Maggie melihat kearah jendela dengan kaca mobil yang terbuka, rambutnya tergerai sedikit berterbangan karena menerima sapuan angin yang berhembus halus ke wajahnya. ia memejamkan mata sesaat menikmati udara sore hari yang berbau khas di temani pemandangan matahari terbit dan tebing tinggi serta suara desiran ombak di tepi pantai yang menenangkan. "Sepertinya kamu sangat senang bertemu dengan tuan muda Affleck itu." suara ketus yang berasal dari pria di sebelahnya mengacaukan ketenangannya.
Maggie mendengus, sepertinya pria disebelahnya sangat ingin berdebat dengannya. sejak Nicholas memutuskan tidak ingin pergi dari mansion Ansel, walau Ansel tidak mengizinkan dan mengusir Nicholas, Nicholas tetap berada di sana. karena hal itu Ansel terpaksa mengantar Maggie pulang, padahal sekarang ia ingin Maggie berada di mansionnya dan memiliki Maggie hanya untuknya hari ini.
Tapi tamu yang diundang tidak diundang. Ansel mau tidak mau harus menjauhkan Maggie dari sepupunya itu atau tidak, Nicholas akan terus berusaha mengejar Maggie dan merayunya. yah, walau Ansel ragu apakah akan berhasil, tapi tetap saja. Maggie adalah mangsanya, karena wanita itu Ansel tidak bisa terangsang lagi oleh wanita lain selain pada Maggie sejak saat 'itu'.
"Apa itu urusanmu sekarang? Lagi pula, saya tidak tertarik dengan sepupu anda. saya hanya suka melihat matahari terbenam." sekilas Maggie melirik kearah Ansel dengan tajam.
"Jika tidak senang, lalu apa?" Ansel menoleh kearah Maggie yang terlihat kembali membuang wajahnya. "saya tidak mengeti maksud anda." jawab Maggie tanpa sadar menghela nafasnya.
"Jika tidak senang, lalu apa? kamu bicara padanya, tersenyum dan tertawa. Bahkan mengabaikan ku!" Maggie terkejut karena nada bicara Ansel yang tiba-tiba meninggi. ia menoleh dengan cepat. wajah mereka berhadapan bahkan mata mereka bertemu cukup lama.
Maggie terpesona dengan manik mata Ansel yang tajam namun memancarkan kehangatan. Bahkan keindahanmata nya lebih hangat dari pada cahaya matahari yang sedang terbenam. jantung Maggie tiba-tiba berdetak lebih cepat. apa Maggie baru saja terjerat oleh pesona Ansel? tidak, Maggie menyangkalnya dengan keras. "saya tersenyum karena sopan pada tuan Affleck. berbicara juga karena ditanya, Tolong anda jangan menuduh saya seenaknya." jawab Maggie dengan lugas.
Ansel mengeraskan rahangnya, "Kamu tidak tahu seperti apa Nicholas Affleck, jangan dekat lagi."
Maggie mendengus. "Anda berbicara seolah-olah Anda adalah pacar saya." sindir Maggie.
mobil yang Ansel kendarai tiba tiba berhenti di tengah jalan, Maggie terkejut. sedikit oleng kedepan karena rem yang diinjak dengan keras dan mendadak. "APA ANDA GI--" suara Maggie tercekat. saat kembali menoleh kearah Ansel yang berada di sampingya.
Wajah Ansel berada sangat dekat di depan Wajah Maggie, jarak mereka hanya sebatas satu inci. Bahkan Maggie bisa merasakan hembusan nafas hangat pria itu.
Ansel semakin mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan, sedangkan tangannya menekan kepala bagian belakang Maggie agar Maggie tidak menjauh. jantung Maggie berpacu dengan tidak wajar bahkan ia takut jika Ansel dapat mendengar suara debarannya. Mata Ansel menatap lurus iris pupil Maggie yang membesar.
Nafas Maggie tersenggal karena gugup. ia mencoba menghindar tetapi tekanan tangan Ansel terlalu kuat. "Panggil.Aku.Ansel." katanya dengan penuh penegasan.
