Karin berjalan memasuki halaman rumah Tasya dengan gontai.
Ia masih merasa sangat bersalah pada Tasya dan Karin yakin Tasya masih marah padanya.
Dengan keberanian, Karin mengetuk pintu rumah Tasya.
Bi Sum — pembantu dirumah Tasya membukakan pintu dengan senyum yg tercetak di wajahnya.
"Eh neng Karin, ayo masuk neng" ucap bi Sum ramah.
Karin berjalan masuk kedalam rumah.
"neng Tasya udah pulang daritadi, terus bibi liat agak sembab gitu matanya. Bibi kira neng Tasya pulangnya bareng sama neng Karin" jelas bi Sum membuat Karin makin merasa bersalah.
"ah engga bi, aku pergi dulu tadi. Aku mau ke kamar Tasya dulu ya bi"
"Yaudah, bibi juga mau ke dapur dulu ya neng" pamit bi Sum.
Karin hanya membalas degan anggukan lalu terdiam sebentar sebelum beranjak menuju kamar Tasya.
Dengan ragu, Karin mengetuk pintu kamar Tasya.
Namun, Karin malah mendengar suara pintu terbuka dari kamar Febri.
Febri keluar dari kamarnya dengan rambut yg sedikit acak-acakan.
Lelaki itu menatap Karin sekilas lalu berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah.
Karin hanya mengindikkan bahunya, yg terpenting sekarang adalah Tasya.
Karin terus mengetuk pintu Tasya.
Setelah beberapa menit, akhirnya pintu terbuka menampilkan sesosok wanita dengan matanya yg memerah.
"Lo tuh berisik banget tau ga? ganggu aja" Ucap Tasya dengan nada tinggi.
"sya plis jangan marah gini sama gw, lo udah denger semua penjelasan gw tadi kan? gw gaada niatan sama sekali buat terima Nata, so stop berpikir kalo gw bakal rebut dia dari lo"
"gatau deh ya, gw capek. Toh percuma juga kan, Nata sukanya sama lo. Gw lagi pengen sendiri, maaf banget gw minta lo jangan nginep disini lagi"
Karin mengangguk pasrah, dia juga merasa tidak enak jika harus memaksa untuk terus menginap disini.
"yaudah gw pamit ya sya, makasih lo udah izinin gw tidur disini. Gw harap lo secepatnya maafin gw"
Karin pun mulai melangkah pergi dari hadapan Tasya.
Hingga saat ini ia sudah berada didepan pintu utama.
"Mau kemana?" Terdengar suara bariton dari arah belakang.
Febri. Lelaki itu sedang menatap Karin dengan muka datarnya. Di tangannya ada secangkir kopi yg baru saja ia buat.
"gw mau pulang kak, makasih atas tumpangannya"
Ucap Karin.Gadis itu segera berjalan keluar dari rumah Tasya.
Febri masih terdiam. Menatap punggung kecil Karin yg perlahan mulai menjauh.
Ia masih bingung dengan apa yg terjadi.
Sebenarnya, Febri sudah mendengar semua percakapan Karin dan Tasya tadi. Ia rasa hanya terjadi kesalahpahaman diantara mereka berdua.
Febri pun berjalan kembali ke kamarnya. Ia tak mau memikirkan terlalu panjang masalah oranglain.
Sedangkan disisi lain, Karin tengah berjalan dengan lesu.
Ia akan mengikuti kemanapun kakinya ingin melangkah.
Sekarang, Karin bingung harus kemana.
Jika ia pulang kembali ke rumah, akankah ia diterima oleh keluarganya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Karin
Ficțiune adolescențiKarin Anindita Wijaya - seorang gadis sederhana yang harus tinggal bersama keluarga yang bahkan tidak menginginkannya. Masa lalu yang membuat sang ayah kandung membenci Karin, membuatnya harus menerima kenyataan pahit bahwa dia mungkin tidak bisa la...