Bertemu

75 15 25
                                    

Titik selalau mempetemukan
Namun satu tidak ingin menyatukan kita

Milik Devisa

Devisa menyeruput jus mangga mengabaikan tatapan penuh selidik dari Arzera.

Keramaian di sudut kota tak mampu menolong dirinya. Ia merasa Arzera berbeda kali ini. Devisa membuang pandangannya ke berbagai arah.

Namun hatinya merasa tidak enak. Devisa mengalah, ia kembali menatap Arzera.

"Lo mau tanya apa sama gue?"

Arzera bersandar di sebuah bangku lalu menjawab. "Lo beneran suka sama Milik?"

Devisa tertegun beberapa saat kemudian tertawa lepas. "Lo ngajak gue sampai sini cuman nanya itu doang?" ucap Devisa di sela kekehannya.

Wajah Arzera tampak biasa saja, tidak menampilkan perubahan yang membuat Devisa dengan mudah membaca tatapannya itu.

Devisa memperbaiki cara duduknya kemudian memajukan wajahnya lebih dekat pada Arzera.

"Enggak. Perasaan ini cuma sebentar doang nanti setelah bosan bakal ilang juga," Devisa tersenyum simpul. Beberapa detik matanya membola menyadari sesuatu.

"Kenapa?" Arzera yang melihat itu lantas bertanya.

"Lo suka sama gue?" pekik Devisa horor.

Arzera menoyor kepala Devisa kuat, dari mana datangnya pemikiran seperti itu. Ia berdiri membuang botol jus itu.

"Najis kalau gue suka sama cewek yang gak punya akhlak kaya lo."

Devisa merengut kesal. "Awas aja lo jatuh cinta sama gue, nggak bakal gue terbangin?" tunjuk Devisa tepat di depan wajah Arzera.

Arzera yang melihat itu lantas tesenyum menahan rasa geli yang menjalar di tubuhnya.

"Bacot, temani gue ayok!!" seru Arzera menyalakan motornya.

"Kemana?" balas Devisa berkacak pinggang lalu melangkah, ikut menaiki motor. Namun tangannya di cekal oleh Arzera, ia menatap bingung pemilik motor sport itu.

"Mancing. Beli sepatu lah!! Pura-pura lupa lo!!" sinis Arzera sembari memakaikan helm di kepala Devisa.

Ia memeluk erat tubuh Arzera. Hal yang biasa terjadi ketika mereka naik motor bersama.

Motor melaju dengan kecepatan sedang, seakan memberi cela kepada angin untuk menyatukan mereka. Namun takdir mempersatukan mereka hanya sebagai sahabat.

Rasa cinta tidak menjadi bumbu dalam kisah mereka. Layaknya kakak beradik yang saling menjaga.

Setelah sampai di mall, tepatnya di parkiran. Devisa melompat turun saat motor belum berhenti, Arzera terbelalak kaget.

"Devi, lo kalau jatuh gimana!!" sentak Arzera marah.

Devisa tampak cengar cengir, tak menanggapi kemarahan dari sahabatnya.

Mereka melangkah masuk, satpam memberi senyum sapa yang hanya di balas Arzera. Sedangkan Devisa melihat toko kalung, matanya berbinar pada kalung berbandul angka delapan terbalik.

Ia berlari masuk memegang kalung itu, senyumnya terlukis. Sekebelat ingatan muncul di ingatannya, membuat senyumnya mengembang.

"Permisi mba ada seseorang yang ingin melihatnya,"

Devisa menahan napas ketika tatapan mereka bertemu. Ia paling dengan cowok yang berdiri tak jauh darinya.

Kemeja sedikit berantakan, celana panjang hitam tak lupa sepatu vans memberikan kesan double cool padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Milik DevisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang