Minggu (10.22), 07 Juni 2020
--------------------
John tidak bisa menyingkirkan sosok Zie dari benaknya. Bukan karena dia menyukai wanita itu atau semacamnya. John merasa tersinggung. Sangat tersinggung dengan sikap Zie yang tampak seolah bertemu hantu tiap kali melihatnya apalagi saat John dekat dengan baby Bo.
Ekspresi wajah Zie terus mengganggu John hingga sisa hari itu. Bahkan sampai sepanjang hari esoknya. Lalu esoknya lagi. Sampai di titik dia merasa kesal pada dirinya sendiri dan bertekad menghindari Zie. Mengabaikannya jika bertemu dan berpura-pura wanita itu tidak pernah ada di dunia ini.
Kamis siang, Bastin mengajak John makan siang di rumahnya.
"Julia sedang mencoba resep baru. Dan dia selalu masak besar tiap melakukannya." Begitu kata Bastin dalam perjalanan menuju rumahnya.
"Jadi kita semacam—kelinci percobaan?" tanya John.
Bastin terkekeh. "Tidak perlu ketakutan begitu. Julia sangat jago memasak. Resep yang dicobanya tidak pernah gagal." Lalu Bastin bicara lebih pelan seolah Julia ada di dekat mereka. "Kalaupun gagal, dia akan menyembunyikannya dan memastikan tidak ada orang yang tahu. Jadi semua masakannya selalu yang terbaik dan lezat."
"Lega mendengarnya," John mengembuskan napas yang berhasil memancing gelak tawa Bastin karena ternyata John benar-benar khawatir.
Tiba di kediaman Bastin, suara mobil yang memasuki halaman seolah menjadi bel bagi si kembar. Keduanya berlomba keluar rumah lalu berteriak sambil melompat-lompat kegirangan, "Papa pulang! Papa pulang!"
Bastin tersenyum senang saat menghampiri kedua putrinya lalu mengangkat mereka sekaligus ke dalam gendongan. "Hmm... kangen papa, ya?"
"Papa! Oleh-olehnya mana?" tanya Fia
"Es kim kan, Pa? Yang banyak!" Fanya tidak mau kalah.
Sementara itu, di sela kehebohan si kembar, baby Bo tertatih-tatih keluar dari dalam rumah seraya turut berseru, "Papa... ppa...paa...!"
Kepalan tangan mungilnya terangkat seolah minta digendong juga. Sesekali jemari pendeknya terbuka lalu mengepal lagi.
"Pa... pa... ppa...!"
John tergelak melihat si balita. Refleks dia membungkuk lalu mengangkat baby Bo ke dalam gendongannya. "Hmm, yang satu ini minta digendong juga, ya?"
"Pappa... pa..."
Mendadak senyum John memudar. Keningnya berkerut saat ada rasa tak nyaman yang terasa menyengat jantungnya. Pandangan John terpaku pada manik mata hitam pekat baby Bo.
"Pappa..." baby Bo menyeringai saat membalas tatapan John. Bibir mungilnya merekah menampakkan gusi dan dua gigi bawahnya. Lalu tiba-tiba si kecil mencium bibir John dan menjatuhkan kepalanya rebah di lekukan leher John.
"Jujur, kadang aku kasihan melihatnya," gumam Bastin, menyadarkan John dari keterkejutannya. "Mungkin sekarang dia tidak mengerti yang dilakukannya. Tapi saat seusia si kembar saja, dia pasti mulai bertanya-tanya kenapa yang lain memiliki papa sementara dia tidak."
John setuju dengan pendapat Bastin. Lalu perasaan itu muncul begitu saja. Perasaan ingin melindungi si kecil yang membuncah dalam dadanya.
Apa ini karena John menginginkan anak?
Yah, di usianya yang memasuki tiga puluh tiga tahun memang selayaknya John sudah memiliki seorang anak. Tapi dia belum pernah berpikir untuk memiliki anak sendiri, bahkan sampai saat ini. John sudah cukup dipusingkan dengan pernikahan yang tidak diinginkannya hingga pikiran memiliki anak berada jauh di sudut kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Father
ChickLitJonathan Fabian harus mengawasi secara langsung proyek pembangunan di lahan kosong yang baru dibelinya. Di sana dia bertemu seorang wanita dengan bayi mungilnya yang secara aneh langsung membenci John di hari pertama mereka bertemu. Tentu saja John...