I am so sorry

7 3 0
                                    


"but i love him"

Difa langsung melepas pelukannya. Melihat Elya sekali lagi, memastikan telinganya tak salah dengar.

"El" Difa hati-hati memegang kedua pundak Elya dan mencoba melihat wajahnya. Elya hanya mengangguk pelan.

"Maafin aku Dif"Elya membuka matannya.

"he know ?"

Elya menggeleng pelan. Dengan perasaan campur aduk Difa kembali memeluk Elya. Bahkan kali ini lebih erat. Ia bisa merasakan badan Elya begitu dingin dan gemetar. Seolah ia takut mengatakan sesuatu yang salah dan hanya akan menambah masalah yang ada.

"aku ga akan ceritain ini ke siapapun El, aku janji" Difa mengusap kepala Elya dari belakang.

"I am so sorry"

......

Matahari mulai terpampang jelas di atas sana. Cahayanya berpadu bersama polusi di udara. Yang awalnya hangat kini semakin panas dan menyengat. Hingga menampilkan fatamorgana di atas aspal dan jalanan kota. 

Hiruk pikuk para pekerja memenuhi jalanan hingga kedai-kedai di pinggirannya. Kepulan uap sedap memenuhi beberapa kedai makanan berkuah. Dentingan sendok di dalam gelas berisi minuman ikut meramaikan. Belum lagi suara-suara orang yang saling mengobrol, suara pelanggan yang baru datang memesan, suara pelanggan minta tambahan menu, suara pelanggan membayar pesanan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

"Vanya !!" Teriak seseorang dari pintu masuk sambil melambaikan tangan.

"lama banget si nggi"Protes seseorang yang merasa namanya dipanggil.

"iya, katanya cuma sebentar ?"yang di sebelah Vanya ikut menimpali.

"iya deh maaf". gadis yang benama Anggi itu langsung menyerobot minuman di depannya."kalian uda selesaikan makannya ?"Tanyanya setelah menyerutup habis gelas Vannya. Sebentar ia melirik jam tangan"uda jam 12 lebih, mereka pasti uda pada istirahat".lanjutnya.

"ya uda kita bayar dulu"Vanya langsung beranjak" ayo Vio"ajaknya pada Viola.

.......

"hhh"Adim menghempaskan tubuhnya di atas kasur kecil."kenapa sih kamu pillih tempat disini?".tanyanya pada sang tuan rumah.

"kenapa emang ?"sang tuan rumah bertanya balik.

"panas, sempit, kotor"Adim mulai menghitung dengan jarinya"apasih kelebihannya ?"

"jauh dari rumah". Reiga melempar kantung plastik berisi makanan yang ia beli tadi.

"kayanya ga sebanding deh sama keringat aku, yang dari tadi bersihin ini kamar"gerutu Adim."eh tapi"akhirnya tubuhnya tak mampu berbohong. Hasil dari perut yang keroncongan, jadilah otak memerintahkan tangan untuk membuka sebungkus camilan."aku jadi mikir, kamu tu hebat ya?"

"maksudnya ?"

"iya"mulutnya mulai menerima sesuap pertama"kalo, aku jadi kamu mending di rumah dong Ga. sayang kan kalo ninggalin fasilitas selengkap itu ?"

"siapa yang bilang gitu ?"

"jadi kamu mau pulang ?"

"ga juga sih. sampai papa ga larang-larang aku buat hal yang aku sukai".Reiga berlalu ke kamar mandi.

"menurut kamu, aku lebih cocok jadi asisten model atau jadi menejer direktur ?"tanya Adim tiba-tiba.

"pada akhirnya aku akan jadi pewariskan ?"Reiga mencomot handuk di samping pintu kamar mandi.

"trus kenapa kamu kabur dari rumah ?"

"pengen aja "jawab Reiga datar, sebelum ia menutup pintu kamar mandi.

DeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang