Jesika tengah berguling-guling di ranjang kesayangannya ini, segala fikirannya terkuras habis tatkala mengingat ucapan laki-laki bernama Theo kemarin. Jesika mendengus pelan, harus bagaimana dirinya sekarang? Fikirannya melayang-layang mengingat pertemuannya dengan laki-laki itu kemarin.
Mereka sekarang sedang duduk saling berhadapan di sebuah kedai kopi dekat kos-kosan. Sejujurnya, Jesika sedikit kaget akan kedatangan Theo yang tiba-tiba, dan yang menjadi pertanyaan terbesarnya adalah, darimana laki-laki itu tau tempat tinggal Jesika sekarang?
Theo menatap Jesika dalam. "Aku mau ngomong ke kamu" Jesika hanya diam, ia masih mengingat dengan jelas pertemuan terakhirnya dengan laki-laki itu. "Jes.." Theo menarik tangan Jesika. Berusaha untuk menggenggamnya, namun dengan cepat Jesika menepisnya. Theo sedikit kecewa, namun ia berusaha memahami wanita itu. "Aku tau aku salah, hubungan kita yang kemarin itu...nggak sehat"
Jesika menatap kearah lain, tak sanggup jika harus menatap laki-laki di hadapannya ini. "Lalu kenapa kamu bilang ke temenku kalo kita pacaran?"
"Mmm.." Laki-laki nampak gugup, "Aku... emang nggak mau putus sama kamu, Jes. Aku mau kita kembali kayak dulu, kamu mau kan?" Jesika nampak kaget dengan ucapan Theo, ia tak menyangka laki-laki itu akan berkata seperti ini. "Aku mohon sama kamu, Jes. Kasih aku kesempatan, aku bakalan berubah" Jesika melihat laki-laki itu nampak serius, namun entah mengapa ia masih belum sanggup menjawab. "Aku yakin bisa berubah, Jes. Aku nggak bakal kayak dulu lagi"
Jesika berdiri, ia mengalihkan pandangannya kearah lain. "Maaf, aku masih harus berfikir"
Theo ikut berdiri, ia meraih tangan Jesika. "Aku kasih kamu waktu buat berfikir, tapi aku mohon, Jes. Kasih aku kesempatan, aku sayang sama kamu" Jesika kemudian berjalan meninggalkan laki-laki yang masih setia menatap kepergiannya itu.
Jesika mengacak surainya frustrasi. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Haruskah ia memberikan laki-laki itu kesempatan? Namun, bagaimana jika laki-laki itu masih tak juga berubah?
Di salah satu sudut kecil dalam hatinya, Jesika berniat memberi kesempatan. Namun, di bagian kecil hatinya yang lainnya ia juga masih memiliki rasa keraguan, ia merasa bimbang mengingat rasa sakit yang pernah laki-laki itu torehkan sungguh luar biasa.
•••
Joya sedang berbunga-bunga hari ini. Sedari tadi ia bersenandung ria, moodnya sedang sangat bagus sekarang. Lantaran ia sedang bersiap pergi makan malam dengan kekasihnya. Setelah sekian lama tak bertemu, kekasihnya itu menghubunginya untuk mengajak quality time berdua. Tentunya itulah yang membuat seorang Joya bisa terlampau senang seperti saat ini.
Ia sedikit berlari kearah pagar tatkala mendengar suara klakson mobil yang tak asing di telinganya. Ia tersenyum melihat kekasihnya yang sudah sampai di depan kosannya. Joya kemudian melangkahkan kakinya mendekat, ia membuka pintu mobil kekasihnya itu. "Halo, gimana kabarnya? Long time no see ya" Sapanya kepada sang kekasih sembari masuk ke dalam mobil.
Laki-laki itu terkekeh kemudian mengelus puncak kepala wanita yang beberapa hari ini ia rindukan. "Maaf ya hehe, aku sibuk akhir-akhir ini"
"Oke dimaafkan" Joya tersenyum. Kemudian laki-laki itu menjalankan mobilnya menuju restoran yang sudah ia pesan.
Joya merasa takjub tatkala sampai ke meja reservasi kekasihnya. Di atas meja tersebut disusun lilin membentuk hati, serta bunga mawar merah di tengah-tengah lilin itu. Joya tak bisa menghentikan bibirnya yang sudah membentuk kurva lengkung. Mengapa kekasihnya ini sangat romantis?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan Blackvelvet
Fanfiction9 wanita yang tinggal dalam kos-kosan yang sama. Namun saling menutupi permasalahan masing-masing. Bagaimana cara mereka mengatasi rumitnya kehidupan?