Di dalam mobil Range Rover yang cukup besar, entah kenapa Maggie merasa sesak. pandangan Maggie seolah terkunci padanya, Maggie terpesona dengan manik mata Ansel. "Tolong tuan pindah dari saya, anda sangat tidak sopan sekarang." pinta Maggie.
Ansel Menyeringai, sejurus kemudian Ansel semakin mendekatkan pada wajah Maggie. "Aku tidak akan mengulanginya." kata Ansel.
"Tu - tuan, anda mau apa?" Maggie bergerak gelisah saat wajah Ansel semakin mendekat bahkan Ansel seperti ingin menciumnya. "A-Ansel, Hentikan !!" Maggie berteriak lalu mendorong tubuh Ansel pergi dengan sekuat tenaga.
Tubuh Ansel menjauh, pria itu tersenyum puas Maggie sedang nafas dan debaran jantungnya menggila. wajah Maggie memerah, ia harap jika Ansel tidak melihat kearahnya yang terlihat memalukan.
"aku hanya meminta mu memanggil namaku, apa yang begitu sulit?" kata Ansel dengan seringainnya.
TIINNN !!!
suara klakson mobil dari Arah belakang terdengar begitu nyaring, "Sial!" Ansel berdecak sambil melirik sinis mobil yang ada dibelakang mobilnya. ia kembali mengendarai mobilnya dengan benar. dan Maggie sangat bersyukur degan itu. setidaknya perhatian Ansel jadi tertuju pada jalan sementara ia menormalkan rona wajahnya. Maggie yakin jika bos mesumnya itu tahu, dia pasti akan mengejeknya.
Maggie kembali membuang wajahnya. lagi pula harus kemana lagi dia haus menempatkan pandanganya? ada pria gila di sampingnya yang terobsesi pada tubuhnya. ya, pada tubuhnya, sebelumnya Ansel mengatakan jika dia adalah miliknya. jika tidak terobsesi apa namanya? cinta? tidak mungkin.
Meski Maggie sudah bisa menebaknya, tapi Maggie belum mengerti bagaimana cara pria itu bisa terobsesi padanya. Ansel adalah pria incaran nomor satu di eropa, dengan fisik yang sempurna, pekerjaan yang sangat bagus bahkan dia merupakan seorang konglomerat dan terkenal.
Dibanding model-model dan papan selebriti atas yang pernah 'tidur' bersamanya, yang mungkin lebih baik dari Maggie. Mengapa pria itu memilih untuk mendekatinya?
Tanpa sadar Maggie melamun memikirkan semua itu, keheningan pun berlangsung lama sampai Maggie tidak sadar jika ia telah tiba di depan rumah. "kau tidak mau turun?" suara Ansel yang berat membuyarkan lamunan Maggie.
Maggie menoleh ke kanan dan ke kiri, "Ah astaga, aku tidak sadar." kata Maggie sambil tersenyum canggung. lagi-lagi ia membuat dirinya malu sendiri. dahi Ansel mengerut, "kamu tau alamat rumahku?" tanya Maggie namun tidak digubris oleh Ansel. "Apa yang kamu pikirkan?"
Maggie menggeleng, "Sekarang kamu juga mau tahu isi kepalaku setelah menyuruhku memanggil mu dengan nama?" sindirnya tajam, Ansel terkekeh mendengar ucapan Maggie.
"Tidak, Tidak," jawab Ansel, Maggie mendengus, tangannya bergerak membuka pintu namun berhasil dicekal oleh Ansel. Maggie menoleh kearah Ansel dengan raut wajah bingung. "Besok, kamu ikut dengan ku ke Paris." kata Ansel.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
ceo in my bed [MOVE TO DREAME]
Romance"katakan berapa?" "apa maksud anda sir?" "tak perlu sok suci, aku ingin kau menari diatas ranjangku sekarang juga!" tamparan panas mendarat dipipi pria tampan itu, dan gadis itu pergi dengan wajah merah karna marah. 'Aku akan mendapatkan mu bagaiman...