Semilir angin berhembus dengan lembut. Membuai sepasang kekasih yang sedang berdiam diri menikmati keheningan yang nyaman. Draco Malfoy duduk bersandar di sebuah pohon rindang di tepi danau dengan kedua tangannya berada di belakang kepala. Sedangkan kekasihnya, Harry Potter, dengan nyamannya memeluk pinggang Draco dan menempelkan kepalanya ke dada Draco.
Ya. Harry Potter dan Draco Malfoy. Dua pemuda yang dikenal sebagai musuh besar itu ternyata diam-diam menjalin hubungan sebagai kekasih sejak sebulan yang lalu. Bukan karena mereka tak mau hubungan mereka diketahui umum, hanya saja posisi mereka berada di dua kubu yang amat berlawanan yang tak memungkinkan mereka untuk berhubungan satu sama lain, walaupun hanya sebagai teman.
Awal hubungan mereka sangat lucu sebenarnya. Mereka yang awalnya sering bertengkar, saling melemparkan mantra, saling menjahili, ternyata saling mencintai. Awalnya mereka tak menyadari hal ini. Tapi kita harus berterima kasih kepada satu orang yang akhirnya berhasil membuka mata dan hati kedua musuh itu, Blaise Zabini.
Ya. Sahabat dekat Draco itu mungkin memiliki indera ke-enam atau apalah itu namanya. Yang jelas, dialah yang tiba-tiba mencetuskan ide bahwa selama ini Draco berusaha menjahili dan bertengkar dengan Harry adalah karena jauh di lubuk hatinya, dia menyukai Harry. Draco tertawa keras saat mendengar pernyataan Blaise itu, membuat Blaise melongo karena tidak pernah melihat Malfoy junior di depannya ini tertawa. Satu alasan lagi yang membuat Blaise yakin kalau Draco benar-benar menyukai Harry.
Blaise menghela nafas frustasi saat tawa Draco berubah menjadi cekikikan terpaksa. "Kau harus segera mendapatkannya sebelum kau menyesal, Draco." Sekali lagi mengingatkan sahabatnya yang selalu dingin itu.
Dan Draco mengakui, mendapatkan Harry adalah hal yang amat sangat sulit. Apalagi dia harus melakukannya diam-diam. Tak perlu dijelaskan mengapa, karena fakta mengharuskannya demikian. But it's all worth it. Sekarang Harry menjadi miliknya, begitu pun sebaliknya.
.
#
.
Sudah hampir seminggu ini Harry tidak pernah bertemu dengan kekasihnya. Dia hanya melihatnya sekilas saat waktu makan beberapa kali. Harry sangat merindukan pangeran es Slytherin itu. Rindu dengan belaiannya. Rindu dengan ciumannya. Dan terutama rindu dengan kehangatannya. Ada banyak hal yang ingin Harry ceritakan, tapi entah kenapa, sepertinya waktu sedang tidak bersahabat dengan mereka berdua.
Sarapan kali ini dilewati Harry dengan tidak bersemangat. Diam-diam dia sering mencuri pandang ke seberang mejanya, mencari sosok pemuda berambut pirang yang amat sangat dirindukannya. Menghela napas panjang karena yang dicarinya tidak nampak. Disingkirkannya begitu saja piring dihadapannya tanpa ada niat sedikit pun untuk menghabiskannya.
"Mate, apa kau baik-baik saja?," tanya Ron.
"Yeah, hanya sedikit malas," jawab Harry tak peduli. Pikirannya sibuk dipenuhi tentang dimana kira-kira Draco berada, apakah dia sudah makan. Atau jangan-jangan dia sakit? Harry menggelengkan kepalanya keras-keras, berusaha mengusir semua pikiran negatifnya.
"Aku duluan ya," seru Harry tiba-tiba kepada dua sahabatnya dan berdiri.
"Tapi Harry, pelajaran akan dimulai setengah jam lagi," cegah Hermione.
"Aku akan menyusul kalian," jawabnya sambil melangkah meninggalkan Aula besar.
.
.
Harry sengaja berjalan memutar, melewati koridor samping yang sepi, sebelum akhirnya dia menuju kelasnya. Dia hanya ingin berjalan-jalan sebentar. Melepaskan penatnya sekaligus berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatif tentang kekasihnya yang akhir-akhir ini jarang terlihat.
Saat melewati taman yang memang bersebelahan dengan koridor, Harry melihat sosok yang begitu dirindukannya. Pemuda dengan rambut yang terlihat semakin terang saat terkena sinar matahari itu duduk membelakangi Harry. Sepertinya ia sedang berbincang dengan seseorang karena Harry mendengar suara Draco. Saat akan mendekati kekasihnya, Harry tercekat dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Tangan kekasihnya itu sedang digenggam dengan mesranya oleh Pansy Parkinson, teman bicaranya saat itu. Dan tampaknya Draco tidak keberatan walau wajahnya masih datar dan dingin.
Wajah Harry memanas. Hatinya seperti ditusuk sebilah pedang yang seakan-akan ditancapkan ke hatinya berkali-kali. Tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya terlihat memutih. Tanpa menimbulkan suara, ia langsung meninggalkan tempat itu. Menjauh sebelum dia lepas kendali dan mengutuk salah satu dari dua orang terkutuk itu.
.
.
Harry memasuki kelas masih dengan wajah memerah. Ron dan Hermione yang melihat sahabatnya itu datang dengan keadaan yang menyeramkan, hanya saling memandang.
"Harry, ada apa denganmu?" tanya Hermione cemas.
Namun Harry hanya menjawab dengan gemeretakan giginya, menarik kursi di sebelah Ron dan menghempaskan tubuhnya dengan kasar.
Beberapa saat kemudian Draco masuk ke kelas bersama Blaise dan Theo, berjalan melewati Harry, tak menyadari kliat tajam dan menusuk dari emerald itu. Saat Draco hendak duduk, entah kenapa Harry tidak bisa lagi mengontrol emosinya.
"Dasar Ferret sialan!" teriak Harry sambil mengacungkan tongkatnya ke arah pangeran Slytherin itu.
Draco tersentak dengan kata-kata Harry. Dengan cepat dia menguasai keadaan dan membalas Harry.
"Ada apa denganmu, Potter? Merindukanku?" Seringai khas Malfoy muncul di wajah tampan itu.
Harry yang melihat seringai itu semakin emosi. "Expelliarmus!" seru Harry tiba-tiba ke arah Draco. Draco yang tak menyangka Harry akan menyerangnya hanya bisa menikmati rasa sakit saat tubuhnya terpental ke belakang, menabrak meja sebelum akhirnya jatuh ke lantai.
Kelas yang semula hening karena pertengkaran dua kubu itu mendadak menjadi ribut. Kedua asrama saling mengangkat tongkatnya, siap bertarung. Untunglah Profesor McGonagall datang sebelum perang antar asrama terjadi. Profesor yang datang agak terlambat karena urusan mendadak itu begitu terkejut dengan keadaan kelas yang berantakan dan ramai. Wajahnya memucat saat menemukan Draco tergeletak di lantai dengan sudut bibirnya mengeluarkan darah. Di depannya, Harry berdiri dengan napas tersengal-sengal dan wajah yang jauh lebih pucat darinya.
.
.
"Harry, apa yang sebenarnya terjadi denganmu?" Hermione memandang Harry dengan cemas.
.
.
Us & Him loading.....
KAMU SEDANG MEMBACA
By My Side
FanfictionDibalik semua perseteruan yang mendarah daging, ada cerita tentang kita yang hanya kita yang tahu. Kita akan selalu bersama apapun peran kita di dunia ini kan?