3-Begining

79.6K 2.8K 14
                                    

M endengar perkataan tajam dari sang bos membuat harga diri Maggie seakan hilang entah kemana, dia sangat malu, marah dan kecewa, semuanya campur aduk. Maggie tidak mengerti dengan diri.

Dia ingin memaki balik bosnya itu namun bibirnya seakan kelu untuk berbicara. bukannya marah, kini Maggie malah sangat ingin menangis. Maggie menundukan kepalanya dalam, tidak memperdulikan Ansel yang sudah keluar dari tempat itu.

ia masih ingin tetap di sini. Maggie duduk di salah satu kursi dihadapan bartender sambil memesan sebotol wiski dengan satu cangkir kecil yang menemaninya.

***

Maggie mengerjapkan mata saat cahaya matahari yang berasal dari luar jendela begitu menusuk mata, dia menyipitkan mata sambil berusaha beradaptasi dengan cahaya itu, tangan kanannya mengelus pelan kepalanya saat rasa pusing di kepalanya kian menyerang.

Maggie sedikit mengerang menahan rasa sakit yang tiba tiba menyerang kepalanya, dan tangan kirinya mengusap-usap matanya. Dia berjalan turun dari tempat tidur dengan santai, masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dan menyadarkan dirinya yang masih setengah sadar itu.

Tidak lama dia keluar dari kamar mandi dan menuju ruang ganti pakaian namun kegiatan itu terhenti begitu tidak menemukan satupun pakaian yang dikenalnya, semua baju yang ada di lemari terlihat sangat asing.

Diliriknya jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi. "sial, aku bisa terlambat!" Umpatnya.

Dengan cepat dia berteriak, "ibu !! Kenapa lemariku penuh pakaian pria, kemana baju-baju ku?"

Namun tidak ada sedikitpun jawaban membuat Maggie geram, pasalnya dia sudah sangat terlambat untuk pergi bekerja, ditambah masalah pakaian yang tidak ia ketahui pemiliknya, tidak mungkin bukan ibunya mengajak pacarnya tinggal dirumah mereka dan menaruh baju-baju pacarnya di ruangan lemari pakaian milik Maggie.

Dengan perasaan kesal, Maggie keluar dari ruangan lemarinya dan betapa terkejutnya Maggie begitu melihat sosok yang berada di depannya sambil menatapnya dengan lekat. sosok itu bukanlah ibunya, "Se .. sedang apa kau di sini?" Tanya Maggie gugup, kedua tangannya dengan cepat merapatkan handuk di tubuhnya.

Namun dia tersadar akan sesuatu, dia melirik seisi ruangan, ini bukan kamarnya.

Maggie bisa menebak semuanya. dia berada di kamar Ansel karena tadi malam dia sangat mabuk, ahh bahkan Maggie tidak ingat kejadiannya, apa tadi malam dia melakukan hal bodoh di bossnya? Karena Ansel menatapnya begitu tajam dan menusuk.

Seringaian mengerikan terbit di bibir Ansel, "beginikah cara kamu mengucapkan terimakasih?" Tanya Ansel

Maggie berubah menjadi gugup, "terimakasih tuan, apa tuan yang membawa saya kemari karena mabuk semalam? Maaf sudah merepotkan tuan." walau dia lupa akan kejadian tadi malam, entah kenapa dia harus diterimaimakasih.

"Tuan? bukankah aku sudah bilang padamu untuk memanggilku dengan sebutan Ansel?" Kata Ansel sedikit tidak suka mendengar perkataan Maggie.

Maggie menunduk dalam, "hanya saja saya kurang merasa nyaman, bagaimana pun juga anda adalah bos saya."

Maggie mendengar suara Ansel yang berdecih tidak suka, Ansel memasukan kedua tangannya kedalam saku celana sambil memandang Maggie dengan angkuhnya.

"Itukah yang kamu inginkan? Kalau begitu memungkinkan, perlakukan aku sebagai atasanmu." Kata Ansel dengan sangat arogan sambil berbalik dan keluar dari kamarnya.

Beberapa lama pelayan datang membawa setel baju, dan semua bajunya sesuai dengan selera Maggie. Entah bkebetulan atau tidak Bagaimana Ansel Tahu?

***

Maggie keluar dari kamar Ansel langsung disuguhi oleh pemandangan interior yang sangat luarbiasa, tidak ada habis-habisnya maggie memuji arsitek yang menyusun mansion ini dan juga pemiliknya yang dapat memiliki mansion semegah dan besar ini, pasti tidak murah.

Saat Maggie berjalan keluar dari mansion ditemani seorang maid agar tidak tersesat, Maggie melihat Ansel yang duduk di meja makan terlihat sedang menunggu sesuatu. Maggie bersikap seolah tidak memperdulikan hal itu dan tetap keluar. namun sebuah suara berhasil menghentikan langkah jenjangnya.

"Apa aku sudah mengizinkanmu untuk pergi?" Maggie terpaku di tempatnya. "Apalagi tanpa berpamitan." Kata Ansel sarkas membuat Maggie menunduk malu dengan para pelayan yang mendengar perkataan Ansel kepadanya.

Dia terlihat menyedihkan sekarang.

"Duduk dan makanlah bersamaku!" kata Ansel memerintah Maggie. Dengan berat hati Maggie melangkahkan kakinya ke meja makan.

Maggie duduk di salah satu kursi di hadapan Ansel, dengan terpaksa dia harus ikut makan makanan yang disajikan para pelayan untuknya, makanannya memang semewah makanan yang ada di restoran bintang 5 namun entah mengapa jika berada di dekat Ansel, makanan seenak apapun terasa hambar dimulutnya.

Baru saja Maggie menyuap makanan ke dalam mulutnya, mendengar perkataan Ansel selanjutnya membuatnya tersedak.

"Sebagai bos, aku ingin kau menjadi kekasihku." Kata Ansel tanpa beban.

"Apa?!" Maggie merasa bahwa telinga-nya memiliki gangguan pendengaran karena mendengar ucapan Ansel yang gila.

"Mulai sekarang kita adalah sepasang kekasih." Kata Ansel sekali lagi seperti membuat penegasan. Sekarang Maggie yakin jika dirinya tidak memiliki gangguan pendengaran, namun apa maksudnya perkataan Ansel barusan? Bagaimana dia bisa memutuskan sepihak begitu saja?

"Aku .. ti .." belum selesai Maggie menyelesaikan perkataannya namun Ansel sudah lebih dulu menyela.

"Aku tidak meminta persetujuan darimu." Katanya tanpa bantahan.

Maggie diam, berfikir. "apa tadi malam yang kamu katakan bukanlah gurauan?" Tanya Maggie, Ansel menaikan sebelah alisnya meminta penjelasan lebih detail dari Maggie.

" Anda mengatakan jika saya milik anda, apa maksudnya itu?"

Ansel tertawa menunjukan seringainya, "tentu saja, kamu sekarang mengerti jika kamu milikku dan aku paling tidak suka berbagi, kuharap kau mengerti maksudku." Kata Ansel menatap tajam Maggie.

Maggie menggelengkan kepalanya, sekarang dia tidak bisa diam saja, dia harus melawan bossnya ini, ini sudah keterlaluan. "Tidak tuan, saya tidak bisa, Dan saya juga tidak bisa menjadi kekasih anda." Kata Maggie tegas langsung berdiri dan pergi dari sana.

Namun saat Maggie berada di ambang pintu, Ansel kembali mengeluarkan suara. "Jangan salahkan aku jika sesuatu yang buruk terjadi. Dan aku telah memperingatkanmu." Kata Ansel yang entah Bagaimana membuat Maggie merinding.

Namun Maggie memantapkan hatinya dan yakin jika Ansel tidak bisa melakukan hal yang ada dipikirkan Maggie. Semoga saja.

Baru beberapa langkah Maggie keluar dari pintu rumah megah itu ponselnya sekarang berdering, ponselnya baru kembali karena Maggie adalah dayanya saat berada di rumah besar Ansel.

Di layarnya menunjukkan nama Ansel, Maggie mendengus tidak suka, "ada apa tuan?" Tanya Maggie dengan malas. " Bisakah Kau mengambil Berkas Yang kutinggal di mansionku ?" Kata Ansel dari sebrang sana.

"Bukankah anda saat ini sedang di dalam?" Tanya Maggie heran.

"Lalu?"

"anda bisa mengambilnya sendiri."

" Kau Bilang aku bos, Jadi turuti Saja permintaan ku." Mendengar ucapan Ansel membuat darahnya naik, namun dia harus bersabar demi kontraknya yang masih 6 bulan lagi.

"Baiklah Ansel aku akan kesana." kata maggie pasrah. Mendengar suara Maggie yang memamanggil namanya membuat hati Ansel berbunga-bunga, tidak biasanya dia seperti ini. Apa dia sangat senang karena hal sepele.

Maggie melepaskan sambungan telepon miliknya dan mulai masuk kembali ke sangkar emas milik Ansel.

TBC

ceo in my bed [MOVE TO DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang