9. Vesa Kenapa?

82 29 69
                                    

Happy reading 💚
.
.
.

Bohong.
Satu kata yang akan menimbulkan banyak dosa jika kita melakukannya. Jelas saja karena sekali berbohong akan ada kebohongan lainnya untuk menutupi kebohongan awal.

***
Kening Morell berkerut bingung menatap barisan kata itu. Bahkan sekarang ia lupa ada pria menyebalkan di sebelahnya yang menatapnya tanpa kedip.

"Hei lo kenapa?"

Morell masih bergeming, mengabaikan pertanyaan Rishav. Benaknya terisi beribu pertanyaan dan spekulasi tentang maksud pesan kali ini. Semuanya bercampur aduk membuatnya benar-benar bingung sekaligus cemas.

"Mor?" Rishav menepuk pelan pundak Morell. Masih berusaha menyadarkan Morell dari kecambuk pikirannya. Sebenarnya dia lihat apa sih di ponselnya itu? Begitulah pertanyaan yang terlintas di kepala Rishav.

Rishav menjentikkan jarinya ke kening Morell. Seketika Morell tersentak. Mengusap keningnya yang berdenyut sembari menatap tak suka pada pelaku.

"Masih mau?" tanya yang terdengar seperti ledekan itu berhasil menaikkan emosi.

"Lo apa-apaan sih! Sakit tahu," sahut Morell kesal. Morell memukul lengan Rishav.

Rishav meringis karena Morell tak tanggung-tanggung memukulnya. Rishav menangkap tangan Morell yang pukulannya mulai melemah. Mungkin tangannya juga sakit karena memukul lengan yang berotot itu.

Morell menarik tangannya yang digenggam. Kemudian segera menyembunyikan ponselnya saat melihat Rishav mencuri pandang ke arah ponselnya.

"Ngapain lo lihat-lihat? Dasar kepo!" ucapnya sama sekali tak bersahabat.

"Toilet udah pindah ya?" tanya Rishav sama sekali tidak nyambung.

"Hah?" refleks Morell. Lalu dia mendengus setelah menyadari apa maksud Rishav.

"Bukan urusan lo."

"Lo ngapain di sini? Lo penguntit ya?" tuding Morell.

"Belajarlah berbagi." Rishav berucap sambil mengusap lembut rambut Morell. Lalu beranjak dari sana meninggalkan Morell yang mematung dengan tambahan pertanyaan baru.

***
Alis Elis hampir menyatu menatap Gazka yang kini tersenyum sambil memandang layar ponselnya.

Ia menepuk tangan Gazka yang memegang ponsel.

"Hei. Lo ngapain?" tanyanya sambil berusaha mengintip layar ponsel Gazka.

Gazka berjengkit kemudian gelagapan menyembunyikan ponselnya.

"Nggak ada," katanya berusaha tenang tanpa menatap Elis.

"Alasan." Elis memutar bola matanya malas.

"Tadi lo senyum-senyum nggak jelas ya. Gue lihat tahu, jadi nggak usah bohong lo."

"Apaan. Enggak kok," bantah Gazka.

"Morell kok lama banget sih," Melsy tiba-tiba berucap cemas.

"Eh, iya ya. Kok Ly belum balik sih." Gazka menatap pintu kantin, berharap ada Morell yang berjalan mendekat tapi nyatanya tak ada.

"Paling juga bentar lagi muncul," ucap Vesa santai. Tampak tak cemas sama sekali.

"Nggak biasanya loh Mor kek gini. Apa dia udah ke kelas ya." Elis menatap layar ponselnya. "Lima menit lagi masuk nih. Mungkin Mor emang udah di kelas."

"Yah, gue kan masih pengen ngumpul bareng kalian," keluh Melsy. Wajahnya murung seketika.

"Etdah...lebay deh. Entar kita kumpul-kumpul deh." Elis menatap Melsy. Kasian juga ia pada sahabatnya itu. Akhir-akhir ini mereka jarang bersama karena Melsy terkadang sibuk membantu adik kelas di OSIS. Melsy memang manja, tapi ia juga salah satu siswi yang cerdas meski tak secerdas Morell dan kedua sahabatnya yang lain.

Fake Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang