06 : Rindu Mantan

32 5 0
                                    

INOBLIDABLE

"Tha, kita udah ada di depan rumah lo! Cepetan keluar lo." Suara Jeni terdengar dari seberang telepon ketika Seatha baru saja menempelkan handphone di telinga.

Usulan Kely kemarin di sekolah yang mengajak mereka untuk berkumpul di apartemen cewek itu disetujui oleh mereka.

Tepat sekarang, Arle dan Jeni sudah ada di depan rumah Seatha. Sebenarnya Arle mengetahui rumah Seatha sebab kemarin Arle mengantar pulang Seatha setelah menguntit Altair.

"Oke, Jen. Gue bentar lagi keluar." Seatha mematikan sambungan sepihak.

Setelah pamit pada orang rumah, Seatha membuka gerbang rumahnya. Ia berjalan ke arah sebuah mobil yang terparkir tepat depan rumahnya.

Kepala Jeni menyembul dari kaca mobil bagian depan. Ia melambai-lambaikan tangan kepada Seatha. "Ayo masuk, Tha. Lo harus cerita sesuatu!" ucapnya tidak sabaran.

Seatha mengerutkan dahi bingung. "Cerita apaan? Gue nggak bisa bikin cerita-cerita gitu. Dulu waktu SD, ngarang cerita pengalaman liburan aja gue harus mikir lama, Jen. Sampe pusing," curhatnya lempeng.

"Udah, masuk mobil dulu. Ceritanya nanti di apartemen Kely aja," decak Jeni yang langsung dipatuhi Seatha dengan duduk di kursi belakang.

"Hai, Tha! Semalam tidurnya nyenyak 'kan? Udah sarapan juga 'kan?" sapa Arle dari kursi pengemudi. Ia mengedipkan sebelah matanya untuk Seatha.

Seatha tersenyum amat geli. Belum juga ia balas sapaan dari Arle, Jeni sudah lebih dulu menyerocos.

"Ewh! Ngapain lo nanya ke Seatha kayak gitu? Semalam tidurnya nyenyak 'kan? Udah sarapan juga 'kan?" Jeni memasang ekspresi jijik di wajahnya sambil menirukan gaya ucapan Arle. Ia juga menggoyangkan semua jari tangannya di depan wajah dengan alay yang dibuat-buat.

Seatha tertawa melihatnya.

Arle mendengus. Ia mulai menjalankan kendaraan beroda empat itu dari depan rumah Seatha. "Masalah buat lo?"

"Jelas masalah dong! Kuping gue ngedengarnya geli-geli gitu," balas Jeni sambil mengusap telinganya.

"Ya gak usah didengerin."

"Lo bego, ya? Kuping gunanya buat bisa mendengarkan sesuatu." Jeni menarik-narik telinga Arle yang sedang menyetir.

Arle berontak dengan menggoyangkan kepalanya. Tidak berhasil. Ia menepis tangan jahil Jeni yang sering cubit sana sini.

Selama perjalanan ke apartemen Kely, mobil tidak pernah mencicipi keheningan. Mobil yang dikendarai Arle diisi dengan adu mulut saling melempar balasan yang tidak ada habisnya dari Arle dan Jeni.

Seatha hanya duduk kalem, memperhatikan kekonyolan mereka dari belakang. Namun, sesekali menimpali agar tidak merasa bosan sendirian.

"Bacot, lo!"

"Berisik, Le!"

Seatha berdehem keras. "Mendengar suara kalian, semoga kuping gue nggak lari kemana-mana, ya!"

Arle dan Jeni yang mengerti, sama-sama menyengir kuda tanpa dosa.

"Oh ya, Tha, gue mau kasih tahu sesuatu sama lo," sahut Arle.

"Sesuatu? Tentang apa?" tanya Seatha penasaran. Ia menegakkan punggungnya yang semula menyender santai.

"Something about your ex."

INOBLIDABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang