truth or dare ✓

g

[author pov]

Vero mengetuk-ngetuk pintu gubuk ini. Sebenarnya ini tidak terlalu terlihat seperti gubuk. Ini hanyalah rumah kecil yang tidak terurus saja sepertinya.

Berkalikali Vero mengetuk, tetap saja tidak ada jawaban. Lalu Zahra langsung membuka pintu tersebut perlahan.

Gelap dan berdebu, itulah suasana dalam gubuk ini. Banyak kayu-kayu dan perabotan rumah yang berserakan menambah kesan menyeramkan di gubuk ini.

Zahra lalu menutup pintu gubuk ini secara perlahan. Sekarang pencahayaan hanya dari jendela-jendela dan atap yang memiliki beberapa bolongan.

“Kenapa kamu tutup Zah? Pengap tau, buka aja.”

“Hehehe gapapa.”

Tiba-tiba saja, mereka berdua melihat bayangan lelaki di ujung ruangan. Vero sedikit terkejut dan langsung memberikan salam, “Eh, mmm, selamat siang mas? Mas yang punya gubuk ini ya?”

Diam tak menjawab. Vero mengerutkan dahi dan menghadap ke arah Zahra yang juga sama bingungnya.

“Mmm mas?”

[vero pov]

Kenapa dia tak menjawab, apakah dia bisu? Aku mencoba untuk mendekatinya secara perlahan tanpa mengagetkannya.

Baru beberapa langkah kupijak, tiba-tiba saja Zahra menarikku sampai aku jatuh.

“Hah, Zah! Ngapainsih?!”

“Tersesat ya di hutan?”

Tunggu, suara ini tidak asing. Aku menoleh ke arah lelaki tadi yang tidak lain tidak bukan adalah sumber dari suara tadi.

“Kevin?!”, ujarku tidak percaya. Dahiku membentuk kerutan berlipat-lipat.

Belum juga aku berdiri, tiba-tiba saja Zahra menarik tanganku secara cepat kedekapannya. Aku senang sekali, aku kira dia berusaha melindungiku. Ternyata, dugaanku salah.

Zahra dengan cepat membungkam mulutku dengan lakban lalu mengikat kedua tanganku dibelakang tubuhku.

Aku kaget bukan main, apa-apaan ini?

Kevin melangkah mendekatiku, lalu menunduk melihatku yang sedang terduduk di lantai. Wajahnya mendekati wajahku, hanya tersisa beberapa senti. Ia menatapku dengan smirk menyeramkannya. Ia lalu kembali berdiri tanpa memalingkan tatapannya kepadaku.

“Kill him.”