7 - Ketos

85 4 0
                                    

| K E T O S |

-Nara POV

Setelah acara yang tak terduga kemarin, malemnya gue udah sampe rumah yang pastinya sama suami gue iya suami gue kenapa lu?

Padahal nih ya ekspetasi gue tuh nginep gitu di villa atau nggak di hotel. Dua hari atau tiga hari bolos sekolah, nggak bikin goblok permanen juga.

Sebel eneng teh!

Setelah Minggu itu Senin bukan Selasa so seperti biasa pagi di hari Senin semua murid-murid ngelaksanain upacara, terkecuali gue.

Bukannya gue bolos upacara atau gimana, tapi pak agus aka satpam-nya gak mau bukain gerbangnya.

Selama 3 tahun kurang gue sekolah di SMA Cravity, baru kali gue telat.

"Pak ini pertama kalinya loh saya telat, ayo dong pak bukain" bujuk gue udah kesekian kalinya.

"Aduh neng! saya gak bisa bukain gitu aja, nanti ya nunggu perintah dari bapak-ibu atau gak osis-nya"

"Kan udah di perintah sama saya pak"

"Gak bisa neng geulis"

-Nara POV end

"Kan udah di perintah sama saya pak" ujar Nara memohon pada pak Agus untuk yang kesekian kalinya.

"Gak bisa neng geulis"

"Pak jangan pelit-pelit lah kemarin saya liat film, orang yang pelit pas meninggoy nanti mayatnya terbang loh"

"Mayat siapa yang terbang?" ucap laki-laki yang baru saja menghentikan langkahnya di depan gerbang sekolah, ucapannya sontak membuat kedua orang yang sedang beradu tadi menoleh ke arah si pelaku.

"Ini loh mas Revin, si enang ngotot minta bukain gerbangnya padahal belom ada perintah dari Bapak-ibu sama temen-temen mas" ujar pak Agus menjelaskan situasi yang sedang terjadi.

"Ouh" setelah mengatakan itu Ravin melangkahkan kakinya menjauh, tapi sebelum menjauh Nara terlebih dulu menahannya.

"Ravin ih jangan pergi! Tolongin gue" ujar Nara menarik almamater Ravin meski sedikit terhalang gerbang.

Ravin membalikkan tubuhnya, "Imbalannya apa?"

"Vin jangan nyeselin plis, gue hari ini ada ulangan IPA"

"Gue bukain tapi imbalannya apa dulu?"

"Lu pamrih banget sih jadi manusia"

"Ya udah kalo gak mau bukan urusan gue juga" lagi-lagi Ravin hendak meninggalkan tempat itu namun Nara berhasil menahannya kembali.

"Ravin kalo lu lupa gue itu is-istimewa iyaa istimewa" ujar Nara dengan nada gelagapan pasalnya ia hampir keceplosan tentang statusnya itu.

"Bukain deh pak kasian" ujar Ravin pada pak Agus.

Nara yang juga mendengarnya tersenyum lebar, tanpa ba bi bu lagi ia melangkahkan kaki jenjangnya itu tak lupa juga berterimakasih pada pak Agus.

"Nyelonong aja lu" ucap Ravin menarik tas ransel milik Nara "Cepet! gabung sana ke barisan kanan" lanjutnya

"Ogah ih gue gak mau di hukum" seru Nara dengan melipatkan tangannya di dada.

"Lu gak nyadar sama kesalahan lu?" tanya Ravin.

"Sadar kok, gue telat! tapi gue telat itu karna lu" jawabnya menatap tajam laki-laki yang berada di hadapannya.

Ravin terkekeh dengan jawaban yang di berikan Nara "Kok jadi gue sih?"

"Ya karena lu gak bangunin gue tadi pagi, main berangkat gitu aja"

"Astaga Nara gue tuh udah bangunin lu dari jam setengah enam tapi lu nya aja kalo tidur kek orang latihan mati" balas Ravin lalu menyentil dahi Nara.

"Heh! ngaca ya lu juga kalo tidur kek orang latihan mati"

"Terserah lu deh. Udah sana buruan kelapangan"

"Gak mau ih Ravin nanti gue kena hukum bu mawar! gue tuh belom makan-minum apapun dari bangun tidur terus juga masih cape efak kemarin lu ngajakin gue ke Bandung"

"Alesan"

"Kalo gue di hukum terus pingsan karena belom makan terus gue sakit jangan salahin gue kalo lu nanti di omelin sama mamih dan bunda" ujar Nara dengan tegas

Ravin menghela nafasnya "Oke fine! lu gak bakal dapet hukuman asal ada syaratnya"

"Dih apaan pake syarat segala! gak mau"

"Ya udah kalo gak mau, bukan urusan gue juga tapi ya jangan salahin gue kalo di raport lu nanti ada tinta merah"

"Dan lagi kalo lu sakit paling juga gue di omelinnya cuman sebentar" lanjutnya

Nara memutarkan bola matanya, lelaki di hadapannya ini sama sekali tidak mau mengalah sedikit pun selalu ingin menang dan untung. Menyebalkan!

"Apaan syaratnya?" tanya Nara mengerucutkan bibirnya.

"Biasa aja kali. Gue cuman minta tiga permintaan"

"What? kenapa gak to the point aja?" tanya Nara

"Suka-suka gue lah, tiga permintaan deal atau gak?" tanya Ravin mengulurkan tangannya

Nara menerima uluran tangan Ravin "O-oke tapi jangan macem-macem"

"RAVIN" panggil seseorang dengan sedikit berlari kearahnya membawa secarik kertas di genggamannya.

panggil itu sontak membuat Ravin dan nara menoleh tak lupa jabatan tangan mereka yang reflek terlepas.

"Ravin, dari tadi aku liat kamu ngobrol sama dia lama banget. Ada apa sih?" tanya Dita pada Ravin

"Ga ada apa-apa" Jawabnya

Kini pandangan beralih pada Nara "Kamu kenapa gak gabung ke barisan khusus?"

"A-anu itu-" belum selesai Nara menyelesaikan jawabnya sudah di potong terlebih dahulu oleh ucapan Ravin "Gue yang bakal hukum dia"

"Kenapa?"

"Dia tadi mau manjat tembok" jawab Ravin dengan bumbu kebohongan di dalamnya, yang membuat bola mata Nara membesar.

Dita mengangukkan kepalanya "Ouh, yaudah kalo gitu aku kelapangan dulu mau nyatet nama anak-anak yang gak lengkap atributnya"

setelah di rasa Dita pergi, Nara langsung saja menginjak kaki Ravin dengan kakinya "Maksud lu apaan sih? bikin malu gue gak!"

"awshh...s-sakit w-woy"

"Makan tuh sakit"

"Nara lu mau kemana?!" tanya Ravin yang mengejar langkah kaki Nara, meski ada rasa nyeri sedikit akibat olah cewek itu.

"Kantin"

"Lu mau kena hukum?!"

"Gue laper belum sarapan Ravin"

"Gue temenin"

T B C | K E T O S

KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang