Ketujuh

958 90 6
                                    

____


"Seok, jangan ganggu Seona."

"Aku hanya melihatnya saja sayang."

"Seok, tanganmu! Nanti Seona bangun dia baru saja tidur."

"Aku hanya mengelus pipinya. Itu tidak akan membuatnya terbangun."

"Lee Seokmin please! Aku tahu kau gemas. Tapi biarkan Seona tidur sayang, kasihan dia sedari tadi tidurnya terganggu karena paman dan bibinya terus berdatangan untuk menengok."


"...."

"Lee Seok-."

"Apa ? Cerewet sekali. Ku makan juga kau."

Aku mendelik, lihatlah lelaki yang baru saja menyandang gelar ayah ini menyebalkan sekali. Apa dia tidak kasihan pada anaknya yang baru saja berumur seminggu itu tidurnya terus terganggu karena terus kedatangan tamu ?
Aku tahu dia gemas terlebih Seona anak perempuan, sesuai dengan apa yang Seokmin inginkan selama ini. Tapi, ayolah apa dia sendiri tidak lelah ? Setelah menerima tamu dia malah ingin mengajak anaknya bermain padahal Seona sendiri tenang-tenang saja tidak rewel. Awas saja nanti jika Seona beranjak besar dan ingin mengajak ayahnya itu bermain tapi dia menolak. Aku yang akan mengamuk.

Seokmin berjalan menjauh dari box bayi lalu mendatangiku yang tengah duduk pada pinggiran kasur single di seberang box, membuka hadiah dari teman-temanku maupun Seokmin yang datang berkunjung untuk menengok Seona.

"Banyak sekali." Ujarnya setelah melihat beberapa kado bertumpuk diatas lantai.

"Lumayan. Tapi ini barang-barang yang tidak bisa di pakai dalam waktu dekat. Untuk umur enam bulan keatas."

"Tidak apa-apa, kita bisa sedikit menyisihkan tabungan untuk hal lain."

Aku tersenyum, ya benar juga.

Aku dan Seokmin sama-sama sibuk membuka sisa-sisa hadiah yang masih terbungkus, ternyata ini seru terlebih ketika membaca noted kecil berisi ucapan selamat dan do'a. Rasanya senang sekali.


"Seok, aku ingin makan ramyeon." Pintaku tiba-tiba, Seokmin menoleh lalu menatapku tajam seakan apa yang aku katakan barusan adalah sebuah kesalahan.
Lidahku rindu akan rasa ramyeon, sudah lama sekali tidak memakannya karena katanya itu tidak baik untuk kesehatan aku dan bayiku. Aku menurut saja karena takut, terlebih ini kehamilan pertamaku tidak banyak yang kutahu.

Tapi, apa ramyeon sebahaya itu ? Jika memakan satu bungkus apa akan menimbulkan masalah besar ? Bahkan aku yang biasanya selalu menyimpan banyak stok ramen di lemari dapur selama hamil tidak menyimpan satupun. Karena takut.

"Kau ingin makan ramyeon ?" Tanya Seokmin lembut, aku mengangguk dengan antusias.

"Mau kubuatkan ?" Lagi-lagi aku mengangguk antusias, hey apa boleh aku berteriak karena senang ?

"Oke, akan ku buatkan jika masa nifasmu sudah selesai." Bahuku merosot kecewa. Apa-apaan dia!

"Ih! Aku ingin sekarang."

"Tidak boleh sayang."

"Kenapa ? Memakan satu bungkus tidak akan menimbulkan masalah kan ?"

"Ingat kau sedang menyusui, kasihan Seona. Kau makan sayur dan buah saja ya."

Fams || DKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang