Sebulan setelah kejadian dimana Jeno di marahi oleh ibunya, kunci mobil dan uang sakunya sudah kembali. Pemuda Lee itu merasa bersyukur, karena hukumannya sudah berakhir. Walaupun kunci mobilnya sudah kembali, Jeno tetap berangkat sama dengan Jaemin.
Selama sebulan saat dia di hukum, Jeno meminta tolong kepada Jaemin untuk mengantar dan jemput dirinya pulang kuliah. Awalnya Jeno merasa sungkan, tapi Jaemin merasa senang bisa mengantar jemput temannya itu. Setidaknya saat dia pergi ke kampus dia tidak perlu sendirian.
Tapi Jeno tetaplah Jeno. Dia merasa tidak enak dengan sahabatnya itu. Jeno tidak bermaksud untuk menyusahkan Jaemin walaupun pada kenyataannya dia selalu menyusahkan temannya itu. Jadi dia memutuskan untuk membayar uang Bensin, selama dia di antar jemput oleh Jaemin.
Jaemin menolak, karena dia juga tau kalau uang saku Jeno juga di potong. Tapi demi, menyenangkan hati sahabatnya, Jaemin menerimanya --walaupun dengan berat hati. Uang yang di terimanya dari Jeno tidak pernah di pakainya sama sekali, hanya di simpannya di kamar tidurnya.
Kenapa tidak minta di antar kakaknya sendiri?
Tidak, dia merasa tidak enak harus merepotkan Mark yang bahkan sudah repot menyiapkan keperluan untuk sidang dan wisuda, yang syukurnya sudah selesai hanya tinggal wisudanya saja. Sementara dengan Jisung, jadwalnya dan sang adik berbeda, dia tidak mau membuat adiknya susah karena dirinya.
...
Hari ini hanya ada satu mata kuliah, sehingga jam 10 mereka sudah pulang. Kerja part time mereka juga akan di mulai jam 11.30, mereka bisa istirahat sejenak sebelum nanti berangkat kerja.
Jeno mencek arlojinya. "Teman teman, aku pergi dulu"
"Kemana?" Tanya Haechan yang lagi rebahan di lantai. Mereka tengah berada di kost Haechan dan Renjun yang emang dekat dengan Kampus.
"Ada keperluan sebentar"
"Perlu kutemanin?"
"Tidak perlu, aku hanya sebentar. Nanti aku akan langsung ke cafe, jadi kalian tidak perlu menungguku" Jaemin, Renjun dan Haechan mengangguk. "Kalau begitu aku pergi, sampai jumpa nanti" suara pintu tertutup bersamaan perginya Jeno.
"Sebenarnya dia ingin kemana ya?"
Haechan dan Jaemin menggelengkan kepala mereka.
☆ ☆ ☆ ☆ ☆
"Terima kasih"
"Iya, semoga cepat sembuh"
Jeno tersenyum, berjalan di lorong koridor rumah sakit menuju taman rumah sakit yang terlihat ramai siang ini. Pria bermarga Lee itu mendudukkan tubuhnya di salah satu bangku taman yang tersedia. Memandang bunga bunga warna warni yang bermekar dengan indah, di tambah dengan langit biru yang tidak kalah indahnya, membuat hari itu terlihat sempurna.
Jeno memandang bungkus plastik putih yang tadi di ambilnya di apotek. Tuhan, Tolong kuatkan hambamu yang lemah ini , sampai hamba bisa membuat ibu dan ayah hamba bahagia Tuhan.
"Hai kak" Jeno mengalihkan pandangannya. Menatap kearah laki laki yang keliatan lebih muda darinya tengah berdiri tepat di hadapannya. "Kakak terlihat sedih, ada apa kak?"
Jeno memeringkan kepalanya. Tersenyum lembut kearah pemuda tersebut. "Tidak. Kakak tidak sedih" jawabnya. "Kau pasien disini?"
Anak tersebut menganggukkan kepalanya. "Iya, aku salah satu pasien disini" jawabnya santai sambil mendudukkan tubuhnya di samping Jeno. "Padahal penyakitku tidak serius, tapi kedua orang tuaku menyuruhku untuk menginap. Disini membosankan, aku ingin pulang, tapi paman paman berjas putih itu melarangku untuk pulang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tengah (SUDAH TERBIT)
FanfictionKisah hidup Lee Jeno yang menjadi anak tengah di dalam keluarganya Brothership Friendship Family