IV. Merindu

315 35 4
                                    

Mira sejak sepulang sekolah masih mengurung diri di kamar. Merasa dikhianati sahabatnya sendiri. Air mata menggenang di sudut matanya.

"Tok tok." Suara pintu kamar diketuk.

"Amira, makan dulu." Ternyata Mama Mira sosok di luar pintu tersebut.

"Nanti, Ma. Mira udah makan sama Vivi pulang sekolah." Sahut Mira.

"Oh, ya udah." Kata Mama Mira.

"Kenapa gue mesti bawa-bawa Vivi sih, kan dia udah khianati gue." Batin Mira.

Mira kemudian membuka gawainya, mengirim pesan ke seseorang.

"Chika.." Bunyi pesan tersebut.

10 menit berlalu, belum ada balasan dari Yessica Tamara atau yang biasa dipanggil Chika. Chika adalah teman sekelas Mira dan Vivi.

"Tring!" Notifikasi gawai menyadarkan Mira dari lamunan.

"Iya, sayang." Balasan dari Chika.

"Chik, lo mau temenin gue ga?" Tanya Mira.

"Mau sih, tapi di rumah gue aja ya. Orang tua gue lagi pada keluar kota soalnya." Kata Chika.

"Ya udah, gue ke sana sekarang." Balas Mira lagi.

Mira langsung berganti pakaian dan menyiapkan pakaian ganti untuk dia bawa ke rumah Chika. Termasuk seragam sekolah jika keadaan memaksanya untuk menginap di rumah Chika.

"Ma, aku pergi ke rumah Chika ya. Bisa jadi nginep sih." Pamit Mira ke Mamanya yang langsung disambut muka masam Mamanya. Mamanya langsung berkacak pinggang hendak mengeluarkan kata-kata saktinya.

"Cup!" Sebuah ciuman mendarat di pipi sang Mama.

"Maafin Mira ga nurut Mama ya hari ini. Bye." Mira main pergi begitu saja.

Mama Mira yang semula hendak marah hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putrinya.

*****

Sementara di rumahnya, Vivi sedang merenung. Tak habis pikir atas apa yang telah dia alami.

"Jadi aku mesti gimana, Tuhan?" Batin Vivi dalam kesendirian.

Di satu sisi dia ingin punya kekasih sebagai sandaran hati, di satu sisi dia tidak ingin kehilangan sahabatnya. Bahkan sudah merasa rindu walaupun baru beberapa jam saling tidak menyapa. Vivi menyadari akan tidak berguna jika dia ingin memperbaiki hubungan dengan Mira sekarang. Mira pasti masih emosi dengan segala prasangka buruk dinhatinya. Vivi beranjak mengambil buku diary-nya.

"Jika bersamamu
aku tak mengenal rindu,
Aku ingin tak mengenalnya selamanya.
Jika setelah rindu
bisa bertemu bersamamu,
Aku ingin merindukanmu selamanya."

Vivi menitikkan air mata bersamaan dengan ditutupnya buku diary miliknya.

*****

"Ting tooong.." Bel rumah Chika berbunyi.

"Iya, sebentar." Terdengar teriakan Chika dari dalam rumah.

"Eh, Mira. Ayo masuk, Mir." Jawab Chika dengan senyuman hangat.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sobat Terbaik - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang