"Aku turut berduka cita." Kaka gadis itu tersenyum dan menganggukan kepalanya tatkala seseorang datang menghampirinya, eomma nya baru saja pergi ke tempat yang jauh lebih baik beberpa jam yang lalu.
Gadis itu berjalan keluar dari sebuah mansion milik Appa tirinya, kini banyak sekali pengunjung yang mengunjungi rumahnya. Tidak seperti biasanya, mansion itu selalu sepi, hanya di huni oleh beberapa pelayan, appa tirinya, mendiang eommanya, dan adiknya. Jarang sekali seseorang datang mengunjungi mansion mereka, kerabat terdekatnya pun harus memiliki janji terlebih dahulu sebelum mereka datang dan menginjakkan kaki mereka di mansion keluarganya.
***
Kaka berjalan menghampiri sebuah kolam renang yang berada tidak jauh dari belakang mansion nya, gadis itu pun duduk di tepi kolam meneluspukan kedua kakinya kedalam kolam renang yang berwarna biru langit seraya menikmati hembusan angin malam yang menerpa kulit mulusnya.
Gadis itu menyeringit tatkala air kolam renang yang dingin menerpa kaki mulusnya, Irisnya teralihkan menatap langit langit yang tangah dipenuhi oleh perhiasan malam yang bergemerlap di luar atmosfer. "Eomma? Apakah eomma telah bertemu Appa sekarang?"
Gadis itu tak kuasa menahan air matanya, ia mengingat setiap kenangan yang ia lalui bersama Eomma dan Appa kandungnya.
Hingga gadis itu menitikan airmatanya, senyumannya terukir tatkala ia menghapus airmata yang memubasahi pipinya. Ia mengalihkan rasa sendu nya dengan menggerakkan Kedua kakinya di dalam kolam.
"Ekhm..."
Seseorang datang dan berjongkok tepat di sebelah kanan gadis itu, Kaka melirik kearah sosok yang memperhatikannya sekarang. Kaka menampilkan senyuman hangatnya, augh, namun sepertinya tidak untuk kali ini. Lebih tepatnya gadis itu tengah menampilkan senyum mirisnya, setelah ia rasa cukup Kaka kembali mengalihkan pandangannya kembali kedasar kolam renang.
Gadis itu tiba tiba merinding saat sebuah cipratan air mengenai wajah mulusnya, "Ada apa Daddy?" Kaka gadis itu menarik kedua kakinya kembali ke darat dan membenahi posisi duduknya menjadi duduk sila tatkala Daddy nya ikut terduduk di sebelah kanannya.
Ya, orang itu adalah appa tiri dari sang gadis, Park Jimin namanya. "Yak jangan lah bersedih.." Jimin pria itu kini duduk tepat di sebelah sang gadis dan mulai merangkul tubuh gadis itu, "..kau tahu? Kau tidak bole~" Ucapan Jimin terpotong tatkala Kaka melepaskan rangkulan sang Appa.
Setelah rangkulan sang appa terlepas gadis itu segera bangkit dari dudukannya. "Daddy aku mengantuk, aku akan kembali kekamar ku. Selamat malam," Sebelum ia pergi, Kaka membungkukkan tubuhnya memberikan hormat kepada Jimin dan segera beranjak pergi dari hadapan Jimin.
Alasan lain gadis itu adalah, ia tidak ingin berlama lama berada di dekat sang appa. Kalian tahu? Kaka memiliki rasa takut di tambah rasa kesal kepada Jimin, bahkan perasaan itu bisa timbul secara bersamaan tatkala Jimin berada di dekatnya. "Yak!" Jimin menarik tubuh gadis itu membuat tubuh sang gadis terhyung menabrak dada bidangnya.
Jimin memeluk erat pinggang sang anak, ya tepatnya Kaka Park anak tirinya. "Lepaskan aku Daddy." Kaka berusaha melepaskan pelukan sang Appa, rasa kesal nan takut itu kini timbul di lubuk hati sang gadis. Kaka tidak henti bergerak di dalam dekapan sang Daddy, ia berusaha untuk menjauh kan tangan sang Daddy dari tubuhnya tatkala tangan Jimin mulai menyelusup masuk kedalam kaos hitamnya dan mulai meraba raba pinggang mulusnya.
"Shut, tenanglah anak Daddy. Daddy tidak akan menyakiti mu.." pria itu menyelipkan sedikit anak rambut yang menggantung di dahi sang gadis ke pangkal telinganya, "..sudah berapa lama Daddy tidak menyentuh mu Hmm?" Pria itu kini beralih mengusap pipi lembut sang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED
Romance⚠️ DALAM PROSES REVISI Penderitaan seorang gadis yang harus tinggal berdua bersama Step Daddy nya? Jimin, pria itu adalah Appa tiri sang gadis. Memperlakukan sang gadis seperti sebuah mainan itu adalah kebiasaannya. Saat gadis itu berusia 15 tahun...