hai,masih setia untuk menunggu kelanjutannya?aku pikir kalian sudah bosan. karena memang tak ada kisah yang menarik untuk disampaikan.
lagi,cerita ini pun aku tulis saat memang otakku tak dapat lagi menampung semua cerita yang aku rangkum diotak. itung itung supaya laptopku terpakai saja.
baiknya,kita sambung cerita tentang aksara,siapkan camilanmu kalau perlu,karena cerita ini mungkin akan sedikit panjang dari biasanya.
--.--
"kamu suka baso?suka deh kayaknya,karena kebanyakan perempuan yang aku tahu semuanya suka baso." ujar aksa,sesaat setelah sampai di stan bakso mang asep,bakso terenak di sepanjang bandung. maaf aku berlebihan,tapi jujur emang enak banget.
"suka sa,jangan pedes banget tapi yaa."ujarku,aksa mengangguk lalu memesan. aku hanya diam memperhatikan aksa.
sungguh,jika dilihat sedekat ini,aksa memiliki wajah yang bisa dibilang sempurna. rahangnya tegas,ada sedikit kumis tipis diantara hidungnya yang mancung dan bibirnya yang merah. benar,sekali lagi aksa sempurna.
"yuk nay tunggu disana." aksa kembali menarik lenganku,membawaku ke tempat duduk yang kosong,tepatnya berada diluar stan supaya masih bisa liat yang tampil kata aksa.
"sa,boleh aku tanya beberapa hal sama kamu?" ucapku. aksa tersenyum.
"bolehlah,kenapa enggak?" katanya.
"menurut kamu,kepergian pantas enggak sih untuk ditangisi?" ujarku,aksa menoleh lalu menatap kearah panggung setelahnya.
"kamu liat orang yang dipanggung itu,atau contohnya aku tadi." aksa menunjuk panggung dengan dagunya "kan sudah ku bilang nay,rumus kepergian itu sebelumnya pasti ada temu kan?sebenernya aku juga selalu berpikir gini. apakah enggak papa kalo aku nangisin dia yang pergi ninggalin aku?wajar gak ya?"ia tersenyum simpul.
"nay,itu semua pernah menjadi tema utama disaat memang keadaan saat itu aku sedang ditinggalkan.ini versiku." ia membenarkan posisi duduknya,menghadap kearahku. "tidak semua kepergian pantas untuk ditangisi,ada kepergian yang justru harusnya kita rayakan. salah satunya saat kamu kemarin,ditinggal oleh pacar kamu,padahal hari itu hari bahagia kan mestinya?"
"nay,kepergian semacam itu harusnya kamu raykan. mengapa?karena gabaik juga masih mempertahankan hubunganmu dengannya disaat rasanya padamu pun sudah berubah.nay,yang kaya gitu gak boleh dipertahanin. karena percuma,kamu bakal sakit lebih parah nantinya." ujarnya,lalu ia menatap manik mataku."kepergian memang terasa menyedihkan,tapi kalau nanti kamu sudah pulih,kamu pasti mengerti mengapa tuhan menciptakan kepergian itu sendiri."
"ini teh,aa basonya." mang asep datang memotong percakapan kami berdua. aku tersenyum mengucapkan terima kasih.
"maksudnya tuhan memberi kita kepergian itu untuk dijadikan pelajaran hidup ya sa?" ujarku sambil mengaduk baso,pun dengan aksa."pelajaran untuk menghargai tiap waktu temu ya ?"
aksa memberhentikan aktivitasnya mengaduk baso,tersenyum sebentar lalu mulai mngaduknya lagi"tuh tau,sudah pulih dari luka rupanya."
"bukan sa,aku cuman nebak.aku belum pulih." setelahnya aku memakan basoku dengan seribu pemikiran tentang hatiku yang entah bagaimana mulai sembuh sedikit demi sedikit jika bertemu dengan aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
bandung,dan aksara
Teen Fictionaksara,kata terfavorit selama 5 tahun ini,kata yang paling indah dan paling nyaman untuk diucap. kata dengan banyak kisah didalamnya,tapi sebenernya kisahnya pun ga bener bener sebuah kisah. karena semua kisah didalam nama itu hanya akan terus menja...