🍕🍕🍕03.56
Aku terdiam sambil memandangi angka yang ditunjukan jam digital diatas nakas. Ini masih terlalu pagi untuk bangun dan ada waktu sekitar tiga jam lagi untuk melanjutkan tidur sebelum memulai semua aktivitas. Sebuah hembusan nafas dileher menghamburkan lamunanku, seketika aku sadar akan keberadaan Seokmin yang tengah tertidur dibelakang sambil memelukku. Perlahan aku menoleh kearahnya kemudian dengan hati-hati menggeser tubuhku supaya biasa berhadapan dengannya.
Kupandangi wajahnya yang terlihat sangat damai ketika tidur, objek yang tidak pernah bosan untuk aku lihat setiap hari bahkan jamnya.
Kutekan-tekan pipinya menggunakan jari telunjuk untuk membuatnya terbangun. Matanya mengerjap beberapa kali, setelah itu dia menatapku dengan tatapan tidak terima.
"Ada apa ?!"
"Seok, aku ingin makan pizza." Ujarku dengan nada manja tapi lebih mirip memelas, sungguh aku ingin makan pizza sekarang. Entah angin dari mana tapi aku benar-benar menginginkannya saat ini.
"...."
"Seok~!"
Seokmin kembali mengerjap kemudian matanya melihat kearah belakangku, sepertinya kearah jam digital diatas nakas.
"Ini masih pagi sayang, nanti siang ya."
"Aku tidak mau, aku inginnya sekarang."
"Tokonya belum buka, sekarang lebih baik kita tidur lagi. Nanti siang baru kubelikan."
"Aku tidak mau, sudah kubilang aku inginnya sekarang."
"Nara..."
"Hiks. Aku ingin makan pizza sekarang, aku ingin pizza."
Aku menangis sambil memukul Seokmin secara random, aku membencinya kenapa dia tidak menuruti apa yang kumau. Aku benci Seokmin. Hiks.
Sejujurnya aku lebih membenci diriku yang seperti ini terlalu sensitif dan menyebalkan. Aku merasa sedang tidak menjadi diriku sendiri.Seokmin semakin menarikku kedalam pelukannya sambil mengusap punggungku pelan mungkin dia berniat untuk menenangkanku tapi aku tidak merasa tenang sedikitpun egoku menyuruhku untuk menangis saja sampai aku mendapatkan apa yang aku mau.
"Seok aku ingin makan pizza."
"Iya sayang iya, tapi nanti ya sekarang tokonya belum buka."
"Aku tidak mau tahu aku inginnya sekarang. Hiks. Ada toko yang buka 24 jam Seok. Hiks."
Seokmin menghela nafas seakan jengah dengan kelakuanku, aku tidak peduli. Aku terus menangis supaya Seokmin mengabulkan apa yang aku inginkan.
"Apa tidak ada makanan lain yang kau inginkan selain pizza ?"
Aku menggeleng.
"Jika ada hiks, aku tidak akan menangis. Hiks."
Seokmin bangkit dari tidurnya, helaan nafas berat dia hembuskan sambil menatapku sekilas setelah itu dia turun dari ranjang. Seokmin meraih ponselnya yang tergeletak diatas nakas lalu berjalan menjauhiku entah apa yang dia lakukan tapi aku berharap dia segera memenuhi keinginanku tersebut.
Aku hanya diam sambil menunggu Seokmin kembali, sesekali memainkan selimut yang masih membungkus tubuhku. Aku sedikit merasa bersalah padanya, ini masih pagi tapi aku sudah merepotkannya bahkan menangis tidak jelas seperti tadi. Tanpa sadar aku mengelus perutku sendiri yang terasa sedikit buncit. Dua belas minggu, umur janin dalam rahimku saat ini. Satu yang selalu aku pikirkan ketika aku mulai memuntahkan makanan apapun yang aku makan atau mual ketika mencium bau yang membuatku tidak nyaman atau juga hal seperti sekarang ini ingin memakan sesuatu di waktu yang tak wajar.