Foto

122 6 11
                                    

Hallo semuanya maaf ya udah buat kalian nunggu sebenernya udah lama cecil menyiapkan cerita yang ini tapi cecil disibukkan dengan memperbaiki Chapter sebelumnya yang kacau balau entah bagaimana chapter 1 dari cerita ini yang berjudul 'pagi yang berbeda' tiba-tiba hilang dan menjadi cerita yang lain huhu jika salah satu dari kalian tidak memberitahu juga cicil gak tahu

Selamat menikmati....

Pagi harinya....

Ryan bangun dengan keadaan yang masih sadar,tak sadar lalu melihat kesebelahnya....

"Eh? Mana Kory apa dia masih marah?" tanya Ryan cemas lalu keluar dari kamar mencari Kory.

"Dylan mana Kory?" tanya Ryan
"Aku tidak tahu saat sampai disini hanya ada note ini disini" kata Dylan sambik memberikan sebuah note.

'Aku pergi Dila memintaku menemuinya pagi-pagi sekali. Aku sudah buat sarapan. Ada diatas meja ditudung saji, kalau dingin panaskan saja by'

"Pagi-pagi sudah tidak ada makanan saja dingin pasti sudah lama. dan siapa itu Dila?" ujar Dylan
"Hm! Dila itu Annis" jawab Ryan.

Setelah makan Ryan masuj kembali kekemarnya saat sampai didepan pintu kamarnya tidak sengaja ia menjatuhkan sebuah bola dari meja didekat pintu kamarnya dan bola itu mebggelinding menuju bawah tempat tidurnya. Ryan berjongkok untuk nengambil kotak itu tapi yang digapainya malah sebuah kotak kayu berukir bunga yang indah dengan tulisab 'R.C' diatas kotak Ryan tidak memperhatikan dan mulai mencari bola yang dijatuhkannya lagi saat mebemukannya ia memandang kotak temuannya.

"'R.C' Ryan Char kah?" tanyanya sambil membuka kotak tersebut. Didalam kotak itu terdapat banyak foto dan beberpa barang lainnya ada dua buah foto menarik perhatiannya foto yang pertama adalah foto seorang anak perempuan dengan baju putih berlapis jaket biru langit lengan pendek dengan aksen kuning. Memakai sarungtangan hitam rok pendek sapaha berwarna biru dongker. Stoking hitam setinggi betis, dan sepatu putih. Senyumnya lebar menampakan deretan gigi putihnya. Rambunya pendek seleher dengan pita bunga berwarba biru muda. Satu hal yang pasti anak perempuan barbar yang polos, lugu dan mungkin sedikit bodoh.

Foto kedua adalah foto seorang anak perempuan rambutnya dipotong pendek mirip anak lelaki, bando kecil dengan bunga merah darah menghiasi rambut coklatnya. Ia memakai sweater berwarna merah maron dengan sarung tangan berwarna kuning, rok berwarna kuning selutut dan celana panjang sampai lutut dibalik roknya kaus kaki pendek dengan sepatu putih, dia tidak tersenyum hanya menampilakan wajah datarnya dengan bibir mungil yang sedikit dimajukan dan wajah yang cemberut akan menangis mata karamelnya berkaca-kaca dengan pandangan kosong. Kedua tangannya didekatkan kedagunya.

Ryan ingat siapa anak perempuan itu yang kalau diperkiran umurnya baru 6 tahun jika dilihat. Bulir air mata jatuh dari kedua belah matanya Ryan mendekap foto itu.

"Ki Ki ak aku aku hiks hikz hikz"

"Ryan?" suara dari pintu mengalihkan perhatiannya.  Dyalan berdiri dipintu dengan wajah khawatir.
"Ada apa Ryan? Dan foto apa itu?" tanya Dylan
"Kirana …"
"Hah?"

Skip....

"Kira sepupuku, dia baik, dia selalu ada untuk Kory aku iri melihatnya hanya selalu perhatian sama Kory, aku tidak suka ya setidaknya aku ya gimana ya aku tidak ingat tentang semunya kau tahu aku sedikit ada masalah ingatan ayah bilang ada yang mencuci otakku dan ya... Bukan orang lain sih tapi ibuku sendiri, ayah bilang Ibu ingin menghapus ingatanku akan seseorqlang tapi itu gagal"

"Jadi Kirana itu selalu memanjakan Kory, seperti seorang kakak, uh aku rasa dia lebih cocok jadi kakak Kory ketimbang kau. Kau tahu dia bagaikan seorang penyelamat untuk Kory wajar kalau Kory sangat menyayanginya, suka bermanja-manjaan padanya haduh kamu parah Ryan" ujar Dylan membuat Ryan mendelik kearahnya
"Ya... Aku tidak ingat banyak tentang masa laluku yang aku tahu Kory dan Kirana sangat dekat sebelum Kirana meninggal dia menitipkan Kory padaku katanya Kory pantas disayang jangan membencinya aku akui aku gak pernah memanjakan atau setidaknya memberi Kory kesempatan menjadi adikku. Aku ingat waktu itu Kory aku Kirana berumur 6 tahun kami sedang kekebun buah apel milik Annis, Kory sangat suka dia dengan riang memanjat pohon apel dan bermain dipohon Kirana sangay khawatir melihatnya dan berjaga dibawah pohon sambil menatap Kory dan dengan lembut meminta Kory turun dari pohon Kory tidak mau dan bersiap menangis jurus andalannya pada Kirana. Kirana jelas tidak mau membuatnya menangis dia meminta tolong padaku, tapi... Aku malah berkata kasar tentang Kory, dia marah, lalu dia berkata kalau aku bukan kakak yang baik, cuma bisa membuat Kory tersakiti, cuma disa bersembunyi dibelakang Kory, cuma bisa menyusahkan Kory maksutnya apa coba?" ujar Ryan panjang lebar. Dylan mengangguk nengerti.

Maaf Tidak Dapat Menjadi Saudara Yang Kau InginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang