🏀

92 4 0
                                    

INOBLIDABLE

"Maaf, kita putus!" Tiga kata dalam satu kalimat itu terlontar begitu lugas dari Seatha yang kini tengah menunduk seraya meremas gelisah kedua telapak tangan mungilnya.

Altair masih setia duduk di motornya setelah menghabiskan waktu berdua layaknya berpacaran seperti pasangan remaja di luar sana. Ia menatap pacarnya, mungkin akan menjadi mantan pacar dengan tak percaya. Lalu, ia menyambar tangan mungil yang saling bertautan itu hingga terlepas.

"Bercandaan kamu nggak lucu," kilah Altair menganggap kata putus itu bahan candaan.

Seatha menggeleng pelan. "A-aku nggak bercanda," gumamnya terselip keraguan.

Altair menyugar rambutnya kesal setelah sebelumnya melepas tangan Seatha. "Kenapa?" Sejenak ia mengontrol napasnya yang mulai tidak beraturan. "Kamu selingkuh?" tanyanya gamang.

Kamu yang selingkuh, Altair! balas Seatha dalam hati.

"Iya, aku selingkuh! Jadi sekarang kita putus aja," sahut Seatha berbohong dengan mata berkaca-kaca. Ia belum berani mendongakkan kepalanya untuk melihat Altair yang sudah mengeraskan wajah begitu mendengar pengakuannya.

Entah setan apa yang merasuki Seatha sehingga memilih berbohong. Mungkin ia terlanjur sakit hati menduga-duga kalau Altair telah menduakannya. Pikirnya, berbohong dan putus dari Altair adalah hal yang benar agar ia bisa menjauhi Altair walau hatinya tak rela.

Kepalang berbohong. Hendak jujur, tapi takut Altair tidak percaya apalagi dengan perubahan wajah Altair yang tidak ada cerah-cerahnya.

Rupanya, nasi goreng Mang Tayo sudah menjadi bubur ayam kecap manis Mang Yopi yang ada di depan komplek perumahan Seatha.

Decihan sinis keluar dari bibir Altair. "Sejak kapan?"

Yang ditanya memilih diam. Enggan dan bingung untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Keterdiaman Seatha membuat Altair naik pitam. "Sejak kapan kamu selingkuh?" ulangnya mengeluarkan aura dingin dengan menekankan kata di akhir kalimat.

"Bukan cuma aku aja yang selingkuh, tapi kamu juga selingkuh! Jadi hubungan kita udah cukup sampai sini aja. Sepertinya, kita udah nggak cocok lagi," tutur Seatha mencoba tegar walaupun hatinya berteriak sakit.

Altair mengusap wajahnya kasar. "Aku selingkuh? Kamu punya bukti?!"

"Aku lihat dengan mata kepala sendiri ...." Seatha menceritakan tentang apa yang ia lihat dan dengar saat kemarin.

Flashback On

Berawal dari Seatha yang menjenguk temannya yang sedang dirawat di rumah sakit. Setelah itu ia berniat pulang, namun langkahnya terhenti ketika melihat sang pacar yang sedang berduaan dengan gadis berpakaian khas rumah sakit dan duduk di sebuah kursi roda.

Mendekati mereka dan bersembunyi di balik pohon dekat mereka yang tumbuh di taman rumah sakit tersebut. Seatha sangat yakin bahwa lelaki yang kini menggenggam tangan lemah gadis itu, adalah pacarnya. Ia menajamkan pendengarannya ketika mendengar suara Altair.

"Kamu harus sembuh, Rel. Kita akan kembali seperti dulu lagi. Kamu nggak akan merasa kesepian lagi. Aku selalu ada di samping, belakang maupun di depan kamu. Masih ada aku yang selalu memberi semangat, dukungan, perlindungan, dan apapun itu buat kamu, Rel," ujar Altair penuh ketulusan dan kasih sayang.

Altair mengecup telapak tangan gadis yang sudah menyunggingkan senyum haru. "Setelah kamu sembuh, aku akan menuruti semua keinginan kamu asalkan itu baik buat kamu. Aku akan melakukan apapun demi kamu. Aku sayang kamu, Aurel."

Detik berikutnya, Aurel memeluk erat lelaki di hadapannya. Ia menangis di dalam pelukan Altair. "Ma-kasih," katanya pelan di tengah isakannya.

Mengangguk, Atair balas dengan mengusap punggung dan mencium rambut Aurel.

Seatha mematung di tempatnya. Ia mengerjapkan matanya yang berkaca-kaca. Apa yang barusan ia lihat? Kemudian, ia berlari dari sana dengan sesekali menyeka air mata yang berjatuhan.

Flashback Off

Begitu Seatha selesai bercerita, ia melihat Altair yang mencengkram erat setir motornya sampai kukunya memutih. Setelah itu, Altair tersenyum miring sebelum tubuhnya turun dari motor dan memegang bahunya.

Seatha memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya perlahan. Bisa ia lihat wajah sedih Altair yang jarang diperlihatkan pada semua orang.

"Namanya Aurel, dia tumbuh dalam keluarga yang super sibuk. Bahkan keluarganya gak ada yang tahu kalau selama ini, dia ... pernah koma setelah mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya lumpuh." Altair meremas lembut bahu Seatha dan menyelami mata gadis itu begitu dalam. "Aurel adikku," katanya pelan nyaris tidak terdengar oleh Seatha.

Mengerjap, Seatha menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Ia mencari kebohongan di mata Altair. Namun, yang dicari sama sekali tidak ada, yang ada di mata itu hanyalah kejujuran. Seketika, ia merasa marah, lega, sedih, dan menyesal.

"Ak-aku ... Aku-Maaf." Seatha tidak tahu harus berkata apa lagi.

Altair tak bergeming sejenak. "Sekarang kita udah putus. Semoga kamu bahagia sama selingkuhan kamu," sindirnya sambil merapatkan jaket miliknya yang membalut tubuh mungil Seatha.

Seatha menangis melihat kepergian Altair dengan kecepatan motornya. Ia berjongkok di depan rumahnya dan merutuki dirinya sendiri.

Menyesali ketidak percayaannya terhadap Altair dan kebohongan tentang ia yang berkhianat. Kalau saja ia tidak gegabah dengan meminta putus dari Altair, mungkin sampai saat ini ia masih bisa masuk ke dalam pelukan hangat Altair.

Esok harinya, ia akan menghubungi Altair untuk membuat janji temu dan menjelaskan semuanya. Namun, ia kembali menangis ketika Altair memblokir semua akun media sosialnya.

Lalu, ide pindah sekolah ke sekolah yang sama dengan Altair muncul di tengah tangisannya. Beberapa hari setelahnya, ia merengek pada papa dan mamanya agar mengijinkannya pindah sekolah dengan alasan di sekolah yang sekarang sudah tidak nyaman baginya. Mamanya sempat menolak, tapi sang papa yang tidak tega melihat putrinya merajuk akhirnya menyanggupi keinginannya.

'Asal Kau Bahagia' begitu kata papanya. Dan beberapa bulan setelah kenaikan kelas, ia sudah resmi pindah sekolah.

Semoga suka <3

Thank You!

Regards,
Delisry

INOBLIDABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang