🌻🌻🌻
Rumit.
Satu kata yang dapat Seokmin deskripsikan tentang ibu hamil. Dia sungguh tidak mengerti dengan mood seorang perempuan yang tengah berbadan dua itu, baginya mereka sangat sulit untuk di mengerti dan tentu saja sangat menjengkelkan.
Hari ini tepat delapan minggu usia jabang bayi didalam perut Nara, istrinya. Awal-awal ketika mengetahui Nara tengah mengandung anaknya, senang bukan main yang Seokmin rasa, impiannya untuk menjadi seorang ayah akan terwujud segera. Rasa iri terhadap teman-temannya yang sudah memiliki anak lebih dulu darinya sirna begitu saja ketika mengetahui kabar menggembirakan tersebut.
Tapi kali ini rasanya rasa senang itu ingin Seokmin telat bulat-bulat saja, pasalnya seminggu setelah berita baik itu datang Nara seakan membencinya. Jangankan bermanja-manja, baru melihatnya diambang pintu saja Nara sudah berteriak mengusirnya. Mau tidak mau setiap hari Seokmin harus berangkat lebih awal ke kantor dan pulang lebih larut. Hanya berkomunikasi lewat ponsel itupun terbatas karena peraturan perusahan yang melarang setiap karyawannya menggunakan handphone di jam kerja, terkadang sticky notes ia tempelkan dimeja makan atau kulkas sebagai pengingat untuk Nara agar tidak lupa meminum susunya atau sekedar sarapan.Terhitung sudah tiga minggu Seokmin melakukan hal yang yang menurutnya paling menyebalkan itu, meski kali ini sudah sedikit lebih baik karena Nara tidak mengusirnya ketika bertemu, awalnya Seokmin senang tapi kesenangan itu tidak berlangsung lama karena saat dia mendekati Nara perempuan tersebut mengeluh mual-mual dan berakhir dengan memuntahkan isi perutnya dikamar mandi. Dan ketika dia memaksa ingin berdekatan dengan Nara, acara memuntahkan isi perut tersebut terulang kembali kemudian istrinya itu akan berujar jika itu keinginan anaknya dan tetap meminta Seokmin untuk menjaga jarak, dalam hati Seokmin menggerutu sebenarnya itu benar anaknya atau bukan. Kenapa bisa membenci ayahnya sendiri ? Astaga!
'Ting'
Lamunan Seokmin buyar seketika mendengar bunyi notifikasi dilayar ponselnya, dengan enggan dia meraih benda kecil berbentuk persegi panjang tersebut disamping laptopnya yang menyala. Pekerjaan kantor yang dia bawa kerumah terbengkalai begitu saja karena acara melamunnya yang terlihat tidak berujung.
Home
20.18•Kau dimana ?.
Diruang kerja.
•Aku rindu.
Sama.
•Seok, maafkan aku.
Tak apa, demi anak kita dan dirimu.
•Kemarilah, aku di kamar.
Aku mau, tapi aku takut kau akan muntah lagi.
Aku tidak tega.•Aku akan menahannya.
Aku tidak mau.
•Aku memaksa.
Baiklah, tunggu.
Dengan cepat Seokmin membereskan meja kerjanya lalu bergegas masuk kedalam kamar yang berada disamping ruang kerja. Perasaan senang sekaligus takut mengelayutinya, senang akhirnya dia bisa berdekatan lagi dengan istrinya namun ia juga takut jika acara mual-mual istrinya tersebut akan semakin parah.
"Na-ya." Panggil Seokmin pelan pada seorang perempuan yang berada didepan meja rias. Dia berjalan mendekat ketika Nara menoleh dan menghadiahinya sebuah senyuman.
Nara pun melakukan hal yang sama, dia bangkit dari kursi meja rias dan berbalik mendekat pada Seokmin. Tanpa aba-aba keduanya berpelukan seperti sudah lama tidak bertemu padahal mereka masih tinggal disatu atap yang sama.