewek sok alim itu?
HAH?! LO KIRA GUE NGGAK TAHU? LO MAU TAHU GUE SIAPA?!
GUE YANG NYIPTAIN KARAKTER BANGSAT LO!
Inginnya, Qiandra mengumpat demikian. Tapi untuk keselamatan hidupnya, terlebih saat di kehidupan sebelumnya dia merupakan seorang anti sosial berengsek yang hanya bisa mengumpat di dalam hati saat dia ditindas, mau tidak mau semua cacian itu hanya bisa dia telan bulat-bulat.
Di depan Griffin sang eksekutor? Tentu saja dia hanya bisa tersenyum canggung.
"Aku pikir," Qiandra memilin bibir bawahnya, tubuhnya gemetar hebat, dia berusaha tersenyum lebar pada Griffin sambil berkata, "Gimana kalo kita putus aja?"
***
Qiandra tahu, sejak awal tidak mudah untuk memutus ikatannya dengan Griffin. Pertama, karena Qiandra yang dulu benar-benar cinta setengah mokad pada cowok itu. Kedua, orangtua Griffin merupakan salah satu pengusaha yang paling kaya di Asia Tenggara dan menanamkan saham yang cukup besar di perusahaan ayah tirinya.
Ketiga, orangtua Griffin sangat menyukai Qiandra, mereka tahu hubungan gelap Griffin dengan Shakina, protagonis cewek miskin yang saat bicara selalu mengeluarkan suara lembut yang sudah mirip dengan nyanyian kebaktian saja.
Shakina adalah Dewi.
Cantik, pintar, baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Senyumnya mempesona, semua orang menyukainya kecuali Qiandra dan antek-anteknya. Wanita lemah yang selalu Griffin lindungi dengan nyawanya, cinta sejati Griffin yang sudah diskidipapap setiap beberapa hari sekali.
Sementara Qiandra? Jelas dia masih perawan tingting karena jiwa raganya akan dia berikan pada sang tunangan tercinta.
Shakina adalah pelacur bertopeng bersih -di mata Qiandra yang dulu-.
Kenapa Qiandra bisa tahu?
Sekali lagi, karena Qiandra yang menciptakannya.
HAHAHAHA!
Kalau ada kekurangan Shakina mungkin hanya satu. Shakina adalah anak yatim piatu, miskin, dan besar di panti asuhan.
Benar-benar deh plot cerita itu. Mirip dengan para protagonis novel roman murahan. Protagonis cewek lemah, miskin, blablabla namun tetap kuat menjalani hidupnya. Tegar menghadapi cobaan dan dilindungi oleh beberapa cowok yang cinta mati padanya.
Tapi Shakina itu setia. Dia hanya milik Griffin.
Ngomong-ngomong, salah satu cowok yang cinta mati pada Shakina adalah cowok yang saat ini berdiri di depan Qiandra.
Griffin?
Bukan.
Zeron.
Zeron Yeshaai. Cowok ganteng, saudara tiri Qiandra. Mereka seumuran. Di usia ke-6, ibunya Qiandra menikah lagi dengan ayahnya Zeron dan menjadi keluarga bahagia tralili-tralala.
Tapi, Qiandra adalah antagonis berengsek yang jangankan menganggap Zeron saudara, dia tidak pernah berhenti membuat ulah dan membuat Zeron kesal.
Zeron benci pada Qiandra.
Kalau Zeron harus menyebutkan 3 nama sosok yang paling dia benci di dunia. Dia pasti akan menjawab ;
Qiandra. Qiandra. Dan Qiandra.
Zeron tidak bisa memiliki Shakina tapi dia tetap melindunginya diam-diam. Beberapa kali menggagalkan rencana Qiandra untuk menyakiti Shakina.
Ngomong-ngomong, peran Zeron saat mengeksekusi Qiandra nanti adalah ... saat Qiandra berlari untuk melarikan diri, dia mengayunkan gergaji mesinnya memotong dua kaki Qiandra sekaligus.
Tidak perlu diragukan kalau saat Qiandra melihat wajah Zeron sekarang, kedua kakinya langsung berdenyut-denyut seolah sudah merasakan sensasi itu.
"Ini, Kakak." Qiandra kembali menyodorkan benda di tangannya.
Setelah mengusulkan untuk meminta putus pada Griffin tapi justru ditolak dengan senyuman, malahan ditawarkan untuk diajak ke dokter jiwa karena takut beberapa syaraf di kepala Qiandra putus pasca jatuh, akhirnya Qiandra memutuskan untuk mencari aliansi.
Di mata Qiandra, Zeron cukup kuat. Kalau dia bisa mengambil hatinya atau setidaknya mengikis sedikit kebencian di hati Zeron padanya, walau dia tahu pasca 10 tahun ditindas Qiandra tidak mungkin membuat Zeron memiliki kesan baik, tapi mudah-mudahan ... benda ini bisa membuat Zeron setidaknya tidak ikut andil untuk memutilasi kedua kakinya nanti.
Zeron tertegun. Dia menerima kotak cokelat berukuran sedang dari tangan Qiandra sambil menatap adik tirinya itu dengan sorot campur aduk.
"Sebenernya ... aku di gudang kecelakaan pas nyari benda ini." Qiandra meringis. Dia saat ini ada di kamar Zeron.
"Lo nyari ini? Buat gue?" Zeron tidak yakin.
Qiandra mengangguk. Sebenarnya kalau boleh jujur, Qiandra yang dulu mencari benda ini untuk menggertak Zeron, bahkan tidak segan untuk menghancurkan benda penuh kenangan peninggalan mamanya Zeron yang menghilang 5 tahun lalu itu di depan mata Zeron sendiri. Membuat kebencian Zeron pada Qiandra berlipat ganda.
Tapi, Qiandra yang mengetahui plot cerita novel aslinya sekarang tentu saja tidak akan melakukan tindakan goblok yang sia-sia. Itu sebabnya dia langsung menyerahkannya pada Zeron, mengulas senyuman tulus yang kalau saja dia pemain film, dia pasti sudah mendapatkan piala Oscar.
"Kenapa?" tanya Zeron nyaris seperti bisikan. Qiandra berbuat baik padanya seperti mimpi di siang bolong. Nyaris mistahil.
Qiandra diam sejenak. Dia meruntut kalimat yang lirih, "Aku ngerasa ... selama 10 tahun ini aku udah jadi adik yang buruk. Aku selalu bikin Kakak marah, bikin Kakak sedih. Aku sering memonopoli Papa, padahal Papa itu ayah kandungnya Kakak."
Qiandra tertunduk dalam.
"Aku pengin gencatan senjata, damai sama Kakak. Tapi aku tahu itu nggak mungkin, jadi seenggaknya ... di umur aku yang singkat ini aku mau ngelakuin sesuatu yang baik."
Zeron tertegun.
"Lo lagi sekarat?"
Padahal scene ini sudah sangat sedih dan suasananya mendukung. Tapi mendengar nada gembira dari suara Zeron, mau tidak mau di dalam hati Qiandra mengumpat.
DASAR KAKAK TIRI BAJINGAN! GUE SEKARAT LO MALAH SENENG!
Tapi Qiandra tidak akan mengekspos kekesalannya. Dia mengulas wajah terkejut sesaat sebelum akhirnya tersenyum, mengangkat wajahnya dan mengangguk.
"Iya." senyuman Qiandra benar-benar terlihat tulus. Sebenarnya Qiandra tidak berbohong. Kalau dalam 6 bulan ini dia tidak melakukan apa pun, dia akan benar-benar terbunuh, "aku ... nggak lama lagi nyusul Papi sama Mami. Aku bakalan bebasin kalian semua. Jadi di sisa umur aku yang pendek ini, aku nggak mau bikin siapa pun marah lagi."
Qiandra berbalik dan pergi menuju kamarnya sendiri lagi
Griffin sedang menunggunya, mereka akan pergi ke sweet seventeen party-nya bersama.
Zeron melihat punggung Qiandra beberapa detik sebelum akhirnya menunduk, melihat kotak musik di tangannya dengan sorot dalam.
Sakit apa dia?
Andai Zeron menanyakannya pada Qiandra, pasti tanpa ragu Qiandra akan menjawab ;
HAHAHAHA! GUE SAKIT JIWA! SAKIT JIWA!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Survive as a Villain (TAMAT)
Dla nastolatkówSEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Yara Zanitha tidak pernah menyangka, setelah mati karena kesetrum kabel komputernya sendiri setelah menyelesaikan salah satu novelnya, dia justru hidup kembali sebagai salah satu tokoh di nove...