III. Gejolak Perasaan

381 39 4
                                    

Vivi menghempaskan badannya ke kursi belajar Mira. Mira masih belum terlihat batang hidungnya. Semburat kebimbangan masih menyertai wajah Vivi.

"Ih, Ka Marvin." Balas Vivi ke chat Marvin.

"Iya, betul." Balas Marvin lagi.

"Yang gue lakuin gimana ya harusnya?" Batin Vivi. Dia tak kunjung jua membalas chat Marvin.

"Wey, bengong aja lo." Mira tiba-tiba masuk kamar mengagetkan Vivi.

"Eh, bikin kaget aja lo." Vivi membalas.

Vivi beranjak dari kursinya, Mira membalikkan badan menutup pintu. Belum sampai beranjak pergi, Vivi sudah memeluknya dari belakang.

"Mir, gue sayang banget sama lo." Bisik Vivi.

"Eh eh.. Gue juga sayang sama lo, tapi ga gini, Vi." Mira sedikit memberontak.

"Lo diem dulu." Perintah Vivi, diikuti Mira yang akhirnya diam.

"Lo pernah ngerasa kecewa ga sama gue?" Tanya Vivi dengan suara pelan.

"Ehm. Pernah."

"KAPAAN?" Potong Vivi.

"Kira-kira 2 hari lalu, pas lo tumpahin mie ayam gue yang masih setengah." Balas Mira polos.

"Iiihh, masalah yang lain, Amiirraa!" Vivi melepas pelukkannya, tangannya berpindah ke kedua pipi Mira. Matanya memandang tajam Mira.

"Vii.. Lo kenapa? Lo naksir gue ya?" Mira dengan nada bercanda mencoba berkelakar.

"Dih, najis." Vio melepaskan tangannya dari pipi Mira.

"Lo ada masalah apa, Vi? Ceritain sih." Mira sedikit bingung.

"Ga sih, gue takut pernah bikin lo kecewa aja."

"Dah yok, langsung ngerjain tugas." Lanjut Vivi.

Seusai mereka mengerjakan tugas, Vivi teringat pesan Marvin. Segera dikeluarkanlah gawai miliknya.

"Iya, Ka. Maaf baru bales, baru selesai kerjain tugas." Balas Vivi.

Mira memicingkan mata melihat Vivi yang sibuk dengan gawainya, namun ada senyum di sudut bibirnya.

"Lo kok senyum sendiri sih?" Tanya Mira.

"Eh, kaga. Gue balik dulu ya, Mir. Udah malem nih." Jawab Vivi sambil membereskan barangnya.

"Lah, kenapa ga nginep aja?" Tanya Mira.

"Ada janji sama Mama." Vivi beralasan.

*****

Besoknya sepulang sekolah, Mira dan Vivi berjalan bersama.

"Vivi." Panggil seseorang dari belakang.

Mereka berdua lantas menengok berbarengan, ternyata itu adalah Marvin. Mira mengalihkan pandangan tajamnya ke arah Vivi.

"Vi.." Ucap Mira lirih.

"Gak, Mir." Vivi berusaha meyakinkan Mira bahwa tidak ada apa-apa antara ia dan Marvin.

Mira melepaskan tangannya dan Vivi yang sebelumnya bergandengan. Dia berlari secepat mungkin. Vivi sedang bergejolak, antara mengejar Mira atau meladeni Marvin. Akhirnya Vivi memilih mematung di tempat karena Marvin seketika juga telah berada di sebelahnya.

"Temen kamu kenapa, Vi?" Tanya Marvin.

"Eh. Mau buru-buru pulang katanya, Ka." Jawab Vivi sekenanya.

Sobat Terbaik - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang