Hari telah menjelang sore. Namun Adim masih terlihat menunggu seseorang di pinggir jalan. Berkali-kali ia melihat layar ponsel tapi tak ada tanda-tanda balasan dari sohibnya. Berkali-kali pula ia melihat kanan dan kiri jalanan, tapi tak ketemu juga.
"mana sih Reiga" gumamnya sambil menggigit bibir bawah.
Kakinya mulai gelisah dan mondar-mandir di tepian jalan. Tangannya makin sibuk menekan nekan layar.
"dasar. mana bawa motor aku lagi shhh". desis nya kesal.
DIIM
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Adim yang sedikit terkejut langsung menoleh ke arah kaca jendela yang mulai turun.
"Om".wajahnya tak bisa berbohong kalau saat itu ia benar-benar sedang terkejut.
Sempat menolak dengan baik, tapi akhirnya Adim masuk juga dan pergi bersama pemilik mobil itu ke rumahnya.
-rumah Adim-
"silahkan di minum om". Adim meletakan segelas jus jeruk diatas meja.
"terimakasih". Tama langsung meminum jus nya sebagian. "masih lama Reiga datangnya ?". tanyanya tiba-tiba.
"maksud om ?". Adim menutupi kegelisahannya.
"ya sudah kalo kamu ga mau cerita. aku akan tetap disini sampai anak itu datang". Tama menyandarkan punggungnya di sofa.
Adim terus meremas jari-jarinya untuk menutupi kegelisahan. Badannya seolah tidak bisa lagi di gerakan. Hanya matanya yang sedari tadi sibuk melirik ponsel miliknya di atas meja.
Lima menit sepuluh menit, bahkan sampai hampir satu jam. Tama masih saja di sana. Seperti apa yang dikatakannya tadi. Ia tak akan pergi sebelum bertemu Reiga. Dan benar saja, setelah sekian lama beliau menunggu, tiba-tiba seorang anak buahnya yang sedari tadi di luar masuk dan membisikan sesuatu di telinganya.
Tak lama kemudian Reiga masuk dengan menenteng helm. Dari depan pintu ia bisa melihat Adim yang berada di ruang tamu kini duduk menghadap dirinya. Dan seorang laki-laki paruh baya duduk membelakangi nya. Reiga ga begitu paham siapa orang itu. Tapi dari perawakan orang itu sepertinya Reiga mengenalinya.
Dilihatnya Adim sambil tersenyum. Tapi tiba-tiba Adim membalasnya dengan muka aneh. Seolah mengisyaratkan sesuatu padanya. Reiga masih tidak paham. Matanya hanya mendapati seorang lagi yang ternyata juga duduk membelakanginya.
'orang itu ? dia bukannya yang tadi sore bawa mobil papa' .Reiga langsung membalikan badan hendak pergi.
"Reiga".Tama menghentikan langkah putranya. Segera ia pergi dan mendekati Reiga."ayo pulang". Tama menahan tangan putranya.
"Ga"tepis Reiga."aku tahu apa yang harus aku lakuin".tanpa menghadap ayahnya.
"papa lebih tahu apa yang terbaik buat kamu".
tiba-tiba Reiga menghentikan langkahnya.
"tahu apa? bukannya selama ini papa ga mau tahu semua hal tentang aku?.bukannya aku selalu salah dimata papa. bukannya papa selama ini buang dan ninggalin aku...!!".Belum selesai Reiga memberondong ayahnya.
PAAAK
Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Reiga.
.......
Sepanjang jalan Reiga melampiaskan amarah dengan mempercepat laju motornya. Tanpa memikirkan tujuan yang pasti ia terus menerobos gerimis dan keramaian kota. Berusaha membuang rasa sesak di dadanya.
Sampai di suatu perempatan sepi Reiga berhenti. Termenung seorang diri di sana. Wajahnya tertunduk ke bawah begitu lama. Mengabaikan suara bising yang tiba-tiba datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deep
RomanceByurrrr..... Perlahan tubuhnya semakin tertarik ke dasar kolam. Suara dengungan memenuhi telinganya tak karuan. Sampai akhirnya dia pun mulai hilang kesadaran... 'Ternyata selama ini aku terlalu keras sama diriku sendiri. Terlalu memaksa untuk melup...