🌺Part 4

29 4 0
                                    

" Oke, liat apa yang mau gw perbuat, hehehe." Balas Keyna sembari tertawa gila, dan pergi.

                                 ***

Saat Willy sedang berjalan, langkahnya terhenti saat Keyna berdiri dihadapannya, Willy menatap bingung pada Keyna.

" Emm ka Willy, makasih ya tadi udah nolong Keyna, ternyata ka Willy juga bisa baik ya, lama kelamaan Keyna mulai suk-," tahan Keyna karena menatap Willy dengan wajah horor nya membuat ia takut.
" Udah?, Gw cuma kasian gak lebih!" Balas Willy ketus.
" Emm kak, Keyna boleh minta nomor kak Willy nggak?" Tanya Keyna.

Tanpa menjawab Willy menarik tangan Keyna kasar menjauh dari keramaian membuat Keyna meringis kesakitan.
" Kak lepasin sakit," titah Keyna sambil meronta.

Akhirnya Willy melepas tangan Keyna kasar dan menatap tajam mata Keyna.
" Buat apa Lo minta nomor gw?, "
Keyna masih tertunduk memegangi tangannya yang sakit.
" jAWAB!," Sentak Willy.
Keyna tengah menahan Isak dan tangisnya yang terbendung dan akan segera keluar.
" Jauhin gw!, Sekali aja Lo ngedeketin gw-," ucapnya terpotong, suara telepon berbunyi nyaring dan Willy segera mengangkatnya. Disisi lain Keyna sudah tidak tahan, dia akhirnya menangis.

" Iya tan?," Jawab Willy lembut, berbeda dengan tadi ia memarahi Keyna.
"........" Suara orang disana.
" Yang bener Tante?" Tanyanya yang disusul senyum merekah.
"......"
" Oke pulang sekolah Willy jenguk Dinda ya,makasih kabarnya tante." Lalu Willy tak memperdulikan Keyna dan langsung pergi. Keyna mengubah posisinya menjadi berjongkok, dan menangis seraya terisak, untungnya disana sepi.

" Kok Keyna belum balik-balik ya," khawatir Sissy.
" Mungkin lagi asik berduaan sis," celetuk Lyra.
" Hmm, yaudah yu ke kelas duluan aja mungkin dia udah disana."

Keyna masih melengkup kaki nya dan menyembunyikan kepalanya seraya masih menangis, seseorang datang, dengan panik ia langsung berjongkok dan mengelus puncak kepala Keyna.
" Kenapa?," Tanyanya lembut.
Keyna masih terdiam, rasanya ia rindu dipeluk ayahnya, mungkin jika ayahnya masih ada, dia adalah satu-satunya pria yang tak pernah membuatnya menangis. Tiba-tiba seseorang tersebut membangunkan tubuh Keyna untuk berdiri dan memeluknya erat. Keyna menangis dalam pelukan hangat itu, ia merasa nyaman seperti ia memeluk ayahnya. Keyna melepaskan pelukan itu dan mendongak menatap siapa orang itu.
" Lo?," Ucap Keyna terkejut.
" Eh gak sopan banget si, gw Rizal 12 perkantoran,"
" Iya maaf kk- ka Rizal, makasih udah nolongin,"
" Iya iya, lain kali kalo ada apa-apa bisa ko cerita ke gw."
Keyna mengangguk kecil, dan menghapus air mata yang membasahi pipinya.
" Ayo gw anter ke kelas Lo," ajak Rizal
Keyna kembalik mengangguk.

Setelah sampai didepan kelas Keyna, Sissy dan Lyra tak sengaja melihat Keyna lalu dengan paniknya mereka menghampiri Keyna dan menanyakan kemana saja ia dan kenapa dia menangis. Mereka berdua mengalihkan pandangan pada Rizal.

" Ngapain sih kak nangisin adik kelas?," Ucap Sissy tak kuat menahan amarah.
" Udah sis bukan salah kak Rizal, ayo masuk ke kelas aja." Lirih Keyna menggenggam tangan Sissy.
" 'Keyna' ya namanya", batin Rizal lalu bergegas pergi.

Huft cape juga ngetiknya....

Jangan lupa follow Yee vote juga hehe biar semangat update cerita setiap hari:)

Happy reading 🍒🍒🍒

Keyna StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang